sudah tiga hari berlalu sejak aku melarikan diri dari penguntit yang mengawasiku tiga hari lalu. setelah pulang ke rumah, aku segera berbenah. mengemasi seluruh barangku, kairos, dan kaluna. tak lupa, aku memporak-porandakan seluruh isi rumah. bagaimanapun tidak boleh ada jejak bahwa seseorang pernah tinggal di tempat ini.
sebelum pergi, ku tatap sebentar rumah tua itu. ada banyak kenanganku bersama kai dan luna di sana. dan tak peduli sekuat apa aku, perpisahan tetaplah menyesakkan.
langkahku beranjak. hari ini, aku harus menjemput dua adik manisku dari akademi. jika aku ingin hidup kaya bersama mereka lebih lama maka, aku harus menyelesaikan kekacauan ini sampai usai.
tak butuh waktu lama, aku tiba di pintu gerbang akademi. masih pagi, tapi sudah begitu ramai oleh banyaknya wali yang ingin menjemput anak-anak mereka. begitu juga aku.
dari kejauhan, dapat ku lihat dua wajah yang sangat familiar di ingatanku. mereka kai dan luna. langkahku segera bergegas menyusul mereka.
"bagaimana ujiannya?" sapaku lebih dulu.
"luar biasa." luna berseru antusias. dari wajahnya sepertinya dia tidak kelelahan sama sekali? aku memeluknya erat. wajahnya menggemaskan.
"biasa saja. mereka lemah dan bodoh." ucapan kai tampaknya cukup menarik. ekspresinya seperti biasa. ketus.
"benarkah, kai?"
"benar sekali. kak, kau tahu, sepertinya yang kau ajarkan selama ini sangat luar biasa." luna masih dengan wajah berseri-seri melihatku.
aww, aku yang dipuji olehnya jadi merasa malu. "syukurlah kalau begitu. hari ini, kalian pasti sangat lelah kan? ayo pergi. kakak cantik ini akan mentraktir kalian makan enak sepuasnya hari ini."
"wow. luar biasa. seketika banyak makanan enak terlintas di kepalaku. kak kav yang terbaik."
"jadi aku terburuk begitu?" kai menatap jengkel luna. aku tertawa.
"berjuanglah lebih keras, kai. siapa tahu, seratus tahun kemudian kau dapat melampauiku kan? hahaha... ayo luna!"
"berengsek kau, kaviar. aku akan jauh melampauimu secepat mungkin. awas saja nanti!"
"fufufu, peringatan yang menakutkan. kau pikir begitu, luna?"
"hihihi... lihatlah wajah kairos, kak! sudah mau meledak sepertinya."
sungguh, mereka menggemaskan. kairos yang marah-marah dan mengutukku. luna yang asik bercerita tentang keseruan ujian di akademi.
dasar. apa aku terlalu tidak rasional mengajari mereka? saat anak-anak lain terlihat kelelahan dan cemas, dua anak ini malah asik memikirkan hal lain. sungguh, sebenarnya sehebat apa mereka sampai begitu percaya diri.
"permisi, nyonya. apakah anda wali dari saudara kairos dan kaluna?"
seorang pria tua dengan jenggot putih dan jubah abu-abu berhiaskan sulaman mewah dari benang emas menghentikan langkah kami. siapa dia?
"ya. siapa anda?
"cukup serius untuk di bicarakan di sini. bisakah anda berbicara di ruangan saya, sekarang? ada hal yang harus saya bicarakan dengan anda selaku wali dari saudara kairos dan luna."
aku melirik kedua anak itu. wajah mereka seketika panik. sebenarnya apa yang terjadi selama ujian mereka?
"anu, dia pengawas ujian kami." luna yang sepertinya sadar ku tatap akhirnya bicara.
"baiklah. saya bersedia."
dua anak polos itu tidak mungkin membuat masalah kan?
#####
"kai, bagaimana ini? jika kak kav tahu kita menghancurkan beberapa fasilitas ujian akademi apa dia akan membuang kita?"
"kenapa memangnya? salah akademi yang fasilitasnya saja tidak bagus."
"kau, benar-benar tidak dapat di ajak bekerja sama."
kai mengangkat bahu. tak peduli.
sementara kai menunggu dengan bosan bersama luna yang panik setengah mati, di ruangan lain kaviar di buat terperangah saking tidak percayanya.
"...jadi?"
"sebuah kehormatan akademi untuk menerima saudara kairos dan kaluna sebagai siswa baru dengan perolehan nilai terbaik sepanjang limapuluh tahun terakhir. kami akan memberikan beasiswa penuh pada mereka."
"lalu, kerusakan fasilitas yang mereka sebabkan... saya juga harus ganti rugi?"
"fufufu. tentu saja tidak. sebagai gantinya, mulai besok izinkanlah mereka berdua untuk memulai tahun ajaran barunya di akademi kami."
"ekhem. anda yakin tidak salah dengan keputusan ini?"
"mata saya tidak mungkin salah melihat bakat luar biasa kedua anak itu. bahkan, saat ini sebuah bakat luar biasa melebihi kedua anak itu terpancar menyilaukan dalam diri anda."
aku menoleh ke belakang. tidak ada cahaya terpancar dibelakakngku tuh!
"apa anda juga mau berada di akademi sebagai anak didik pribadi saya? saya dengar anda lah yang telah mengajari dua adik anda sampai sehebat itu. dan saya lihat di dokumen keluarga, usia anda masih tujuh belas tahun. bukankah luar biasa."
"perlu anda ketahui juga, saya ini cukup sulit untuk tertarik pada seseorang. berbanggalah saya sangat tertarik dengan keluarga anda. sekarang."
pria tua ini... dia tidak lelah bicara terus?
"bukankah anda seorang bangsawan? anda tidak masalah dengan dua adik kembar saya? mereka rakyat biasa."
"saya tidak peduli. bakat lebih menakjubkan daripada kenyataan memiliki darah bangsawan."
"anda cukup unik. kalau begitu, bisakah saya minta tiga hal pada anda?"