Chapter 2 - 01 KAIROS DAN LAKUNA

hiksss, padahal sudah beberapa kali aku melakukannya tetapi membunuh makhluk hidup lucu ini masih saja membuatku terluka. "kelinci manisku yang malang, maafkan kejahatan manusia satu ini yang tega membunuhmu untuk bertahan hidup."

"kav! kau mendapatkannya?" dari kejauhan ka berteriak dan berlari menyusulku. dia pasti sudah kelaparan.

"tentu saja. jangan remehkan kemampuan ku. ah, dan panggil aku kakak!" kutunjukkan padanya kelinci gemuk bersurai putih yang sudah ternoda oleh darahnya karena tertusuk panah batuku.

"yayayaya... mana? pasti kau menangis lagi kan?"

ukh, dia anak kecil yang sangat peka. "mana, biar aku yang mengulitinya!"

"tidak. kali ini aku saja." kutundukkan kepala, jika aku terus lari dan menyerahkan hal-hal keji semacam menguliti makhluk hidup pada anak-anak itu, mereka pasti akan tumbuh besar menjadi orang yang tidak berperasaan kan?

aku benci melakukannya tapi disini akulah yang harusnya menjaga mereka bukan sebaliknya karena aku... tidak mau anak-anak super lucu yang sudah ku anggap anakku sendiri itu ternodai oleh jiwa-jiwa psikopat yang merusak masa depan mereka.

"kau kenapa sih? tidak biasanya. ck, mengesalkan! kalau begitu cepat lakukan dan jangan sambil menangis."

ah, lihatlah... lucunya ekspresi ka saat sedang menatapku heran itu. setelah beberapa bulan hidup bersamaku, aku merawatnya sekuat tenaga sampai-sampai mereka menjadi seimut ini.

rambut hitamnya yang lembut dan lebat, mata ungunya yang bersinar-sinar, dan kedua pipinya yang kian mengembang. inilah definisi keimutan sejati masa kanak-kanak.

"kav, apa kau akhirnya jadi gila?"

"ya, dengan keimutan itu aku rasa aku akan gila."

"jangan bercanda. ayo cepat kembali."

"hohoho, baiklah," bahkan saat sedang kesal, wajahnya tetap imut. "mana buruanmu?"

ka mendadak berhenti saat kutanya buruannya, "kau meleset semua?"

"jangan mengejek." ka langsung berjalan cepat, meninggalkanku di belakang.

"aih, bahkan saat sedang malu pun dia tampak imut."

#####

"kakak, kalian sudah pulang?"

jika ada sesuatu yang lebih imut maka itu adalah ku. dan jika ka dan ku bersatu mereka menciptakan kombo super imut yang mematikan untukku.

beginilah rasanya mengagumi seorang idol. jika mereka hidup di duniaku sebelumnya, dapat kupastikan akan menjadi idola banyak orang. ya tuhan, orang gila mana yang tega membuang anak seberharga ini.

"kak kav tidak papa?" aku di khawatirkan ku. ini hari yang luar biasa! aku akan bekerja lebih keras membahagiakannya.

"berkatmu dan ka, aku sangat baik sekali." ku elus-elus pucuk kepalanya dengan tangan kiriku yang tak berlumur darah.

"tunggu sebentar ya... aku akan menyiapkan makan malam spesial untuk kalian anak-anakku yang manis."

"dia gila." celetuk ka saat kepergianku.

kratakkk..kratakkkk...

gemelatuk suara api yang membakar kayu menemani malam kami yang sedang khidmat memakan daging kelinci.

ka dan ku tentu saja tampak sangat lahap memakannya. senangnya, anak-anakku tumbuh dengan baik dan semakin besar.

"kak kav, sudah kenyang?" ku bertanya sekali lagi, memastikan.

"tentu saja. makanlah hingga habis bersama ka. kalian anak-anak, harus banyak makan agar cepat besar dan kuat." bohong jika aku sudah kenyang tetapi demi anak-anakku aku rela merelakan daging lembut penuh kenikmatan itu.

"ka, ku, bolehkah aku menamai kalian?"

"benarkah? kak kav punya nama untuk kami? senangnya." seperti dugaanku, ku akan sangat bersemangat. imutnyaaaa. sedangkan ku terlihat tidak peduli.

"kairos dan lunaku. itu nama kalian. artinya matahari dan bulan. saat orang-orang bertanya siapa kalian, itulah nama kalian. bagaimana?"

"wahhh... lunaku. itu namaku? cantik. cantik sekali, aku suka." ku, jika aku masih punya kamera dan hp, aku akan mengabadikan momen bersejarah ini.

"ck, apa-apaan nama itu?" ka berdecak. mulutnya bilang tidak, tapi lihatlah... kedua daun telinganya memerah malu. lucunyaa.

"dan mulai besok, ayo kita ke kota."

"benarkah? tapi kota mana?" ku menatapku penasaran.

"kau yakin? bagaimana jika ada bandit lagi yang akan menangkap kita dan menjual kita sebagai budak?" ka menanggapiku lebih serius. pasti anak itu juga cukup trauma karena dulu pernah mengalaminya.

"ada aku. kita akan mendaftar sebagai keluarga. membangun rumah dan hidup bersama sampai kalian dewasa."

"kenapa kau begitu peduli pada nasib kami? memangnya apa yang akan kau dapatkan?"

"entahlah, tapi aku suka kalian. jadi tidak ada yang perlu kalian pikirkan dan tumbuh saja dengan baik."

"benar-benar aneh."

"tapi kau juga menyukainya." kubalas ka dengan senyum andalanku. ka terdiam.

"kak kav, kau berjanji?" ku menatapku dengan tatapan yang tak dapat kumengerti.

"tentu saja. aku berjanji dengan seribu malam."

ku tersenyum bahagia, aku juga. "terima kasih kak kav. kami mencintaimu!"

deg. cinta? beginikah rasanya di cintai? perutku terasa sangat geli, bibirku berkedut-kedut ingin tertarik keatas, jantungku berdebar, dan aku tiba-tiba merasa sangat senang dan bahagia. akh, keimutan ini adalah hari paling bersejarah bagiku.

"terimakasih ku. sekarang tidurlah, biar aku yang menjaga kalian."

"baik kak."

di bawah terangnya langit malam, berteman api unggun dan angin sunyi, kedua kembar itu tertidur pulas dengan aku yang menjaga mereka di dekatnya. hari ini... aku sangat bahagia dan boleh jadi, kenangan inilah yang mungkin kelak akan menyelamatkanku dari kegelapan paling dalam.

ah, bukan hanya mungkin. aku merasa sangat yakin bahwa hanya mereka yang bisa menyelamatkanku kelak. "karena itu, kalian harus tumbuh dengan baik agar dapat membawaku kembali kelak nanti saat aku terjebak dalam kegelapan."

saat itu aku tidak tahu bahwa ka... mendengar semuanya dan membuat janjinya dengan malam.

#####

ini tidaklah mudah. kota dunia lain yang selama ini selalu melintas di bayanganku ternyata cukup berbeda.

saat pertama kali tiba di gerbang kota, kami tidak bisa masuk begitu saja. sederet prajurit berbaju besi telah berbaris dan menahan kedatanganku.

"Jadi, siapa kalian? tujuan ke tempat ini?" seorang prajurit bersikukuh mengajukan pertanyaan yang sama kepadaku.

"sudah ku katakan berkali-kali. kami adalah pengembara yang hendak mencari tempat tinggal di kota ini untuk beberapa waktu."

"kami tidak memiliki identitas karena memang sejak bayi kami telah di bawa dalam pengembaraan orang tua kami."

"orang yang tidak memiliki identitas dilarang memasuki kota ini."

"tapi, kami masuk untuk mendaftarkan identitas kami di balai kerajaan."

"lihatlah, dua adikku yang menggemaskan ini. aku hendak mendaftarkan identitas kami agar mereka dapat mengikuti pendidikan akademi kerajaan kelak dan mempermudah mereka mencari kerja."

"jadi itu rencanamu, Kav?" Ka berbisik. sepertinya dia terkejut.

Aku tersenyum meyakinkan para prajurit itu. "jangan berdebat sekarang, Ka. bantu aku melewati pagar hidup itu."

Beberapa saat, Ka melongo sebelum akhirnya mau membantuku. "Kak, jika kami tidak punya identitas, ka tidak bisa masuk ke akademi kesatria?"

Bagus Ka. teruskan bakat aktingmu! lihatlah matanya yang terlihat berkaca-kaca menatapku dengan wajah memelasnya. sangat meyakinkan. anak ini pasti sudah terbiasa menipu untuk bertahan hidup.

"ku juga. ku, tidak bisa jadi penari?"

"adik-adikku yang malang. maafkan ketidakmampuan kakak mewujudkan impian kalian." satu combo terakhir dalam akting kami yaitu... tangisan.

kami bertiga menangis di dalam posko dan membuat keributan di antara para prajurit. bagus sekali. teruskan anak-anak!

melalui serangkaian proses akhirnya para prajurit membuat sebuah keputusan. sebelumnya mereka berniat membawa kami ke panti asuhan tetapi kutolak karena aku sudah cukup umur untuk menjadi wali mereka. yah, meski aku juga berbohong soal umurku sih. tak masalah, toh takkan ada yang tahu identitasku sebelumnya.

melalui pengawasan seorang prajurit, kami bertiga di bawa ke balai pencatatan penduduk untuk mendaftarkan nama kami di kerajaan.

Kaviar, itu namaku. Kairos, namanya tercatat sebagai adik petamaku sedangkan Lakuna tercatat sebagai anak ketiga sekaligus adik keduaku.