Dewa memasuki gedung perkantoran Palm Entertaiment. Setiap pemuda itu masuk, tanpa di komando semua wanita menatapnya tak berkedip. Semua khayalan pun melayang di benak pikiran mereka.
"Rasanya bagai menunggu sang pangeran yang hendak melamar ... ucap salah satu karyawan.
"Mimpi kamu, mana ada pangeran menyukai babu seperti kita !" Ujar yang lainnya.
"Eits, mana tahu kan ?" Tungkas gadis itu tak mau kalah.
"Oke, teruslah bermimpi! Yang penting, melihatnya saja cukup kok, kita dan dia bagai bumi dan langit !" Jawab gadis yang satunya.
"Selamat pagi !" Sapa Dewa.
"Pagi pak !" Jawab semua serempak. Sarah terlihat sudah menunggunya di depan lift pribadinya.
"Pagi !" Sapanya, dengan tegas.
"Pagi !" Jawab Dewa, Sarah memencet kode lift dan menempelkan sebuah kartu khusus dan pintu lift pun terbuka. Keduanya masuk. Di dalam Sarah pun mulai memberitahu semua tugasnya hari ini.
"Oke, tapi aku mau melihat pemotretan dahulu !" Ucapnya. Sarah pun mengangguk. Mereka pun tiba di lantai di mana pemotretan sedang berjalan. Safira sudah selesai di mikeup dia sangat cantik dan anggun, sesuai dengan pakaian yang dikenakan. Kali pakaian yang di kenakan tidak pure kebaya atau tradisional tapi sudah di modifikasi moderen. Berupa gaun pesta, malam atau untuk formal. Semua pakaian itu sudah di pesan dan sesuai keinginan pelanggan. Mereka tidak keberatan di gunakan pemotretan untuk majalah. Nanti oleh sang desainer akan di berikan satu pakaian gratis lagi.
"Oke, siap-siap ya ?" Pinta fotografernya. Para model termasuk Safira sudah berada di set. Para penata rias dan busana sibuk merapikan.
"Kita mulai ya? Tata lampu ..! Oke, siap ...action !" Seru sang fotografer, dan para model pun mulai beraksi. Ada sekitar 30 gaya dilakukan, tapi mungkin hanya satu atau dua yang di pakai.
"Oke, cut! Siip, bagus ... !" Sang fotografer sangat senang, karena para model profesional, tak perlu pengarahan. Mereka bergaya sudah sesuai apa yang di inginkan. Karena sebelumnya konsepnya sudah di beritahu.
Dewa dan sang desainer pun puas dengan hasilnya, setelah ini akan ada wawancara exsklusif dengan sang perancang pakaian.
--------
"Apa semua sudah selesai ?" Tanya Dewa, kepada Sarah tentang tempat pagelaran fashion show.
"Sudah, 100 persen siap! Undangan pun sudah di sebar !" Jawab Sarah tegas. Dewa mengangguk, kini keduanya menuju ruangan kerja pribadi untuk membahas pekerjaan lainnya.
Sementara itu Safira, berganti baju untuk ke set berikutnya yaitu syuting iklan minuman. Sejak dia bergabung dengan agensi model di Singapura. Kariernya melonjak drastis, selain menjadi model dan juga bintang iklan di beberapa negara tetangga termasuk, akan terbang ke Bangkok Thailand. Ada seorang desainer sana yang ingin dia menjadi modelnya. Sebenarnya Safira mengenal desainer tersebut. Karena Alzam kenal dan berteman juga dengan desainer dari Thailand yang juga mengusung tema sama yaitu tradisional. Dan sudah di kenal di dunia fashion, dan pernah ikut di acara Fashion Week.
Setelah berpamitan, kini dia berada di dalam mobil dan akan menuju puncak Bogor, tepatnya di daerah perkebunan teh. Syutingnya di laksanakan di sana. Mobil yang dikendarainya, termasuk mobil dari perusahaan Palm Entertaiment khusus untuk artisnya yang tergabung dalam manajemen. Di dalamnya cukup besar, dengan kursi yang nyaman dan bisa tidur. Selama di sini ada seorang manajer yang memang sudah di siapkan untuk mendampingi Safira. Namanya mba Ratih. Safira menyukainya, karena sat set dalam bekerja. Sebenarnya dia tidak ribet sebagai model, dan tidak minta ini dan itu, seperti lainnya. Jadi setiap klien menyukainya.
Di dalam mobil sudah di siapkan segala keperluan untuk syuting, dan juga makanan ringan serta minuman. Untuk mikeup sudah stand bye di lokasi. Untuk dirinya sendiri dia membawa ke dalam mobil, Safira membuka tas khusus untuk mikeup dan segala rupanya. Dan dia mulai membersihkan wajahnya, yang kembali polos. Mobil pun melaju menuju tempat yang dituju.
Tak lama, ponselnya berdering ternyata dari putranya sendiri.
"Hallo, sayang apa kabar ?" Sapa Safira dari video call bersama putra dan mamanya.
"Baik mam! Lagi dimana ?" Tanyanya polos menggemaskan.
"Lagi kerja, sayang! Udah makan ?" Tanya Safira kembali sambil tersenyum.
"Udah ..." bisik mamanya, kepada cucunya.
"Sudah, mam !" Dia melirik neneknya dan kemudian kembali ke mamanya. Safira tersenyum.
"Sama apa ..." tanya Safira lagi, dan begitulah percakapan ibu dan anak, tanpa terasa mobil sudah tiba di lokasi syuting.
Angin sejuk berhembus, ketika Safira turun dan pemandangan indah perkebunan teh terhampar di depannya. Di sampingnya ada villa dengan bangunan tua jaman Belanda. Semua kru dari perusahaan iklan, produsen minuman dan juga sutradara sudah ada di sana.
Ada beberapa orang menyambutnya dan membawa Safira ke dalam villa. Di dalam mereka masuk ke dalam ruangan ganti baju, dan tempat rias. Tak lama ada seorang kru membawa makanan dan minuman untuk Safira. Dan tak lama wajah Safira mulai di rias.
Sebagai seorang model dia harus siap di permak apa pun juga untuk berbagai keperluan. Setelah itu dia mencoba berbagai baju untuk syuting. Setelah cocok dia pun keluar.
"Cantik sekali ..." bisik beberapa orang di luar.
Safira pun ke tempat syuting yang berada di tengah perkebunan teh. Seorang sutradara mendekat dan memberi arahan untuk iklan yang akan di lakukan, Safira mengangguk mengerti.
"Oke ... siap semua? ...action !" Seru sutradara. Safira pun melakukan adegan yang sudah di tentukan.
"Oke, cut ... bagus! Kita akan pindah ... !" Seru sutradara, iklannya 5 - 10 menit tapi adegannya bisa 20 sampai 30 adegan. Setiap adegan Safira harus berganti baju sampai 5 kali.
"Oke, syuting hari ini selesai !" Ujar Sutradara, semua lega, karena cukup cepat. Semua tergantung dari artisnya, pernah ada yang sampai dua hari syuting. Hari menjelang sore, ketika mobil yang membawa Safira kembali ke Jakarta. Gadis itu pun lega. Pekerjaan hari ini selesai sudah, menjelang malam sudah tiba di rumahnya.
"Mam ... " sebuah teriakan terdengar, ketika pintu rumah terbuka, dan seorang anak lelaki berlari dan memeluknya erat, Safira memangku dan memeluknya erat. Rasa lelah dan cape hilang sudah.
--------------
Sementara itu di pulau dewata Bali, Andrian terlihat bete. Padahal baru saja tiba di villa mewah yang menyatu dengan hotel mewah yang di tempati untuk berbulan madu bersama Paramitha. Dia sudah di ajak untuk bertemu para teman-temannya. Andrian tidak terlalu suka dengan bestie istrinya itu, karena berisik. Mereka hanya membicarakan diri mereka sendiri.
"Waduh, lo beruntuk sayang ... hadiah yang lo dapet, keren-keren !" Puji mereka, ketika Paramitha menunjukan hadiah dari para tamu undangan. Walau di pesta kemarin hanya menerima uang, tapi untuk barang di kirim sebelumnya. Kebanyakan dari rekan sejawat dari dua keluarga mempelai. Barang tersebut berupa tas mewah, perhiasan dan barang rumah tangga yang memang cukup mahal. Tapi bagi Paramitha semua itu untuk 'sehari-hari' bukan untuk resmi. Seperti sekarang di pamerkan di hadapan bestienya saja. Setelah itu, ya disimpan dan tidak di pakai lagi.
Andrian hanya duduk terdiam menikmati udara pantai, karena tempat mereka kini berada di pinggir pantai. Disini ada Cafe atau bar yang menyediakan berbagai minuman. Andrian beralih ke ponselnya dan tanpa di duga membuka folder tempat menyimpan foto pribadinya. Sesuatu menarik perhatian, ya itu Rio putranya bersama Safira, tanpa sadar tersenyum. Rupanya Paramitha melihat semuanya itu, tapi tak perduli ... walau sudah menduga kenapa Andrian tersenyum. Kembali dia tertawa, tapi hatinya membara ...
Bersambung ...