Saat Shou membelakangi Tuan Beom yang duduk menatap Shou berdiri menatap pemandangan di depannya.
Tiba tiba saja angin kencang menyambar mereka dan itu membuat Shou terkejut dan kedinginan.
"(Uh.... Seharusnya aku memakai jaket saja tadi.)"
Tuan Beom yang melihat Shou kedinginan menjadi terdiam.
Tak lama kemudian mereka kembali duduk di bangku tadi dengan mantel hitam Tuan Beom yang di pakai oleh Shou.
"Ahjussi, terima kasih," tatap Shou. Tuan Beom hanya terdiam dan menatap ke arah lain. Ia menggaruk pelan pipinya lalu meletakan lengan nya di belakang Shou, perlahan memegang pinggang Shou membuat Shou terdiam. Tak hanya itu, tangan Tuan Beom mendorong pelan pinggang Shou untuk mendekat padanya dan hingga akhirnya Shou duduk mendekat padanya.
"Ahjussi, untuk saat ini, aku benar benar berterima kasih padamu, Anda pria baik yang pernah aku temui... Ahjussi juga ada ketika aku merasa sedih, Anda juga sangat peka dan perhatian, tak banyak pria sepertimu yang bersikap begitu, aku harap Ahjussi bisa melakukan hal itu terus menerus hanya padaku," kata Shou.
Tuan Beom terdiam sebentar dan mengatakan sesuatu juga. ". . . Shou, jika kau ingin aku hanya memikirkan mu maka katakanlah saja... Aku tidak akan membawa orang lain dalam pikiran ku."
Seketika Shou terkejut mendengar itu. Ia lalu menatap dekat Tuan Beom, Tuan Beom juga menoleh dan mendekatkan wajahnya padanya.
"(Ahjussi, aku bertanya tanya... Kenapa kita terikat takdir yang sama?)"
"(Itu karena, takdir memang memilih kisah ini.)"
Mereka lalu mencium bibir sangat dalam hingga Tuan Beom menarik pelan Shou untuk dekat dengan nya dan ia memangku Shou.
Mereka masih dengan mencium bibir, lalu melepasnya dengan air liur yang masih terikat.
Saling menatap dan Shou tertawa kecil. "Hehe, bibir Ahjussi bau rokok."
". . . Setiap hari memang begitu, kenapa kau baru bilang sekarang?"
"Eh, hehe, hanya saja aku mengatakan nya sekarang... Tapi itu tidak mengganggu sama sekali kecuali jika itu berlebihan," kata Shou sambil masih tertawa manis.
Tapi Shou terdiam ketika melihat wajah Tuan Beom yang datar dan menatap serius padanya.
Tangan Shou yang ada di dada Tuan Beom menjadi merasakan sesuatu. "(. . . Aku bisa merasakan detak jantung Ahjussi di sini, sangat cepat dan berdegup kencang.)"
"Shou..." tatap Tuan Beom. Ia memeluk Shou dengan dekat dan meletakan wajahnya di pundak Shou, memeluk Shou dengan erat membuat Shou terdiam.
"(Ahjussi... Aku bisa mengerti perasaan mu di sini, tak apa jika kau malu, itu terlihat sangat cocok untuk mu yang selalu memasang wajah datar itu,)" Shou juga menutup mata merasakan pelukan hangat itu.
Tangan Tuan Beom masuk ke pinggang Shou sembari mereka berciuman. Mereka masih di luar dan tempat yang sama.
Lalu saling menatap. "Shou, kau masih mengingat sesuatu?" tatap Tuan Beom membelai rambut Shou.
". . . (Kadang aku bertanya tanya, kenapa Ahjussi lebih terlihat sangat perhatian, itu mungkin karena dia pernah mengalami hal ini sebelumnya, aku tidak perlu heran jika dia bersama banyak wanita sebelumnya dan belajar dari pengalaman nya menjadi lebih perhatian.) Aku... Aku tidak memikirkan apapun, aku bahkan tak mau mengingat apapun," Shou membalas sambil membuang wajahnya dengan rasa yang khawatir.
Lalu Tuan Beom terdiam dan mencium leher Shou membuat Shou terkejut. "Ah...."
Tak hanya mencium, dia juga menggigit dengan gigi tajamnya, tapi kali ini dia tak menggigit dengan keras. Lalu turun dan meletakan wajahnya di kedua buah dada Shou.
"(Uhm... Ini seperti dada ku tertekan oleh kepalanya,)" Shou memeluk kepala Tuan Beom. "Umh.... Ahjussi, sentuhlah aku lagi, dimanapun," tatap nya dengan wajah merah dan napas panas.
Tuan Beom terdiam datar lalu kembali mencium Shou sambil berdiri membawa Shou. Ia berjalan masih dengan bibir yang menempel.
Ia membawa Shou ke mobil dan terlihat. Mereka ada di bangku tengah dengan Tuan Beom yang memangku Shou sambil mencium bibirnya.
"Ha... Ha.... Hah.... Ahjussi, kita tidak bisa," kata Shou memeluknya sangat erat. "Kita tak bisa melakukan seks...."
"Aku tahu, kau masih dalam keadaan itu, jangan khawatir, aku tak akan melakukan apapun selain melakukan apa yang kau mau," kata Tuan Beom. Lalu Shou terdiam menatapnya dan kembali memeluknya meletakan kepalanya di pundak Tuan Beom.
"(Ahjussi bahkan ingat bahwa aku belum selesai datang bulan, seberapa baik pria satu ini.) Ahjussi... Seandainya aku bisa suka padamu, apa yang akan kau lakukan jika aku berlebihan suka padamu."
". . . Hanya katakan jika kau suka pada ku."
". . . Aku, tidak bisa," Shou kembali erat memeluk Tuan Beom. Dia ada di kehangatan tubuh Tuan Beom.
"(Aku tahu, suka pada Ahjussi memang sangatlah sulit, aku ingin mengatakan nya, tapi aku tak tahu caranya, aku ingin melakukan nya, tapi aku tak tahu bagaimana mengawalinya... Ini memang bukan lagi awal, yang harus aku lakukan hanya bersama nya hingga aku benar benar bisa membuatnya melakukan apa yang aku mau.)"
"Shou..." panggil Tuan Beom membuat Shou menatapnya.
". . . Kau ingin melihat sesuatu ketika pagi datang?" tatap nya.
"Eh, sesuatu, apa itu?"
"Besok kau libur?"
"Ya, dosen bilang, besok tak ada apa apa, aku rencana ingin ke perpustakaan tapi tak apa, aku ingin melihat sesuatu itu," Shou menatap tak sabar.
"Kalau begitu..." Tuan Beom mendorong pelan kepala Shou untuk mendekat memeluknya lagi membuat Shou terdiam.
"Tidurlah, dan tunggu pagi," tambah Tuan Beom. Lalu Shou memeluk Tuan Beom dan menutup mata perlahan di pundak nya.
Tuan Beom bersender di bangku mobil itu dengan masih memegang Shou, sambil melihat ke jendela dan langit malam juga terlihat sangat gelap.
"(Bagaimana caraku melakukan nya, gadis ini tidak mungkin bisa percaya dengan ku sekalipun aku melakukan sesuatu yang membuat hatinya hancur.)"
Tiba tiba Shou bergerak dengan sedikit gemetar. Tuan Beom yang merasakan itu menjadi berpikir bahwa Shou kedinginan. "(Mungkin, di dalam sini masih terlalu dingin,)" pikirnya.
Tak lama kemudian, terlihat Tuan Beom berjalan menggendong Shou di dada, Shou tertidur di pundak Tuan Beom dengan mantel Tuan Beom masih terpakai untuknya.
Tuan Beom melihat sekitar dan menemukan tempat penginapan kecil di sana, ia lalu berjalan masuk ke dalam. Di sana, ada seorang wanita paruh baya penjaga, dia melihat dan terdiam kaku. "Hei, dimana istrimu, kau tidak mungkin bisa mengurus putrimu itu sendiri, dasar, zaman sekarang memang banyak wanita yang tidak bertanggung jawab," tatap nya seperti seorang ibu.
Tuan Beom hanya terdiam, wanita itu tidak melihat wajah Shou dan tidak tahu mengira Shou masih kecil.
"Aku hanya ingin pesan satu kamar," kata Tuan Beom.
"Haiz baiklah, pasti lelah mengurus putri sendiri untuk ayah seperti mu," tambah wanita itu sambil memberikan kunci. Sekali lagi, Tuan Beom hanya terdiam datar mendengar itu tadi lalu mengambil kunci itu setelah membayar dan berjalan ke kamar. Di sana, hanya ada satu ranjang lebar dan tempatnya tak se sempurna apartemen. Ia lalu meletakan Shou terbaring di ranjang.
Tuan Beom menatap sebentar wajah Shou, lalu menyelimuti tubuh Shou, ketika dia akan berdiri. Tiba tiba saja ia mendengar Shou memanggil pelan. "Um.... Ahju... Ssi..."
Tuan Beom menoleh dan terlihat Shou membuka matanya perlahan. "Jangan pergi," tambahnya.
"Apa yang kau inginkan? Aku akan keluar membelinya," Tuan Beom mendekat.
"Um.... Hanya, kemari saja... Aku ingin tidur bersama Ahjussi," tatap Shou. Tuan Beom menjadi terdiam sebentar.
Beberapa lama kemudian, tampak Tuan Beom berbaring dengan Shou yang tidur di sampingnya dengan dekat memeluknya.
"Ahjussi, apa kau tidak bisa tidur?" tanya Shou.
"Aku akan," balas Tuan Beom dengan singkat.
Tapi Shou menjadi terdiam dan bangun duduk membuat Tuan Beom menatapnya.
"Ahjussi...." Shou mendekat menekan bahu Tuan Beom, lalu mereka saling menatap. "Ahjussi, apa ada sesuatu yang dapat aku lakukan.... Untuk membuatmu tidur?" tatap Shou.
Tuan Beom hanya terdiam datar, di saat itu juga, Shou melihat warna merona di bawah kelopak mata Tuan Beom, ia menjadi tersenyum kecil sendiri dan memegang kedua pipi Tuan Beom.
"Apa Ahjussi baru saja memerah, aku tahu, Ahjussi tidak selalu tenang jika ada di dekatku, tapi bagaimana dengan saat saat tidak didekatku, apa Anda akan menggunakan wajah sangat dingin itu?" tatap Shou.
Di saat itu juga, mendadak Tuan Beom bangun menarik tangan Shou, seketika mencium bibir Shou membuat Shou terkejut. Shou jatuh dan terbaring dengan Tuan Beom yang berganti di atasnya, kedua kakinya terbuka untuk Tuan Beom.
"Uhm.... Ahjussi," Shou mencoba mendorong Tuan Beom untuk perlahan.
Lalu Tuan Beom mencium leher Shou dan juga perut Shou, semuanya tapi ketika Tuan Beom akan turun, Shou menjadi berteriak. "Ahjussi tidak!"
Hal itu membuat Tuan Beom terdiam dan menatapnya.
"Jangan, jangan... Kau bilang kau tidak akan melakukan nya, kau harus menunggu," tatap Shou dengan gemetar.
". . . Aku tidak akan melakukan nya," kata Tuan Beom, tapi Shou merasakan ada yang menusuk pelan selangkangan nya, ia mencoba melihat ke bawah bahwa rupanya Tuan Beom sedang tegang dan itu terlihat jelas di antara selipan celananya. Saking panjang itu, sampai menonjol di pahanya.
Shou menjadi terpucat, ia lalu melihat wajah Tuan Beom yang bernapas panas.
"(Aku tahu Ahjussi ingin melakukan seks dengan ku... Tapi, aku tidak bisa,)" pikir Shou.
Tapi Tuan Beom memeluk Shou sambil berkata. "Aku akan meminjam pahamu saja"
Seketika Shou ingat ketika Tuan Beom menggunakan kedua pahanya untuk menjepit miliknya mengganti lubang Shou.
Tak lama kemudian, Tuan Beom menggunakan paha Shou. Ia memegang kedua kaki Shou dan menggerakkan sendiri.
"Ahjussi..." Shou menatap penis Tuan Beom yang terjepit di antara dua paha Shou di sana.
Hingga Tuan Beom Cum dan langsung mencium bibir Shou.
"Ahjussi, lakukan lagi," Shou menatap.
"Kau ingin aku melakukan yang sama?"
"Um... Jika Ahjussi mau."
"Ha.... Aku lebih suka menunggu saja," Tuan Beom memeluk Shou dan tertidur. Shou menjadi tersenyum dengan tawa kecilnya. "(Hehe Ahjussi benar benar unik, dia lebih suka memasukan nya di vagina ku hehe, lain kali ya.)"