Bulan purnama terlihat lebih terang, bulan bagaikan ingin lebih bersinar dari pada matahari malam itu. Tidak seperti pada malam sebelumnya, jauh dari pemukiman warga terlihat sebuah hutan yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar nan tinggi. Pohon-pohon itu bagaikan sedang melihatmu, memperhatikan seluruh gerak-gerikmu. Alam bagaikan ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh seorang pria yang mengenakan jubah hitamnya.
Pria itu seperti ingin berbaur dengan gelapnya malam, suara langkah kakinya tersapu oleh suara desauan angin yang asyik menggoyangkan daun-daun hijau milik sang pohon nan tinggi. Sepasang burung hantu terlihat bertengger di dahan pohon yang besar.
Hutan ini terlihat tidak lazim. Tidak ada tanda-tanda manusia ingin masuk ke dalam hutan yang memiliki akar besar dan mencuat di permukaan tanah. Tetapi, pria itu sepertinya tidak peduli dengan penampilan hutan yang baginya terlihat lebih indah dari pada malam sebelumnya. Dengan sinar rembulan yang begitu terang, dia merasa cahaya bulan ingin menuntunnya ke suatu tempat yang rahasia.
Jubah hitam yang dikenakan pria itu bergoyang-goyang karena hembusan angin. Suara tongkat kayu panjangnya terdengar menggema setiap dia mengetukkannya di tanah atau pun tidak sengaja tersenggol akar-akar pohon besar. Walaupun dia menutupi kepalanya dengan tudung jubah, rambut perak panjangnya tetap saja terlihat mencuat keluar.
"Huuu…huuu.."
Suara burung hantu terdengar dekat di pendengaranya membuat si pria mulai menyadari bahwa ada satu burung hantu bertengger di atas tongkat kayu miliknya. Burung hantu itu terlihat indah dengan sayapnya yang berwarna putih, manik mata keemasan yang membuat si pria mengingatkannya akan warna mata seseorang. Pria itu hanya tersenyum, dia menghentikan langkahnya lalu menatap lekat si burung hantu yang menggoyangkan lehernya kesana-kemari.
"Jadi, gadis itu telah bangun?" tanya si pria dengan suaranya yang lembut.
"Huu…huuu" lagi-lagi si burung hantu bagaikan sedang berbicara pada pria tersebut.
Pria itu terlihat mengerti apa yang dikatakan si burung hantu. Senyumnya semakin terukir indah, bagaikan mendengar sebuah berita bahagia. Pria tersebut memilih untuk berdiri lalu memandang jalan yang telah ia lalui. Terlihat begitu gelap. Terlihat tidak ada tanda akan ada seseorang memasuki hutan ini seperti yang ia lakukan.
Senyum itu tidak pernah luntur dari wajahnya ketika dia mendengar si burung hantu mulai bersahutan seperti sedang menyambut seseorang.
"Hei, aku tahu kalian senang dengan kedatangannya, tetapi dia bisa salah mengartikan sambutan dari kalian. Aku yakin dia sedang ketakutan sekarang, dia pasti merasa situasi yang ia rasakan adalah situasi yang mencengkam" ucap si pria, meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, meminta sang burung hantu untuk tidak terlalu berisik.
Desauan angin yang dingin menyibakkan beberapa hal yang dilewatinya. Tudung jubah yang melindungi rambut keperakannya itu tertiup begitu saja menerbangkan beberapa helai rambutnya yang terlihat bersinar ketika cahaya bulan menyinarinya. Manik semerah buah delima itu terlihat fokus pada satu titik.
Perlahan, dia bisa mendengar suara deruan nafas seseorang, suara langkah kaki yang terdengar terburu-buru, suara detak jantung yang bekerja keras memompa darah. Semakin lama, dia bisa melihat sebuah bayangan yang semakin mendekat ke arahnya.
'Aku akan datang sebentar lagi, tolong segera selesaikan urusanmu sebelum aku muncul.'
Pria itu hanya bisa mendengus geli mendengar suara kecil yang bagaikan lalu saja menyapa gendang telinganya. Suara tersebut menghilang bersama hembusan angin bersamaan dengan munculnya seorang anak berdiri tidak jauh dari tempat si pria berdiri, terlihat pucat dengan nafas terengah serta mata yang membola karena rasa terkejut serta tercampur oleh rasa takut.
Suara burung hantu kembali saling bersahutan dengan hebohnya, si pria bisa melihat bagaimana wajah pias sang anak semakin terlihat seperti mayat hidup ketika mendengar suara para burung hantu, kepalanya mendongak ke atas memperhatikan begitu banyaknya burung hantu bertengger di dahan pohon besar sambil menatap si anak dengan mata terlihat bercahaya. Burung-burung hantu terlihat sedang mengawasinya dan dia tidak suka dengan situasi yang ia rasakan saat ini.
Si pria yang menyadari gelagat si anak langsung saja mengentuk beberapa kali tongkat kayu miliknya membuat semua burung hantu terdiam. Hanya si burung hantu putih yang asyik mengepakkan sayapnya bagaikan sedang menari. Si pria pun menatap si anak sambil mengukirkan sebuah senyuman tipis dan berusaha terlihat ramah dari pada mengerikan.
"Hai, nak. Senang sekali bisa bertemu denganmu disini."
Bersambung