Sasha mempercepat langkahnya begitu ia turun dari ojek online yang ia naiki untuk pergi ke kantor. Tadi pagi ia sedikit telat untuk bangun, bahkan ia tak sempat sarapan. Jangannya untuk sarapan, bahkan Sasha tak sempat minum apapun tadi di apartement.
Apalagi jika bukan karena pikirannya mengingat kejadian saat diantar oleh Aldric tadi malam. Imaginasinya semakin liar hingga ia sulit untuk langsung tidur. Padahal hanya diantar, tapi otaknya sudah traveling kemana-mana, apalagi jika lebih. Sungguh Sasha tak bisa membayangkannya sendiri.
"Duhhh kenapa bisa telat sihh! Otak gue sih error banget semalem!" gerutunya pada diri sendiri, seraya berjalan cepat menuju lift. Ia baru tidur menjelang dini hari, hingga ia bisa telat bangun.
Pintu lift hampir tertutup Sasha "Tunggu!" setengah berteriak agar orang yang berada di dalam lift menahan pintu lift agar tidak tertutup. Ia sedikit berlari, untung saja ada orang baik yang menahan pintu lift untuknya.
"Terima kasih," ucapnya dengan napas yang terengah-engah. Kemudian ia menekan tombol lantai tujuannya.
Lift tidak terlalu penuh, karena ia yakin sebagian karyawan sudah datang sejak tadi. Jika telat sedikit saja, pasti ia telat saat absen nanti.
Sasha langsung keluar dari lift dan berjalan menuju ruangannya. Kemudian melangkahkan kakinya menuju kubikelnya.
"Eh kampret! Baru dateng Lo!" sapa Mbak Lona yang merupakan temannya sekaligus head admin di divisinya.
Sasha memberika senyuman lebarnya, "Hehe maaf Mbak!"
"Maaf, maaf! Telat potong gaji baru tahu rasa Lo! Bukannya cicilan Lo masih banyak!" desis Mbak Lona.
Seketika Sasha menempelkan jari telunjuknya di bibir meminta Mbak Lona untuk diam, "Ssstt, malu Mbak gak usah kenceng-kenceng juga kali bilang cicilan gue banyak!" protes Sasha.
Sementara itu terdengar suara kekehan di kubikel milik Mia, "Kalian pagi-pagi udah ribut aja!" ucapnya kemudian.
"Lo mending diem, kerjain kerjaan yang tadi gue kasih! Atau mau gue lempar dari jendela?" seru Mbak Lona pada Mia. Bukannya takut Mia malah kembali tertawa.
"Dih dasar dua anak kampret! Dosa apa gue sampe bisa dapet bawahan kaya Lo berdua!" dengus Mbak Lona.
Sasha ikut terkekeh geli seraya mulai masuk ke kubikelnya yang berada tepat di samping Mia. Ia kemudian mulai duduk di kursinya dan menyalakan komputer yang ada di mejanya.
"Sorry Mbak! Gue bangun telat tadi, semalem kan gue lembur sendiri pas pulang ujan, jadi pulang telat banget Mbak! Mana taksi onlinenya dateng lama banget," ujar Sasha sambil menunggu komputernya menyala dengan sempurna. Sebisa mungkin Sasha menutup rapat mulutnya dan tidak mengatakan apapun tentang kejadian semalam pada Mbak Lona ataupun Mia, bagaimana Aldric bisa mengantarnya pulang.
"Tau ahh, tadi pas briefing Pak Narto nanyain Lu yang belum dateng untung gue speak-speak dikit! Jadi mana kerjaan Lu yang kemaren?" tanya Mbak Lona yang kini berdiri di depan meja Sasha.
"Tenang! Udah selesai kok!" Sasha mengambil map yang cukup tebal di mejanya kemudian memberikannya pada Mbak Lona. "Thanks ya Mbak udah nolongin gue!"
"Gak gratis! Beliin gue booba istirahat entar!" seru Mbak Lona seraya berjalan ke mejanya.
"Ho'oh siappp!"
Keadaan ruangan kembali tenang karena mereka kembali mengerjakan pekerjaan mereka. Bukan hanya ada Sasha, Mbak Lona dan Mia saja di dalam ruangan tersebut tapi ada beberapa karyawan lainnya juga. Hanya saja mereka bertiga yang cukup dekat di bandingkan dengan yang lainnya. Sedangkan Pak Narto adalah manager di divisi mereka.
Waktu tak terasa berjalan cukup cepat, hingga waktu makan siangpun tiba.
"Makan apa?" tanya Sasha yang kini sudah berdiri dari kursinya dan meregangkan tubuhnya yang terasa pegal karena sejak tadi duduk terus.
"Punya ide gak?" tanya Mbak Lona.
"Eh tau gak?" tanya Mia tiba-tiba, Sasha dan Mbal Lona menoleh ke arah Mia yang kini sudah keluar dari kubikelnya.
"Apaan? Lu kebiasaan deh, kalau ngomong setengah-setengah!" protes Mbak Lona.
Mia terkekeh geli, "iya-iya maaf…"
"Jadi apaan?" tanya Mbak Lona tak sabar.
"Ada cafe baru loh, deket kedai ramen," jawab Mia.
"Yang bener?" tanya Mbak Lona. Mia mengangguk,"bener. Tadi gue lewat sana kayanya baru launching gitu deh hari ini."
"Bagus lah, baru biasanya masih harga promo tuh! Lumayan menghemat," ujar Sasha.
"Benerr banget!" sahut Mbak Lona. Ketiganya sepakat untuk makan siang di cafe yang baru saja buka yang lokasinya tak terlalu jauh dari kantor mereka.
"Sha, malem lu balik jam barapa?" tanya Mbak Lona pada Sasha sedangkan Mia tampak sedang asik dengan ponselnya. Apalagi jika bukan saling berbalas chat dengan kekasihnya.
"Kerjaan beres jam setengah 8. Tapi hujan gede banget, diem lobby ada kali hampir sejam," jawab Sasha kemudian menyeruput Thai tea miliknya.
"Bukannya mobil Lu di bengkel? Balik naek taksi online?" tanya Mbak Lona, padahal pagi tadi Sasha sudah mengatakannya jika ia pulang dengan taksi online. Mungkin dia lupa.
Sasha sempat menggeleng namun ketika ia ingat di antar oleh siapa ia langsung mengangguk.
'Sial, hampir aja keceplosan!' ujarnya dalam hati. Tak mungkin ia mengatakan jika dia diantar pulang oleh Aldric, pasti akan menjadi gosip besar. Bukan hanya itu, pasti Mbak Lona yang merupakan fans-nya tak akan terima dan akan bertanya banyak hal padanya. Dari pada ribet sebaiknya dia diam saja. Benar-benar menutup rapat mulutnya.
"Makanya punya pacar Lu, jangan terus pacaran sama ojek online mulu!" dengus Mbak Lona.
Sasha hanya terkekeh geli.
"Liat noh Si Bucin," ujar Mbak Lona seraya menunjuk Mia dengan matanya, "Hape mulu… tapi lakinya bisa jemput tuh, lumayan kan dari pada ngojek mulu."
"Haha males ah Mbak, lagian mau pacaran sama siapa?"
"Sama Pak Dadang mau gak?" ledek Mbak Lona menyebutkan salah satu nama security yang ada di gedung mereka. "Ya sama cowok kali!" lanjutnya.
Sasha hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal.
"Dikasih tau malah ketawa Lu, mau sampe kapan sih jadi jomblo?"
"Iya tau, Sha. Kamu kan cantik masa gak ada yang suka sih?" kali ini Mia ikut bicara.
"Gak laku sama emang gak mau beda ya, dan gue emang belum mau aja. Nanti aja deh!" sahut Sasha.
"Yee, dikasih tau juga…" desis Mbak Lona tak terima.
"Temen gue ada tuh yang ganteng ma baik, mau gue kenalin?" tawar Mia.
"Tuh coba gih!" imbuh Mbak Lona tampak semangat.
"Yee, di pikir gue barang apa di tawar-tawarin!" kesal Sasha.
"Dasar Lu tuh ya, temen Lu ini mau bantu, Lu malah ogah-ogahan, heran gue!" kesal Mbak Lona. Sebenarnya ia merasa sayang saja pada temannya itu, di umurnya saat ini ia belum memiliki kekasih, bahkan tak pernah terlihat dengan laki-laki,
"Jangan bilang Lu masih trauma!" imbuhnya lagi seraya menatap tajam Sasha.
"Ga, lah!"sahut Sasha cepat.
'Adalah dikit tapi, bener-bener dikit,' gumam Sasha dalam hati.
"Terus kalau bukan trauma apaan? Lu masih cinta sama genderuwo itu?" tanya Mbak Lona.
"Gak! Enak aja!" seru Sasha tak terima.
Tentu saja Sasha sudah tak memiliki perasaan dengan mantan kekasihnya yang sudah meninggalkannya. Meski sesekali jika ia ingat ia kadang merasa sedih, dan merasa dirinya begitu bodoh saat itu, bodoh karena terlalu mempercayainya.
"Terus?" kali ini Mia yang bertanya.
"Gue cuma memang belum mau aja, titik!"
"Ah susah emang ngomong sama Lu! Ibarat ngomong saa patung, bebal!" desis Mbak Lona.
"Bodo!"
"Mbak, emang Lu pernah ngobrol sama patung?" tanya Mia.
"Pernah lah, Nohhh!" tunjukknya pada Sasha dengan ujung bibirnya dan hal itu membuat Sasha tertawa terpingkal-pingkal tanpa merasa tersinggung dengan ucapan Mbak Lona.
-To Be Continue-