Chereads / DISCONTINED {!} / Chapter 9 - Fool I

Chapter 9 - Fool I

Pagi hari sangat cerah di Kerajaan Falheim. Sinar mentari menyinari seluruh penjuru kerajaan.

Penduduk yang berada di pasar berjalan silih berganti. Burung-burung juga turut berterbangan menghiasi suasana pagi.

Seluruh kerajaan terlihat bahagia, karena diumumkannya bangsawan baru, Earl Howard Grand.

Suasana di kediaman Earl Howard pun dalam kondisi yang baik. Meski mendapat sedikit pukulan dari kepergian Ciel, mereka secara tepat mencegah hal itu mempengaruhi kinerjanya, dan itu juga telah lewat empat hari setelah kepergian Ciel.

Duduk di meja kerjanya, sedang menandatangani dokumen permintaan untuk memperkuat sisi pertahanan Kerajaan Falheim yang terletak di kota militer Eldor, perbatasan Kerajaan Falheim dengan Kekaisaran Arsetien.

Sebagai salah satu kerajaan dengan kekuatan militer terkuat, Kerajaan Falheim memerintah 40% wilayah benua Azteroks. Dengan 30% di bawah pemerintahan Kerajaan Sictum dan sisanya menjadi bagian netral dengan beberapa negara kecil.

Meskipun begitu, Kekaisaran Arsetien merupakan faksi dengan kekuatan militer yang setara dengan Falheim. Bahkan mungkin setelah lima tahun terakhir, kekuatan militer mereka telah meningkat secara signifikan.

Pergerakan terakhir Kekaisaran yang terlihat adalah pembangunan sebuah markas militer besar dalam jarak 10 km dari benteng Kerajaan Falheim.

Saat Earl Howard sedang membaca dokumen, tiga ketukan terdengar dari balik pintu. Dengan suara rendah, dia menutup dokumen-dokumen yang ia pegang.

"Masuklah."

Pintu terbuka. Seorang pelayan memasuki ruangan dengan postur merendah. Pelayan itu tidak terlihat asing, karena pelayan itu merupakan Ron.

Ron membungkuk kepada Earl Howard sebelum berbicara, "Tuan, Tuan muda Ciel ditemukan."

Ekspresi Ciel menjadi berat. Sudut mulutnya berkedut dan wajahnya yang berwibawa sedikit kehilangan wibawanya.

Dia berdiri dan menghadap jendela oriel di belakang meja kerjanya.

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia," Ron sedikit menyesuaikan nadanya. "Dia ditemukan dalam keadaan yang tidak baik."

"Mayatnya akan segera sampai."

Wajah Earl Howard berangsur-angsur mulai padam. Semangat yang dia rasakan saat pagi hari telah menghilang secara signifikan. Dia menggigit bibir bawahnya sambil menekan kesedihan dan kebingungan.

Setelah beberapa detik hening, Earl Howard menghela nafas dan mengusap matanya.

"Konfirmasi waktu pasti kedatangan dan kumpulkan semua pelayan serta seluruh keluarga."

"Baik, Tuan."

Ron pergi dengan membungkuk setelah menjawab. Tidak merasakan kesedihan apapun.

Beberapa saat kemudian, ruangan menjadi sunyi. Tanpa sadar air mata mengalir di bawah mata Earl Howard. Dia mengangkat tangannya dan membersihkan itu.

"Seharusnya tidak seperti ini..."

***

Pada siang hari, tepatnya pada tanggal 16 Desember 1698.

Para penghuni kediaman Earl Howard berbaris rapi di belakang gerbang depan. Entah itu keluarga, pelayan, bahkan pengawal.

Ms.Arianna memiliki wajah yang penuh kebingungan. Dia membuat ekspresi yang melankolis dan senyum hambar. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan suaminya tidak memberitahu dengan detail apa yang terjadi, dia hanya memerintahkan untuk berkumpul di bagian belakang gerbang depan.

Alissa yang biasanya ceria bahkan tidak menunjukkan senyuman yang berarti. Dia tidak mengetahui hal yang terjadi, namun firasatnya memberitahu bahwa hal buruk telah terjadi.

Pintu gerbang mulai berderit terbuka.

Sebuah kereta kuda memasuki rumah dengan peti yang ditariknya. Setelah kereta kuda berhenti. Peti diletakkan, peti itu berukuran 2 meter x 0,5 meter.

Earl Howard dan keluarga mendekati peti. Jantung mereka berdebar dengan kacau tanpa berhenti.

Tutup peti terbuka.

Sebuah manusia dengan rambut hitam dan mata yang sama hitamnya. Memakai kemeja dengan jubah setengah pinggang dan memegang jam saku berwarna emas. Wajahnya pucat dengan sedikit darah di sela bibirnya. Lubang menganga di bagian dada tepat pada jantungnya.

Wajah Arianna memuacat. Tetesan demi tetesan air keluar dari matanya.

"Ah... Ahh.... T-tidak mungkinkan? Haha... Hahahaha... AAHH!"

Arianna berteriak dengan histeris. Tak kuasa menahan tangisannya. Masih tidak percaya dengan yang ada di depan matanya. Emosi yang tidak terhingga terlihat pada pandangannya. Emosinya tidak stabil bagai menari di tepi jurang.

Alissa menatap orang di dalam peti. Air mata mengalir keluar. Dia menunjuk ke dalam peti dan bertanya, "H-hei... Ibu, kenapa kakak hanya diam di sana? B-bukankah dia seharusnya m-memelukku?"

Dalam duka anak dan istrinya, Earl Howard tidak mengeluarkan satu kata pun. Wajahnya terbenam dalam kebingungan. Dengan suara berat, dia memberi perintah. "Gelar pemakaman tidak resmi, dia telah pergi mempelajari sihir tanpa arahan kerajaan. Beritahu beberapa orang saja. Biarkan tubuhnya disucikan di Gereja Dewi Malam!"

Mayat Ciel yang berada dalam peti tidak memiliki suhu tubuh. Jantungnya tidak berdetak, nafasnya tidak berhembus, dan sisa-sisa kehidupannya lenyap, bahkan roh miliknya yang menjadi sumber utama peluang untuk mengungkapkan sebab kematiannya. Itu menghilang.

Seolah alam mengerti warna emosi seluruh keluarga, hujan perlahan turun. Membawa suasana menjadi lebih suram.

***

Setelah beberapa waktu, hujan masih terus mengguyur namun peti mati telah dibawa ke Gereja Dewi Malam—agama mayoritas dari Kerajaan Falheim.

Di dalam gereja, beberapa pelayat duduk di bangku jemaat. Beberapa memiliki ekspresi suram dan beberapa masih menangis. Tidak diketahui berapa lama mereka menunggu, Uskup dari Gereja Dewi Malam memulai sesi doa.

"Pada hari ini, jiwa yang suci telah pergi meninggalkan kita semua."

"Ratu dari malam hari;

Master dari bulan yang besar;

Bintang yang melintasi kosmos;

Putri tragedi yang menggunakan berkat..."

"Kami memohon ampunan-Mu, kamu memohon ampunan untuk jiwa yang suci ini. Terimalah dia dalam Kerajaan Ilahi-Mu."

"Puji Yang Mulia Ratu!"

Seluruh pelayat meneriakkan hal yabg sama. Mereka menekan dada kanan dengan tangan menggenggam.

Setelah pensucian telah selesai, prosesi pemakaman dimulai. Seluruh pelayat memakai pakaian serba hitam, tanda berkabung. Tidak lebih dari lima puluh orang yang menghadiri pemakaman.

Setelah peti mati dikubur, foto Ciel Grand diletakkan di depan batu nisan. Pada batu nisan terukir kata-kata kesukaan Ciel Grand.

"Kematian bukan akhir dari segala kisah."