Dan malampun tiba
membawa banyak berita
tentang bintang yang berenang
di tepian langit
ketika pahit bukan lagi berbicara tentang rasa sakit
namun bercakap tentang kisah-kisah pelik yang rumit
Ario Langit terduduk. Tak sanggup lagi berdiri tegak. Namun pemuda yang keras hati ini meraih batang pohon yang berada di dekatnya. Berpegangan dengan sisa-sisa tenaganya dan berhasil berdiri. Ario Langit menata nafasnya yang tersengal-sengal. Bersiap terhadap serangan susulan. Sudut matanya yang tajam melihat seseorang memanggul sosok Galuh Lalita yang tak berdaya. Mata hitam Ario Langit menyala merah. Pemuda ini berada dalam puncak amarah.
Amarah yang sangat luar biasa sehingga membuat tubuhnya menggigil. Bayangan hitam di belakang tubuhnya yang serupa kabut tebal perlahan menipis dan akhirnya menghilang. Ario Langit berdiri tegak kembali. Tubuhnya terasa sangat ringan. Rasa sakit yang tadinya terasa sangat luar biasa di sekujur tubuhnya hilang tak berbekas. Tubuhnya bugar sekali. Pemuda itu berjalan pelan menuju Matamaha Mada. Nenek yang telah menghajarnya dengan keras.
Nenek gila yang sangat sakti itu seperti mau terlepas biji matanya. Pemuda yang terluka parah oleh pukulannya itu berjalan ke arahnya. Namun dalam wujud lain! Pemuda itu menjelma menjadi sesosok mahluk tinggi besar berkulit hitam dengan rambut riap-riapan. Matanya merah menyala. Benar-benar menyala karena api keluar dari bola mata itu! Matamaha Mada menjerit sejadi-jadinya. Bukan karena takut namun lebih karena rasa takjub. Ada orang lain yang bisa melakukan Tiwikrama selain dirinya!
Hanya saja bedanya adalah, pemuda itu Tiwikrama secara lahiriah. Sedangkan dia sendiri melakukan Tiwikrama menggunakan ilmu sihir tingkat tinggi. Matamaha Mada kemudian menangis sekencang-kencangnya. Tubuhnya yang bungkuk dengan kaki pincang melesat ke depan dengan kecepatan tinggi. Menghantam Ario Langit yang tidak mengelak sama sekali dan menerima pukulan itu dengan dorongan tangannya yang besar.
Dessss! Desss! Brakkkk!
Angin pukulan yang menyamping karena adu pukulan itu membuat pinggiran panggung hancur berantakan. Bekasnya seperti hangus terbakar. Matamaha Mada menjerit tinggi karena tubuhnya terpelanting keras dan tanpa bisa dicegah lagi menghantam Si Tua Aneh yang masih melongo melihat peristiwa di hadapannya. Alhasil tubuh kedua orang tua itu jatuh bergulingan. Lagi-lagi nenek sakti itu menjerit sejadi-jadinya. Kali ini karena dirinya terluka.
Unduh Kusuma menjadi jerih sekali hatinya. Sosok hitam yang mengerikan itu sekarang menghampirinya. Rupanya benturan tenaga dengan Matamaha tidak menimbulkan pengaruh apa-apa baginya.
Si Tua Aneh bersama Matamaha saling pandang. Sepertinya ada kesepakatan antara keduanya karena setelah itu secara bersamaan kedua orang yang sudah sangat tua itu menerjang maju. Menyatukan kekuatan menyerang sosok hitam jelmaan Ario Langit.
Orang-orang yang tadinya berjubel di lapangan tak nampak lagi karena semua sudah berhamburan ketakutan melarikan diri jauh-jauh. Alun-alun Padepokan Maung Leuweung berubah menjadi arena pertunjukan yang sangat mengerikan. Ki Sambarata sendiri kuncup hatinya. Diam-diam pemimpin padepokan yang aneh itu telah pergi dari tempat itu. Tanpa sedikitpun peduli putrinya tidak ada sedari tadi.
Lapangan itu menjadi sepi. Hanya tersisa empat orang yang sekarang sedang bertempur hebat. Unduh Kusuma menyingkirkan ketakutannya dan ikut terjun membantu gurunya. Sosok hitam jelmaan Ario Langit itu akhirnya terdesak. Terutama karena Matamaha Mada juga mulai mengeluarkan ilmu sihirnya yang tingkatannya sudah sangat tinggi. Tubuh nenek itu berubah besar dan mengerikan. Tidak kalah mengerikan dengan sosok jelmaan Ario Langit. Kedua sosok makhluk yang menakutkan itu saling gempur dengan ganas.
Si Tua Aneh dan Unduh Kusuma tidak lagi mengeroyok secara langsung. Kali ini mereka menggunakan siasat saat sosok hitam Ario Langit lengah, keduanya mengirimkan pukulan-pukulan yang mematikan dan beberapa kali pula mengenai tubuh besar Ario Langit.
Namun Ario Langit sama sekali tidak merasakan sakit akibat pukulan-pukulan dahsyat itu. Perhatiannya benar-benar tertuju kepada sosok hitam Matamaha Mada yang mulai terdesak olehnya.
Setelah puluhan jurus berlalu. Pertandingan aneh itu tetap berlangsung dengan brutal. Entah sudah berapa kali cakaran dan pukulan yang mengenai tubuh kedua makhluk besar hitam itu. Entah sudah berapa kali pula Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh berhasil mendaratkan pukulan-pukulan ke tubuh jelmaan Ario Langit. Keadaan menjadi sangat berbahaya bagi pemuda yang tanpa disadarinya, didorong oleh rasa marahnya yang luar biasa, bertiwikrama menjadi mahkluk siluman yang selama ini selalu mengikutinya dengan tak kasat mata.
Ario Langit memang tidak merasakan rasa sakit atau luka dalam wujud Tiwikramanya. Namun sesungguhnya, badan wadag manusianya sebagai Ario Langit semakin terluka parah. Matamaha Mada juga sudah terluka. Makhluk jelmaan Ario Langit sangat tangguh dan tidak mampu dikalahkannya dengan cepat.
Saat untuk kesekian kalinya Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh mengirimkan pukulan berbahaya ke tubuh Ario Langit, mendadak sesosok bayangan lain lagi berkelebat tanpa bersuara memasuki arena pertempuran. Sosok tinggi gagah dengan jubah panjang berwarna hitam pekat itu menyerang Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh. Kedua orang itu kaget bukan kepalang saat merasakan betapa dahsyatnya hawa pukulan orang yang baru datang itu.
Terdengar jeritan tinggi untuk sekian kalinya dari yang keluar dari mulut Matamaha Mada. Nenek gila yang sangat sakti itu berteriak lantang.
'Siluman Karimun Jawa!"
Kontan teriakan itu membuat Si Tua Aneh melompat mundur jauh ke belakang dan diikuti oleh Unduh Kusuma. Keduanya tentu saja sudah mendengar siapa Siluman Karimun Jawa. Putra pertama yang terkenal sakti, ganas dan kejam dari Ratu Gaib Laut Utara.
Sosok setengah baya berjubah hitam pekat itu tertawa tergelak-gelak. Suaranya menggelegar menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya.
"Tua Bangkotan Aneh! Berani-beraninya kau mengganggu putra dari Siluman Karimun Jawa! Kalian mencari mati!" Tubuh tinggi Siluman Karimun Jawa melesat cepat dan mengirimkan pukulan yang menyerupai kabut namun berwarna hitam pekat ke arah dua orang guru murid yang segera menyiapkan hawa sakti untuk menahan pukulan mengerikan itu.
Blarrrr! Blarrr! Blarrr!
Tiga kali ledakan membahana seolah lapangan padepokan sedang dihujani oleh petir dahsyat. Tubuh Si Tua Aneh terpelanting hebat. Disusul dengan tubuh Unduh Kusuma yang melayang jauh dalam keadaan tak sadarkan diri akibat dahsyatnya benturan. Si Tua Aneh yang terluka tak mau membuang waktu lama. Tubuh cebolnya menyambar tubuh Uduh Kusuma dan melarikan diri cepat-cepat dari tempat itu.
Matamaha Mada yang masih bertarung secara seimbang dengan sosok jelmaan Ario Langit melihat gelagat tak menguntungkan baginya. Diiringi jeritan panjang yang menggiriskan hati, tubuh nenek gila namun sakti bukan main itu lenyap seketika.
Ario Langit yang kehilangan musuh perlahan hilang amarahnya. Tubuhnya menyusut cepat dan berubah menjadi sediakala. Ario Langit terjerembab ke tanah dalam kondisi terluka parah.
Ario Langit melihat sosok tinggi yang telah mengusir Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh itu menghampirinya. Pemuda itu mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya. Kalaupun harus mati, maka dia harus mati dengan gagah berani. Karena itulah tubuhnya dipaksa untuk berdiri. Dia tidak mau mati dalam keadaan tersungkur.
Siluman Karimun Jawa menatap Ario Langit tanpa berkedip. Dia tadinya sudah menduga tapi masih tetap tak percaya putranya masih hidup! Disambarnya tubuh Ario Langit untuk dibawa pergi dari alun-alun padepokan. Dia akan menanyai pemuda itu nanti di tempat yang sunyi. Selain itu luka parah yang dideritanya harus segera diobati.
-******