Rasanya memang berbeda, kini ia sudah berada di dalam apartementnya sendiri berbaring di atas tempat tidurnya yang sudah lama ia rindukan. Ia baru saja selesai membersihkan tubuhnya setelah melakukan perjalanan panjangnya. Sekitar satu jam lebih yang lalu, saat pesawat yang ditumpanginya dan Aldric mendarat, mereka langsung dijemput oleh asisten Aldric. Kemudian Aldric mengantarkan Sasha pulang, kali ini Aldric mengantar Sasha hingga depan unit apartement miliknya.
Sebenarnya Aldric ingin mampir meski hanya untuk minum kopi sejenak, tapi sayangnya saat berada dalam perjalanan menuju apartement, Aldric menerima panggilan yang berasal dari ibunya. Dan memintanya untuk segera pulang. Sasha tak tahu ada masalah apa hingga ibu Aldric menghubunginya dan menyuruhnya untuk pulang buru-buru. Aldric sendiri tidak memberitahunya.
Ada rasa penasaran dalam dirinya, namun ia urungkan untuk bertanya pada Aldric. Meski ia sudah menjadi kekasih Aldric tapi Sasha merasa belum pantas untuk banyak bertanya pada Aldric apalagi berhubungan dengan keluarga Aldric. Ia juga tak ingin di cap sebagai wanita yang cerewet dan terlalu ingin tahu.
Sasha yakin, jika Aldric ingin memberitahunya pasti ia akan memberitahukannya padanya.
Sasha yang sedang berbaring dan hendak memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak, menikmati sisa waktunya sebelum akhirnya besok harus kembali pada rutinitas semula yaitu ke kantor. Kembali terjaga saat ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk di ponselnya.
Meski enggan, namun ia meraih ponselnya tersebut yang ia taruh di atas tempat tidur tak jauh darinya. Berharap jika itu pesan yang di kirimkan oleh Aldric.
Tapi sayangnya ia harus kecewa, karena bukan pesan dari Aldric, melainkan kedua temannya di dalam grup chatnya.
Mbak Lona : Nyet!! Udah nyampe?
Mia : Yuhu, Sasha. Oleh-olehnya gak lupa, kan?
Sasha hanya bisa memutar bola matanya jengah saat ia membaca pesan-pesan dari teman-temannya itu. Hampir saja ia terlelap, dan merasa senang serta berharap itu pesan dari Aldric.
Sasha : Udah, ni gue udah tiduran di kamar.
Mbak Lona : Bagus dong, besok langsung masuk gawe kan?
Sasha : Yup!
Mia : Akhirnya kita lengkap lagi deh…Oleh-oleh ya awas jangan lupa.
Sasha : Aman! Aldric yang beliin kemaren.
Mbak Lona : Seriusan? Laki gue yang beliin?
Sasha : Iya beli banyak kok
Mia : Tumben
Mbak Lona : Tumben apaan Mia? Kebiasaan deh Lu kalau ngomong setengah-setengah!
Mia : Ya tumben, Sasha manggil Aldric doang gak pake Bapak atau Pak. Biasa juga meski di chat pake Bapak.
Mata Sasha seketika membulat begitu membaca chat dari Mia. "Sial!" gumamnya, ia lupa dan sudah terbiasa memanggil nama Aldric tanpa embel-embel yang lain. "Kenapa gue keceplosan! Pake salah ketik lagi! Duh, jangan sampai mereka curiga!"
Sasha : Sorry, masih jetlag nih. Kepala pusing, kan Lu tau gur takut naik pesawat. Jadi ketik Pak-nya ketinggalan.
Mia : Yakin nih? Kok bisa Pak Aldric yang beliin oleh-oleh buat kita juga?
Mbak Lona : Kok gue gak yakin ya. Awas aja sampe Lu macem-macemin laki gue!
Sasha : Macem-macemin apa sih Mbak? Gak mungkin kan gue perkosa dia. Dia sengaja beliin oleh-oleh buat kita katanya sekalian beliin oleh-oleh buat orang-orang di kantor dia.
Sasha mencoba mencari-cari alasan yang masuk akal, yang penting ia bisa menghindari kecurigaan mereka dan tetap menyembunyikan hubungannya dengan Aldric untuk saat ini.
Mbak Lona : Perkosa dia, itu sih maunya Lu!
Mia : Lah emangnya salah kalau Sasha perkosa Pak Aldric?
Mbak Lona : Salahlah, kan laki gue itu!
Mia : Massss Adriaaaannn gak diakuin lohhh sama bininya!!
Mbak Lona : Setan Lu, Mia!
Sasha : Apaan sih, gue gak mungkin macem-macem. Kan gue pergi ke sana buat kerja bukan liburan.
Mbak Lona : Jadi kalau liburan Lu mau perkosa Pak Aldric?!
Sasha : Jangan ngaco deh Mbak.
Sasha hanya bisa menghela napas lega saat chat mereka berakhir, dan tak ada kecurigaan pada mereka berdua.
"Apa yang Aldric bilang kaya maen kucing-kucingan emang bener. Tapi gue gak mungkin kasih tau mereka dulu, bisa aja hubungan gue sama Aldric di ketahui semua orang kantor kan bisa berabe," gumam Sasha.
Sasha tahu, baik Mbak Lona atau Mia pasti bisa menjaga rahasia dia. Tapi ia takut jika salah satu di antara mereka ada yang kelepasan saat bicara dengan orang lain. Itu yang sebenarnya Sasha hindari.
Sementara itu Aldric yang baru saja mengantarkan Sasha ke apartementnya langsung menuju rumah ke dua orang tuanya. Ia memang tidak kembali pulang langsung ke apartementnya, karena tadi ibunya menghubunginya untuk menyuruhnya datang ke rumah.
Aldric sengaja mengantar Sasha sampai ke unit apartementnya, selain memastikan jika Sasha pulang dengan selamat sampai ke apartementnya, Aldric juga ingin tahu di unit mana apartement Sasha tinggal. Hingga jika nanti ia ingin datang ke apartement Sasha ia sudah tahu keberadaan unit Sasha.
Ia tak tahu kenapa ibunya menghubungi dan menyuruhnya pulang tanpa memberikan alasan apapun padanya. Hanya menyuruhnya cepat pulang dan mereka menunggu. Ini sedikit membuat Aldric bingung, karena tak biasanya.
Mobil yang di kendarai oleh asistennya akhirnya mulai memasuki pelataran halaman rumah ke dua orang tuanya. Aldric keluar dari dalam mobil.
"Kamu bisa pulang, biar saya pulang sendiri nanti," ujar Aldric pada asistennya. Karena ia sendiri tak tahu akan berada di rumah orang tuanya sampai kapan.
Asistennya hanya mengangguk, kemudian berpamitan pada Aldric.
Sesaat sebelum Aldric melangkah untuk masuk ke dalam rumah orang tuanya, secara tak sengaja matanya melihat sebuah mobil yang tak ia kenali. Sempat Aldric berpikir jika ibu atau ayahnya membeli mobil baru, hanya saja rasanya tidak mungkin jika melihat itu sebuah mobil sport dengan warna yang mencolok, yang biasanya digunakan oleh anak muda.
Keningnya berkerut, "Apa mungkin ada tamu," gumamnya kemudian. Tapi siapa ia tidak bisa menebaknya. Namun sesaat kemudian Aldric mengenyahkan perasaan bingungnya itu dan kembali melangkah kakinya menuju pintu rumah orang tuanya.
Rumah orang tuanya memang cukup besar, dan terdapat pelayan yang lumayan banyak untuk membantu mengurus seluruh rumah. Selain itu agar kedua orang tuanya tidak merasa kesepian. Sebenarnya orang tuanya meminta Aldric untuk tetap tinggal di rumah ini. Tapi tentu saja Aldric ingin tinggal sendirian di apartementnya agar lebih bebas dan memiliki privasi.
Sedangkan adik perempuannya saat ini sedang berkuliah di luar negeri. Hanya dua kali dalam setahun ia pulang, hingga kedua orang tuanya merasa kesepian.
Saat Aldric memasuki ruang tamu, rupanya ruangan itu sepi. Ia kembali bingung akan siapa yang datang bertamu tak juga terlihat. Seharusnya jika ada tamu pasti akan berada di ruangan ini.
Aldric kembali melangkahkan kakinya semakin dalam ke area rumah. Saat mendekati ruang keluarga kini Aldric bisa mendengar suara orang-orang yang sedang berbincang. 'Rupanya tamu itu di sambut di sini,' Aldric membatin.
"Aldric… Akhirnya kamu datang juga," seru ibunya yang begitu melihat Aldric yang kini berada tak jauh darinya. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu seketika menatap ke arah Aldric.
Di sana ia bisa melihat keberadaan ibunya, ayahnya dan seseorang yang tidak ia kenal. Dan orang itu seorang wanita muda yang memakai celana jeans panjang berwarna biru muda dan blouse berwarna pastel. Rambutnya yang panjang bergelombang terurai begitu indahnya.
'Siapa wanita ini?' tanyanya dalam hati.
-To Be Continue-