Chereads / DISCONTINED {!} / Chapter 11 - Calm

Chapter 11 - Calm

Dalam ruangan yang luas dan tenang. Ciel duduk di kursi malas dengan punggung yang merosot. Merasakan ketenangan setelah mengalami "kematian" dan "kebangkitan" yang menguras mental.

Rasa sakit di dadanya masih terasa. Walau semua telah berakhir, dia bahkan kehilangan identitas sebagai Ciel Grand dan saat ini memakai identitas barunya, Franchise Lupin.

Saat ini, dia ingin membangun kepribadian dari "Franchise Lupin" ini. Dia membuat pengaturan:

Seorang pria dengan bakat alami dalam sulap dan memiliki sifat rendah hati, serta berperilaku layaknya bangsawan.

Tanpa berpikir lagi, Ciel langsung terlelap ke dalam tidurnya, kemudian dia bermimpi.

Dalam mimpinya, sebuah salib besar berdiri kokoh. Serta seorang pria dengan pakaian formal menyentuhnya. Sebuah suara terdengar sangat dekat namun juga jauh dari Ciel. Pria itu bergumam menggunakan bahasa aneh. Namun entah bagaimana Ciel pada akhirnya bisa memahaminya, tapi juga tidak mengerti artinya.

Pria itu memiliki cacing dan belatung menggeliat pada wajahnya, sehingga Ciel tidak bisa melihat wajahnya.

Setelah beberapa saat, dia akhirnya terbangun, mimpi itu berakhir tanpa ada yang berarti.

Saat Ciel menatap jendela, matahari telah terbit dan cahayanya menyinari seluruh kota.

Dia beranjak dari ranjang kemudian pergi menuju ke selatan ke arah negara Rulian dan menuju kota Manhathan.

***

Dalam rumah yang tersembunyi di Gunung Florgence.

Michael terdiam dan merasa sedikit bersalah. Saat dia membunuh Ciel, yang ingin dia lakukan adalah menghidupkan kembali Ciel dengan tampak dan identitas baru. Namun ketika dia memulai ritual, Bayangan yang menahan jiwa Ciel telah menyebar ke segala arah dan menghilang.

Dia sedikit mengernyitkan keningnya sambil memegang dagu. "Kenapa itu bisa gagal? Dewa belum melakukan hukuman yang berarti ini belum benar-benar gawat. Namun itu tidak pernah gagal sebelumya..."

Michael merasa kesakitan, dan sedikit gelisah. Ini merupakan sesuatu yang diemban olehnya, tugas dari dewa yang ia sembah. Bagaimana mungkin dia bisa tenang ketika tugas dari dewa telah gagal?

Namun saat pikiran berkelana satu demi satu ke dalam otaknya, dia mendengar suara dobrakan pintu. Suaranya nyaring sehingga dia bisa mendengar dari lantai atas.

Dia turun dan melihat seorang pria berambut hitam panjang dengan tulang pipi yang tinggi. Pria itu menggunakan pakaian formal dan memakai kacamata berlensa tunggal pada mata kanannya.

Pria itu pergi menuju Michael dan menarik kerahnya. Wajah pria itu terlihat dipenuhi kemarahan. Pria itu segera mendapat ketenangannya dan merapikan bajunya.

"Maaf jika aku langsung seperti itu. Aku hanya tidak menyangka kau membunuhku."

Mata Michael sedikit terkejut. Sudut bibirnya lengkung dan dia dipenuhi keheranan. Rasa keakraban muncul dalam pandangannya.

"Aku rasa itu benar-benar kau, Ciel..."

"Tampaknya kau telah maju ke urutan lima."

Michael dengan cepat tersenyum. Hanya menyisakan pikiran itu di belakang kepalanya.

"Untuk alasan aku membunuhmu, itu karena kau yakin bisa menghidupkan dirimu kembali dan kau bisa mencuri relik dewa untuk meningkatkan urutan dengan cepat," ucap Michael dengan tatapan santai. "tapi ritual itu entah bagaimana gagal karena terganggu oleh kekuatan yang lebih besar. Tapi apa pentingnya itu? Kau sudah hidup kembali dan ini waktunya mengajarkan cara merapal sihir."

"Apa kau bercanda?" Ciel tidak bisa membantu tetapi mencerca dengan lantang.

Michael kemudian mengambil buku yang sama yang dia berikan kepada Ciel saat itu.

"Esensi sihir adalah, energi alam yang mengandung kekuatan dewa. Yap benar, setiap penyihir menjadi rentan kehilangan kendali karena kekuatan itu. Ketika kau mengalirkan mana ke seluruh penjuru pembuluh darah, kau bisa dengan mudah merasakan, menghapuskan, dan melakukan banyak hal dengan tubuhmu."

"Setiap rapalan mantra menggunakan perantara sebagai induk kekuatan. Misalnya, penyihir biasa membutuhkan sebuah tongkat sihir untuk mengeluarkan sihirnya, dan setiap sihirnya terbatas jarak dalam tongkat sihirnya."

Merasa mendapat hal menarik, Ciel bertanya, "lalu bagaimana kau bisa merapal tanpa perantara? Ini bertentangan dengan yang kau sebutkan."

Michael mendengar dengan senang hati, lalu menyulap kursi bayangan untuk duduk.

"Ketika menginjak urutan dua ke atas. Pengendalian mana seorang penyihir memiliki banyak pengembangan. Jadi, bahkan mereka bisa mengeluarkan sihir di semua tempat selama memiliki mana di sekitar."

"Lalu, ketika telah mencapai urutan satu, mereka bahkan bisa menggunakan sihir tanpa harus bergantung pada mana alam... Yah, itu juga yang legenda bilang."

Bahkan jika urutan di atas urutan dua hanyalah mitos, keberadaan seperti Michael, yang seseorang dari zaman ke-empat yang masih hidup, merupakan mitos itu sendiri.

'Bicara soal mitos, bahkan makhluk mitos mana pun akan memiliki asal-usul.'

Sembari membayangkan "burung" yang dia lihat saat pertama menuju gunung ini, dia hanya bisa menelan ludahnya kembali.

***

Beberapa hari telah berlalu.

Setelah Ciel menerima pengajaran sihir dari Michael. Dia telah hampir mencerna mana dari urutan lima.

Karena itu, Ciel mengerjakan rencana selanjutnya.

Pencurian relik.