Sasha mengerjap ia kembali dari lamunannya. "Heh? Oh…, tentu saja tidak, Pak!" Sasha tersenyum dengan senyum yang di paksakan.
"Jadi kenapa?"
"Saya hanya… maksudku, aku belum mau dan belum siap untuk…" ucapan Sasha kembali mengambang dan tak melanjutkan kata-katanya, seakan mulutnya begitu berat untuk kembali berbicara. Ada rasa enggan untuk mengungkapkan isi hatinya pada Aldric, bagaimanapun ia juga masih cukup kaget dengan situasi saat ini.
"Menjalin hubungan lagi? Dengan orang baru? Kamu sakit hati karena mantan kekasihmu meninggalkanmu, setelah menidurimu?"
Mata Sasha membulat dengan sempurna mendengar penuturan Aldric yang begitu gamblang.
'Kok dia tahu?' tanyanya pada dirinya sendiri di dalam hati.
"Bagaimana saya tahu? Itu hanya feeling dan menebaknya saja," ucap Aldric seakan ia bisa membaca pikirannya. Padahal dia memang tahu karena isi chat Sasha dan teman-temannya yang tak sengaja ia baca.
"Saya pun sama, Sasha. Rasa sakit karena pernah ditinggalkan itu masih membekas sampai saat ini. Tapi saya tak ingin terlalu larut di dalamnya berlama-lama," jelasnya kemudian seraya menatap Sasha dengan serius.
"Cry. Forgive. Learn. Move on. Let your tears water the seeds of your future happiness …" lanjutnya lagi.
"Mantan kekasihku dulu juga berkhianat, malah dengan sahabat saya sendiri yang begitu ku percaya. Adam tahu itu dan kenal dengannya juga," jelas Aldric lagi. "Bahkan mereka melakukan hal itu. Kau pasti mengerti dengan itu, di dalam apartemen yang ku berikan padanya, dan tidak sengaja memergoki mereka. Dan rupanya hubungan mereka sudah terjadi lama di belakang saya."
"Don't waste your time looking back for what you have lost, move on for life wasn't meant to be traveled backwards," ucapnya lagi dengan sebuah senyuman di bibirnya.
"Dengarkan aku, Sasha… aku tidak peduli dengan apa yang sudah pernah kamu lakukan dulu dengan mantan kekasihmu, atau masa lalumu itu. Itu tak akan mengubah perasaan saya ke kamu, dan saya tidak akan mengungkitnya. Semua orang punya masa lalu, begitupun saya. Saya hanya ingin fokus terhadap masa sekarang dan yang akan datang!"
"Every day is a new day, and you'll never be able to find happiness if you don't move on," ucap Aldric dengan serius.
Sasha hanya memasang tampang bingung, mulutnya membuka dan menutup seakan ingin mengatakan sesuatu. Tapi setelah sekian lama tak ada satu katapun terucap dari mulutnya.
Aldric sudah bertekad untuk mendapatkan Sasha. Suasana sudah mendukung ia sama sekali tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Dan ia sudah mengetahui kekhawatiran Sasha. Ia hanya perlu berusaha sedikit lebih keras untuk menyakinkan wanitanya tersebut.
Sedangkan Sasha masih terdiam tanpa kata, hatinya di penuhi oleh rasa bimbang. Ada rasa senang tapi juga bingung dan merasa tak yakin. Dalam hati terdalamnya masih ada rasa takut untuk menjalin suatu hubungan.
'Meski dia tampan dan banyak orang yang menyukainya, dia juga tahu masa lalu gue… tapi… ah… gue gak tahu harus kaya gimana…' gumamnya dalam hati. 'Gue takut…'
"Apakah kamu menyukaiku?" tanya Aldric pada Sasha. Ia menatap Sasha seakan mencari jawaban di matanya.
Sungguh, Sasha sendiri tak tahu dengan apa yang di dalam hatinya saat ini. Ia memang tertarik dengan ketampanan Aldric, yang bahkan sering membayangkan bagaimana rasanya jika Aldric menyentuhnya. Bahkan tak jarang Aldric mampu membuat hasratnya terpancing meski hanya dalam bayangan dan imajinasinya saja. Tapi jika membahas perasaaan, entahlah Sasha juga tak mengerti. Apalagi ia memang tak ingin menjalin hubungan untuk saat ini. Tapi Aldric terlihat begitu jujur. Ia juga pernah mengalami kepahitan yang sama dengan dirinya. Sama-sama pernah kecewa dengan masa lalunya.
Sasha menggeleng lemah, "Aku tidak tahu, Pak."
"Kamu yakin? Kalau kamu tidak tahu?" tanya Aldric memastikan.
Sasha kali ini mengangguk, karena ia memang tidak tahu dengan perasaannya sendiri. Karena memang selama ini ia juga tak pernah membayangkan jika sampai Aldric akan menyukainya. Hal yang benar-benar di luar nalar baginya.
"Ayo kita buktikan!" seru Aldric yang membuat Sasha sangat bingung dan tak mengerti dengan ucapan Aldric tersebut. Namun saat akan bertanya pada Aldric dan membuka mulutnya, dengan gerakan tiba-tiba Aldric sudah mendaratkan bibirnya di bibir Sasha seakan membungkam mulutnya untuk tidak bertanya. Bahkan Aldric menangkup kedua pipinya seakan agar bisa mereguk bibirnya dan ia tak bisa menghindari Aldric lagi, dengan spontan Sasha mengangkat kedua tangannya dan mencoba untuk mendorong tubuh Aldric.
Sasha sempat ingin melepaskannya tapi lagi-lagi tubuhnya kembali mengkhianatinya. Apalagi ketika ia mulai bisa merasakan dengan jelas bibir Aldric yang lembut dan basah menyapu bibirnya dengan begitu lembut. Membuat darahnya mendesir hebat. Sudah cukup lama ia bisa menahan dirinya selama ini, tapi tidak dengan sentuhan jelas seperti ini. Tangannya yang berada di dada Aldric yang tadi hendak mendorong tubuh Aldric, kini malah mencengkram kemeja yang dikenakan oleh Aldric.
Tubuhnya memanas seiring ia bisa merasakan deru napas Aldric yang terasa jelas di wajahnya. Sasha terbuai dengan sentuhan Aldric yang begitu lembut di bibirnya, tanpa sadar ia memejamkan matanya berusaha menikmati sentuhan itu. Sasha sedikit tersentak saat Aldric menurunkan tangannya dari pipinya dan kini menyentuh lehernya hingga membuat sensasi geli di sana yang langsung membuat dirinya membuka matanya dan sedikit membuka mulutnya. Hingga Aldric tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia mulai menerobos masuk ke pertahanan Sasha dan mulai memilin dan nyapu lembut lidah Sasha.
Hal ini membuat Sasha melenguh pelan dan hendak kembali melepaskan diri saat kesadarannya kembali bangkit, namun Aldric menahannya dirinya dengan menahan tengkuknya. Aldric malah semakin memperdalam lumatannya. Sungguh Sasha sudah tidak tahan lagi jika ia hanya diam dan menikmati sentuhan Aldric yang menggoda tanpa membalasnya. Cengkraman tangannya di kemeja bagian dada Aldric semakin kencang saat ia mulai membalas setiap sapuan lidah Aldric, dan kembali memejamkan matanya. Membuat ciuman mereka semakin dalam.
Tubuhnya bergetar saar Aldric mencoba menggigiti lembut bibirnya. Hasrat yang sudah lama ia tahan kini seakan meledak begitu saja tanpa bisa ia tahan lagi. Sasha benar-benar terjatuh dan terperosot ke dalam dimensi yang lain, dimensi yang tak bisa ia gambarkan. Sentuhan, aroma tubuhnya semuanya terasa sangat memabukkan dan sangat menggairahkan.
Aldric menjauhkan bibirnya di tengah gairah yang sudah membara, kemudian ia mengecup lembut bibir Sasha dengan sangat lembut. Bersamaan dengan itu Sasha membuka matanya kembali, napasnya sedikit tersengal-sengal dengan pipi yang sudah semakin memerah.
Harus ia akui, ini memang bukan ciuman pertamanya, tapi entah mengapa ciuman ini terasa begitu luar biasa. Seakan tubuhnya meledak-ledak. Matanya kini menatap langsung ke mata Aldric yang cokelat dengan jarak yang begitu dekat. Wajah mereka hanya berjarak mungkin satu jengkal saja.
"Apa kau menyukainya?" tanya Aldric.
Sasha yang masih bingung dengan dirinya dan keadaan saat ini hanya bisa mengangguk seperti orang bodoh.
Aldric tersenyum lembut, sungguh ia merasa sangat senang dengan jawaban dari Sasha. "Mau lagi?" tanyanya lagi pada Sasha yang kini sudah sedikit menjauhkan tubuhnya dari Sasha duduk tegak di kursi yang didudukinya.
Masih seperti orang bodoh yang sudah terhipnotis Sasha kembali mengangguk. Aldric menarik tangan Sasha hingga menuntunnya untuk berdiri kemudian duduk di pangkuannya. Dengan posisi seperti ini akan memudahkannya untuk bergerak di banding tadi.
Saat itu Sasha hanya bisa mengikuti tuntunan Aldric tanpa menolak, padahal dalam hatinya ia sempat ingin menolak. Tapi seperti sebelumnya, tubuhnya sudah benar-benar mengkhianatinya.
'Gue harus menghentikannya!' serunya dalam hati.
-To Be Continue-