Chapter 10 - 09 CALLIX POV

pada suatu masa, aku hanyalah seorang pegawai kantoran biasa di sebuah kota di negara berama korea selatan sampai hari dimana sesosok misterius mendatangi mimpiku dan berkata, "mulai hari ini kau adalah pahlawan yang terpilih untuk berhadapan dengannya menggantikan anak itu."

melalui mimpi dadakan itu, ceritaku sebagai callix, pangeran ke tujuh yang terlupakan pun di mulai.

callix yang sesungguhnya telah mati karena racun yang selalu diberikan dayangnya setiap hari dalam dosis kecil setiap hari selama dua tahun.

aku, kim jin wo, dengan ingatanku di kehidupanku yang dulu telah berhasil bertahan hidup dan meraih banyak hal di dunia baru. uang, kekuasaan, dan posisi mutlak sebagai putra mahkota untuk menyingkirkan saudara-saudara callix yang tidak berguna. aku memperoleh semuanya.

lalu, pesan itu dapat ku pahami sesaat setelah bencana itu datang. rupanya, alasan tubuh callix terlahir begitu kuat dengan kekuatan melimpah tidak lain karena ada sebuah alasan. menjadi pahlawan.

saat ku kira takdir itu dapat ku selesaikan dalam sebuah perang, aku tewas oleh pemimpin musuhku.

ku pikir semuanya berakhir dan aku akan kembali menjadi diriku, kim jin wo. ternyata, aku melakukan regresi tepat saat tubuh callix berusia sepuluh tahun.

tekadku saat itu masih cukup kuat, aku mengulangi semuanya dengan baik dan dengan persiapan yang lebih matang. aku tidak mengulangi kesalahan yang sama di kehidupan pertama.

akan tetapi, ketika dihadapkan oleh raja iblis yang harus ku bunuh, aku selalu terbunuh olehnya.

berulang kali, lagi dan lagi. aku bertanya-tanya dan mulai meragukan diriku.

pada regresi ketujuh, iblis itu merasuk dalam tubuhku dan mengutukku. saat aku memutuskan bunuh diri, rupanya kutukan itu turut ikut bersamaku kembali ke masa lalu.

kutukan itu menghabisiku setiap malam. membuatku hilang akal, membuatku menjadi buas layaknya binatang buas. berkali-kali aku mati karena bunuh diri saat tak dapat lagi menahan semua rasa sakit itu.

kutukan itu, membuat posisiku sebagai pangeran menjadi sebua aib keluarga kaisar.

tak peduli sebanyak apa aku mati dan kembali, kutukan itu selalu ikut bersamaku seolah iblis itu tahu bahwa aku dapat kembali ke masa lalu.

perlahan aku kehilangan siapa diriku yang dulu. aku mulai lupa pada banyak hal, aku menyerah dengan keadaan dan membiarkan keluarga kaisar membunuhku.

aku mulai lelah. aku terjebak. semua gelap dan menyakitkan.

saat bernapas terasa ribuan panah menusukku, saat bergerak tubuhku terasa dibakar habis. seluruh tulangku terasa diremukkan paksa, lambungku seperti dipenuhi benda tajam. lama-lama yang ku ingat hanyalah rasa sakit sampai aku sendiri tidak menyadari bahwa aku telah ditinggalkan dalam sebuah istana terbengkalai dengan belenggu rantai besi yang terus menahanku di tempat ini.

dulu, ibu callix terbunuh di istana tempatku tinggal sekarang. belasan regresiku, di tempat inilah aku menunggu. menunggu mati karena kelaparan, mati karena sakit yang terus menggerogotiku tiap malam, atau mati oleh pembunuh yang dikirim oleh keluarga kaisar.

aku lelah. aku menyerah.

krieettt

jendela kamarku yang tak pernah terbuka itu bergerak. udara dingin menyapu kulitku, silau cahaya terang menusuk indera penglihatanku.

seseorang datang. dia akan segera membunuhku, baguslah. selamatkan aku! bunuhlah aku!

"hai callix, apa kabar?"