Waktu berlalu dengan cepatnya. tak terasa satu tahun sudah berlalu tanpa dapat kusadari. Ka dan ku terus tumbuh begitu pula denganku. sebagai kaviar, pekerjaanku adalah kuli serabutan yang menyediakan tenaga untuk mengangkut barang.
seringkali para prajurit yang dulu membawaku ke balai penduduk meminta tolong padaku. sekarang, aku bersahabat baik dengan para prajurit itu. aku juga sudah punya rumah kecil yang dulu terbengkalai di pojok kota. ku tinggali begitu saja.
namun, ada satu rahasia yang tak di ketahui siapa-siapa. untuk bertahan hidup dikota, dibutuhkan biaya yang sangat besar jika tak pandai mengatur keuangan. ditambah lagi, aku berniat memasukkan ka dan ku ke akademi. oleh karena itu, rahasia yang tak diketahui siapa-siapa itu adalah identitas keduaku sebagai pemburu bayaran sebuah guild informasi.
ramyeon, itulah nama dan identitasku sebagai pemburu di guild. yah, nama itu kubuat demi kerinduanku pada ramyeon.
lagi pula, setelah lebih banyak mengetahui identitas masa laluku. aku yang sejak kecil sudah terlatih berburu dan bertahan hidup di hutan mana mungkin menyia-nyiakan bakat sebagai pemburu.
alasan lain aku memilih pekerjaan ini karena... upahnya tentu saja besar. upah besar di barengi bakat tak terkira. siapa juga yang mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bersinar sebagai sosok pemburu hebat yang kaya raya.
setidaknya, aku bisa menata ulang lagi impianku di kehidupan kedua ini yaitu, menjadi pengangguran kaya raya. membayangkan betapa banyak uang yang akan kuhasilkan sepuluh tahun ke depan saja sudah membuatku melayang-layang.
haish, padahal aku tidak boleh terlalu berharap.
"ram, bagaimana? mau menerimanya?" sosok dihadapanku terus menunggu keputusanku.
aku mengangguk setuju. memburu monster adalah hal mudah bagi seorang kav yang hebat ini.
"kalau begitu, seperti biasa?"
"tentu saja."
"optimisme yang bagus. beginilah seharusnya pegawai yang lain bekerja."
"berhentilah menyanjung pegawai kesayanganmu. aku juga rajin bekerja tahu."
"yayayaya. aku tahu."
"kalau begitu aku pergi sekarang."
"sudah mau pergi?" ketua guild menghampiriku. aku mengangguk.
"apa ada hal lain yang kau inginkan?"
"hmm," aku berpikir, "aku butu uang."
"ugh, kurangi sifat mata duitanmu itu."
"tapi segalanya butuh uang." dan aku berlalu begitu saja meninggalkan adios dan kara berdua dalam ruangan.
"ck, mana bisa hidup aku jika tak punya banyak uang."
#####
tabut menggelanyut. hawa dingin merasuk. cahaya masih enggan menampakkan semburatnya. sementara itu, langkahku gontai menyusuri jalanan kota yang lengang. masih terlalu pagi untuk orang-orang bangun dan bekerja dan aku justru baru pulang dari bekerja.
seluruh tubuhku sudah di penuhi keringat, jubahku penuh dengan noda darah maupun lumpur. rambutku lepek. napasku sudah sesak oleh topeng yang selalu kugunakan selama menjadi ramyeon.
beruntungnya, jalanan kali ini sepi dari para pemabuk dan prajurit yang berpatroli. itu memudahkanku yang sebelumnya selalu mengendap-endap.
"halo!"
suara siapa? kudongakkan kepala. seseorang dengan gaya pakaian yang familiar telah berdiri di hadapanku. mataku melotot seketika.
"ku kira kau akan lupa, tapi sepertinya tidak ya?"
mana mungkin aku bisa lupa dengan sosok itu. mata seperti ikan mati, rambut hitam sebahu dan pakaian itu... adalah pakaian terakhir yang kupakai sebelum tiba di tempat ini. itu adalah sosokku di kehidupanku sebelumnya.
"siapa kau?"
"aku adalah kau."
"mana mungkin. aku adalah aku. kenapa kau memiliki sosokku?"
"sudah kubilang kan, aku ini kau. tepatnya, aku adalah sebagian darimu yang kau lupakan setelah mendapat tubuh itu."
"tidak mungkin, aku berhalusinasi? mimpi part 2?"
"hahaha, jangan begitu. aku akhirnya menemukan sebagian diriku dan aku sedang berusaha menyampaikan sesuatu yang telah kau lupakan."
"apa maks-
sosok itu menarikku dan tiba-tiba aku tertarik dalam kegelapan pekat.
rasanya hampir sama saat ingatan tubuh ini ku temukan. kini aku yang justru menemukan ingatanku sendiri. tentang bagaimana aku menjalani hidup di masa lalu dan hal-hal lain yang pernah kulakukan saat hidup dulu.
benar. ini benar-benar ingatanku. sekarang aku mengingat semuanya. pantas saja aku tidak begitu merasa asing atau kesulitan setelah tiba di dunia ini. ini adalah dunia perwujudan dari sebuah novel aneh yang pernah ku temukan di tumpukan buku tua.
nama kerajaannnya, wilayah-wilayahnya sama. marga bangsawan dan raja yang menjabat saat ini sama persis dengan novel itu. bedanya, sekarang aku sedang merasuki pemeran yang bahkan tidak tercatat dalam cerita itu. kenapa?
novel itu bercerita tentang seorang reinkanator yang dikekakng takdirnya untuk menjadi pahlawan yang menyelamatkan dunia ini dari invasi iblis.
dan yang ku ingat reinkanator itu adalah pangeran kekaisaran yang kehadirannya saja tak pernah diharapkan. pangeran reinkanator itu akan selalu kembali ke masa lalu jika ia gagal menyelamatkan kekaisaran dari kehancuran.
pada regresi pertama, kedua, ketiga, hingga keenam, pangeran itu gagal menyelamatkan kekaisaran kemudian pada regresi ke tujuh, pangeran itu menjadi gila. ia menjadi tidak dapat dikendalikan dan seperti kerasukan. bahkan, saat dia mengantung dirinya berkali-kali dan mati, dia tetap bangun dan kembali.
sekarang pertanyaannya adalah? pada regresi ke berapa aku mengingat semuanya? jangan jangan aku baru saja ikut regresi karenanya dan karena tidak dapat mengingatnya aku tidak bisa menyadari?
sialan! kenapa genre duniaku adalah peperangan begini sih? aku kan inginnya terlahir jadi anak bangsawan kaya saja. biar nanti diabaikan pun tak apa selama aku bisa menghasilkan uang dari tempat yang mudah.
memikirkannya saja membuatku ingin menangis lagi tetapi, sekarang bukan waktunya begitu. fajar kian terang di garis cakrawala, aku harus segera pulang sebelum ada orang lain yang melihatku.
ceklek. seperti biasanya, ka dan ku masih tertidur pulas pastinya. langkahku segera membawaku ke kamar mandi. tak lupa aku mencuci semua pakaian samaranku. begitu air dingin mengguyur seluruh tubuhku, perih lagi-lagi menyeruak diantaranya. sialan! aku terluka lagi.
"kak, kau mau ke mana?" aku bergidik seketika mendapati ku yang baru saja bangun tidur. jangan sampai ketahuan.
"ah, itu anu.. eee, hari ini kan aku libur. aku mau membawa kalian ke kota." jawabku gelagapan.
"benarkah?" ku percaya begitu saja. aku jadi tak tega membohonginya.
"i iya. nanti ajaklah ka, kita pergi bersama-sama." yah, selamat tinggal kasurku. sepertinya aku masih belum bisa istirahat hari ini.
waktu berlalu lagi. tiba di kota utama, keramaian segera menyambutku dan kedua adikku. sedikit tambahan informasi, kota ini adalah kota pusat kekaisaran dimana seluruh sentral kegiatan politik, dan perekonomian berpusat di sini. di tambah, kota ini terletak dekat dengan pelabuhan menjadikannya kota yang sangat sibuk.
kota Megalith terbagi menjadi tiga kawasan utama. kawasan zona satu adalah kawasan elite dimana keluaga kerajaan dan para bangsawan biasanya tinggal di sana. kawasan zona dua adalah kawasan menengah, di kawasan itulah segala pusat perekonomian bergerak.orang-orang dengan perekonomian mengengah ke atas tinggal di kawasan itu. sedangkan kawasan zona tiga adalah kawasan tempat tinggal para rakyat biasa dengan perekonomian menengah ke bawah. tempatku tinggal berada di titik terluar kawasan zona tiga dimana, tempat itu terletak di tengah hutan dan pegunungan.
"wah, ramai sekali. senangnya." ku bersemangat sekali. ka, seperti biasa dia sok merasa kesal padahal tertarik. aih lucunya.
"kav, kau yakin?" ka bertanya di sela-sela belanja kami.
"memangnya kenapa? tenang saja. uang masuk akademi kalian dan uang kebutuhan bulan ini sudah kupisahkan kok. jangan ragu-ragu jika mau membeli sesuatu. selama uang dikantong ini masih cukup akan kubelikan."
"bukan itu." ka menyela ucapanku. aku menautkan alis, "lalu?"
"itu, kau terlihat sangat kelelahan."
lihatlah, dia mengatakannya dengan malu-malu. lucunyaaaa.
"benarkah? tapi aku tidak merasa begitu kok."
"terserah kau. aku sudah memperingatkanmu." setelah mengatakannya, ka berlari menyusul ku yang asik memperhatikan ini itu. aku memperhatikan mereka dari jarak kejauhan.
"kenapa mereka bisa semenggemaskan ini sih?"
siapa yang peduli dengan genre perang di dunia ini. aku tidak peduli selama ada ka dan ku di sampingku dan aku bisa mengagumi keimutan mereka sepuasku.