Chereads / Transmigrasi ll 2 Jiwa dalam 1 Raga / Chapter 3 - Chapter 03. Teman Lama di Jiwa Alea

Chapter 3 - Chapter 03. Teman Lama di Jiwa Alea

Alea berada di ruangan gelap yang hanya diterangi beberapa lilin. Gadis itu menatap tubuhnya yang berbeda dari tubuh Athena. Jika tebakan Alea benar, ia sekarang berada di raga aslinya, meskipun hanya sekedar mimpi.

Seorang gadis yang mengenakan baju putih panjang sama sepertinya itu perlahan mendekat.

Alea mengenalnya? Tentu saja!

Itu adalah raga yang beberapa hari ini ia tempati. Athena Charlotte Lunch.

"Hai, Alea. Ini kedua kalinya kita bertemu, 'kan?"

Alea mengibaskan tangan kanannya, "Tidak-tidak. Sepertinya ini yang ketiga kalinya. Karena yang kedua kalinya adalah mimpi buruk sialan itu."

Athena terkekeh. "Ada yang mau gue omongin. Bisa kita cari tempat yang lain? Disini terlalu gelap."

"Boleh."

Kedua gadis itu berjalan menyusuri kegelapan. Hingga akhirnya, Alea melihat cahaya di depannya. Setelah memasukinya, pemandangan yang memanjakan mata memasuki indera penglihatan Alea.

Tempat indah yang dihiasi bermacam-macam bunga dan danau jernih membuat suasana menjadi tenang. Athena mengajak Alea untuk duduk di bawah pohon rindang.

Suara lembut Athena mengintrupsi perhatian Alea.

"Ada satu hal yang gue tutupin dari lo. Maaf, seharusnya gue kasih tau lo lebih awal. Gue cuman malu sama diri sendiri."

Alea menggeleng pelan, "Semua orang pasti punya hal yang susah buat dijelaskan. Tapi, kalo lo nggak keberatan buat cerita, gue bakal dengerin dengan seksama."

Athena tersenyum tulus.

Flashback on

"Bara! Gue bawain bekal buat lo." Gadis dengan rambut panjang diurai itu tersenyum lebar sembari menyodorkan sebuah kotak bekal kepada Bara.

Bara hanya melirik kotak itu sekilas. Tanpa mengambilnya, ia pergi meninggalkan gadis tadi. Bahkan, untuk menatap sang pemberi saja ia enggan.

Gadis itu memanggil Bara berulangkali. Namun, ia dihiraukan.

"Athena, nih gue bawain lo susu stroberi buat ngembaliin mood lo." Kata seorang gadis berambut sebahu menghampiri Athena.

Athena hanya menatap punggung Bara yang mulai menjauh dan menghentakkan kakinya. Setelah itu, ia beranjak pergi meninggalkan gadis yang menyodorkan susu stroberi kepadanya.

Gadis itu menatap nanar Athena dan susu di tangannya.

"Stella!" panggil Athena dengan nada merengek. Kelas mereka sudah kosong karena bel sudah berbunyi 10 menit yang lalu.

Gadis yang merasa terpanggil itu menoleh dengan senyum lebarnya.

"Gimana?"

Athena mendudukkan dirinya di samping Stella. "Gue di tolak lagi."

Stella menaruh tangannya di pundak Athena dengan senyum manisnya, mereka berhadapan.

"Mungkin hari ini lo gagal. Tapi siapa tau besok lo diterima Bara. Bara juga goblok banget sih nyia-nyiain lo yang cantiknya nggak ketulungan gini."

Athena kembali tersenyum mendengar kata-kata menenangkan dari Stella.

"Tuh kan, kalo senyum makin cantik. Udah ya, jangan sedih lagi. Nih gue bawain susu stroberi."

Stella hari itu nampak murung. Athena baru saja memasuki kelas dan hanya melirik Stella sekilas. Tanpa menghiraukan alasan Stella murung, Athena kembali keluar kelas dengan kotak bekal di tangannya.

Stella ingin memanggil Athena, namun gadis itu sudah terlebih dahulu menghilang dari balik pintu. Stella akhirnya hanya memendam masalahnya sampai menunggu Athena datang.

Setelah 10 menit menunggu, Athena memasuki kelas dan duduk di sebelah Stella dengan wajah kesalnya.

"Athena, gue mau cerita. Orang tua gue mau cerai. Menurut lo, gue harus gimana?"

Athena hanya mengangguk-angguk saja sambil bergumam samar, "Lo sabar aja."

Stella yang terlalu berharap mendapatkan perhatian Athena itu merasa ada sesuatu yang menusuk dadanya.

"Yang lebih penting, lo bantuin gue mikirin cara buat dapetin Bara!" Rengek Athena.

Stella tersenyum paksa dan menyimak cerita Athena yang tentunya membahas tentang Bara.

Pada akhirnya, ia belajar untuk tidak berharap terlalu tinggi kepada orang lain.

Stella membawa setumpuk buku paket atas perintah guru matematika. Seharusnya, ia membawa buku itu berdua bersama Athena. Namun sedari tadi mood Athena sangat buruk. Jadi Stella berinisiatif untuk tidak melibatkan Athena. Ia juga merasa tidak enak melibatkan teman sekelasnya yang lain karena ini adalah jam istirahat. Jika harus mengantarkan buku paket terlebih dahulu, maka kantin akan penuh.

Begitulah Stella. Ia orangnya tidak enakan.

Stella tiba-tiba saja tersandung kakinya sendiri yang membuatnya terjatuh. Buku-buku ditangannya juga berjatuhan.

Stella meringis ketika merasa perih di lututnya. Gadis dengan rambut sebahu itu kembali mengumpulkan buku yang terjatuh. Tiba-tiba, seseorang menghampiri dan langsung membantunya memungut buku yang berhamburan.

Stella sangat mengenal laki-laki itu. Dia adalah Bara, laki-laki yang selama ini dikejar oleh sahabatnya. Meskipun ia tak tau Athena menganggapnya atau tidak.

"Sorry Bar. Nggak usah repot-repot. Gue bisa sendiri." Kata Stella tidak enak.

"Gue bantu." Kekeh Bara tidak ingin dibantah.

Stella akhirnya mengangguk ragu. Ia hanya takut Athena melihat mereka dan berakhir menjadi kesalahpahaman.

"Bawa kemana?"

"Nggak usah, gue bisa bawa sendiri kok."

"Dengan luka itu?"

Stella menatap lututnya yang terluka dan mengeluarkan darah. Rasanya memang sedikit perih.

"Bawa kemana?" Ulangnya.

"Ke ruang guru."

Setelah mengantarkan buku itu, Stella berterimakasih kepada Bara dan kembali ke dalam kelas. Hal pertama yang ia lihat sewaktu memasuki kelas adalah Athena.

Athena mendekat ke arah Stella. Dan tanpa di sangka,

PLAKK

"Lo suka ya sama Bara?" tuduh Athena.

Stella menatap Athena sambil memegang pipinya yang nyeri.

"Nggak Na!"

"Tadi lo berduaan kan sama Bara? Bara bahkan ngomongnya nggak kasar. Lo mau ngebuat gue tambah patah hati?" Kata Athena dengan tatapan kecewa.

"Nggak, bukan gitu Na! Bara cuman bantuin gue doang."

"LO NGGAK USAH MUNA DEH! Di belakang gue, lo nyimpan rasa kan sama Bara?!"

"UDAH DEH NA! GUE CAPEK! KENAPA LO SELALU NUDUH GUE? LO JUGA NGGAK PEDULI SAMA MASALAH GUE. Lo anggap gue apa, Na?" kata Stella melirih di akhir kalimatnya.

"Lo bukan siapa-siapa gue. Bahkan, sedari awal pun lo bukan siapa-siapa gue."

Dada Stella mendadak sesak. Kata-kata yang keluar dari bibir indah itu menusuk tepat di ulu hati. Mungkin, Athena ada benarnya. Hanya ia saja yang terlalu berharap agar di anggap.

"Tapi, gue nganggap lo sahabat gue, Na!"

"Itu urusan Lo, bukan urusan gue."

Murid-murid yang menyaksikan pun mendengar dengan jelas semua perkataan Athena. Ketika mendengar ada keributan, mereka langsung mendatangi kelas Athena.

Mulai hari itu, Stella perlahan menjauh dari Athena. Athena bahkan mulai di benci beberapa orang di sana.

Flashback off

"Gue tau gue salah," Lirih Athena.

"Gue tau semua perlakuan gue salah. Stella selalu ada buat gue, dia nganggap gue temen. Sedangkan gue, bahkan disaat dia sedih gue gak ada di sana." Lanjut Athena menunduk.

Alea dengan seksama mendengarkan keluh kesah Athena. Kejadian yang diceritakan Athena mendadak memasuki otaknya dan membuatnya menjadi lebih paham.

"Kenapa lo nggak minta maaf dan ngejelasin semuanya?"

"Gue waktu itu nggak peduli. Yang ada di otak gue cuman Bara, Bara, dan Bara. Hingga akhirnya gue kehilangan orang yang selama ini selalu ada buat gue. Setelah gue ngebuang dia, gue baru merasa kehilangan."

Athena terkekeh, "Goblok banget ya gue." Lanjutnya.

"Pada akhirnya, gue cuman lari dari masalah. Gue terlalu takut buat ngehadapin semuanya."

Alea memeluk Athena dan menepuk punggungnya untuk menenangkan. Athena membalas pelukan itu. Pelukan hangat yang setelah sekian lama tidak ia dapatkan.

Setetes cairan bening keluar. Athena dengan cepat menghapusnya dan menyudahi acara berpelukannya.

Athena berdiri, "Sudah waktunya lo balik."

Alea ikut berdiri, "Lo benar. Kalo gue kelamaan disini, entar dikira is dead lagi."

Athena terkekeh. "Ya udah. Sampai ketemu lagi, Alea."

Alea mengangguk dan melambaikan tangannya. "Sampai ketemu lagi juga, Athena."