Chereads / Crazy In LOVE / Chapter 4 - Harusnya Lu Berterima Kasih Sama Gue!

Chapter 4 - Harusnya Lu Berterima Kasih Sama Gue!

"Hah? Meeting dadakan? Kok bisa?" Suara Mbak Lona hampir memekik saat Pak Narto memberitahunya jika Pak Adam akan mengadakan rapat jam 3 ini, sedangkan mereka baru saja kembali dari makan siang setengah jam yang lalu.

"Katanya mau bahas tenang proyek yang yang dikerjakan bersama Pak Aldric. Apa laporan kita sudah lengkap, Lon?" tanya Pak Narto pada Mbak Lona.

Mbak Lona ingat jika laporan itu sudah diselesaikan oleh Sasha kemarin, "Udah, Pak. Sasha udah kerjain kemarin," jelas Mbak Lona.

"Bagus, jadi kita gak usah repot lagi."

"Sha, ntar Lu ikut meeting ya, Lu kan tahu pasti isi laporan yang kemarin Lu kerjain." Mbak Lona berkata pada Sasha setelah Pak Narto kembali ke ruangannya.

"Gue?" tanya Sasha.

"Iya, siapa lagi. Kan Lu yang bikin laporannya, Lu pasti hapal. Kalau di tanya macem-macem Lu bisa jawab," jelas Mbak Lona.

"Ogah ah!"

"Ye! Gue bilang Pak Narto loh, biar gaji Lu dipotong!"

"Ancaman Lu Mbak!" desis Sasha seraya memutar bola matanya.

"Makanya ikut gue!"

"Iya iya!"

"Lu Mbak pasti gak mau keliatan bego kan depan kecengan Lu pas ditanya kalau gak bisa jawab, apalagi dua-duanya ada di sana. Pak Adam sama Pak Aldric," goda Mia dari kubikelnya.

"Ya jelas dong! Gue kan kece badai, gak boleh ada cacat!" sahut Mbak Lona dengan percaya diri.

"Jadi gue yang di tumbalin gitu?" tanya Sasha.

"Iye, tumbal proyek Lu!" sahut Mbak Lona.

"Gue chat Mas Adrian ah, bilangin kalau istrinya centil!" ujar Mia lagi.

"Ah sialan emang anak buah kek kalian! Ngapai Lu chat laki gue!" kesal Mbak Lona.

"Abisnya udah punya laki sama anak tetep aja tebar pesona!" tambah Sasha.

"Dasar Lu pada!"

Mia dan Sasha hanya bisa tertawa melihat tingkah Mbak Lona. Mereka memang terbiasa dengan candaan yang mungkin terdengar absurd bagi orang lain. Mereka tak pernah mengambil hati untuk candaan mereka tersebut, maka dari itu mereka bertiga bisa menjadi sahabat dekat. Mereka juga solid jika menghadapi masalah di kantor dan akan bersama-sama menyelesaikan masalah mereka.

**

Setelah hampir seharian ia lupa dengan kejadian kemarin malam, kini ia kembali ingat ketika melihat wajah pria yang mengantarnya semalam. Ia semakin merasa tak nyaman berada di ruang rapat ketika mata mereka saling beradu secara tak sengaja. Dengan cepat Sasha melemparkan pandangannya ke arah lain.

Apalagi Sasha kemarin malam sudah banyak berpikiran kotor gara-gara bersama pria itu, hingga ia kesulitan untuk tidur. Sebisa mungkin Sasha harus bisa menghindari pandangan matanya.

Pak Adam--CEO mereka mulai menjelaskan tujuan utama rapat ini, Sasha berusaha mendengarnya dan memperhatikannya dengan seksama, takut-taku ia di suruh menjelaskan mengenai laporan yang sudah di buatnya kemarin.

"Duh gantengnya duo idaman gue!" bisi Mbak Lona pada Sasha.

"Apa sih Mbak, jangan liat yang lain-lain napa! Fokus-fokus!" seru Sasha.

'Lu juga, Sha! Fokus gak usah mikir yang aneh-aneh!" ucapnya pada diri sendiri di dalam hati.

"Iye-iye, tapi gue gagal fokus sama mereka berdua!" bisik Mbak Lona lagi.

"Dasar Lu Mbak!" desis Sasha.

Proyek yang mereka kerjakan saat ini merupakan proyek yang besar, hingga proyek tersebut diambil alih oleh perusaahan milik Adam dan Aldric. Karena proyek besar maka membutuhkan perencanaan yang begitu matang. Mereka harus mempersiapkannya dari semua segi aspek. Agar dapat mencapai sasaran dan waktu yang telah ditentukan. Bagaimana tidak, proyek ini merupakan salah satu proyek yang mereka dapatkan dari Pemerintah, hingga tak boleh ada kesalahan sedikitpun.

"Setidaknya harus ada team untuk langsung mengecek ke tempat. Cari data sebanyak-banyak di sana atau mungkin ada hambatan yang krusial yang mungkin saja bisa terjadi di sana. Jika ada masalah krusial bisa cepat cari solusi untuk memecahkan masalah itu, biar saat proyek mulai berjalan sudah tidak ada hambatan apa-apa lagi," ujar Adam.

Sementara itu, Aldric dan asistennya hanya diam mengikuti rapat ini. Ia sudah menyerahkannya pada Adam. Karena sebelumnya mereka sudah membicarakan hal ini.

"Jadi sebaiknya kita mulai memilih kemudian membentuk tim untuk mulai pengecekan tersebut, Pak!" ujar Pak Sonny selaku general manager.

"Pak Aldric yang akan turun langsung, kebetulan minggu depan saya ada urusan keluarga," jelas Adam.

"Saya hanya perlu seorang asisten untuk membantu saya, karena asisten saya tidak mungkin ikut ia harus berada di kantor ketika saya tidak ada," kali ini Aldric yang berbicara.

"Kalau gitu salah satu dari staff admin saja, dia ikut kelapangan jadi akan mudah saat membuat laporan nanti," imbuh Adam.

Sebuah senyuman terbersit di bibir Mbak Lona, "Kesempatan gue, Sha!" bisiknya senang.

"Dih! Maunya Mbak emang!" balas Sasha.

Sejak tadi Sasha hanya diam memperhatikan pembicaraan dengan seksama. Namun kini Mbak Lona di sampingnya terlihat sangat bahagia.

"Lona kayanya kamu gak mungkin, bukankah anakmu masih kecil? Pergi ke sana setidaknya butuh beberapa hari atau mungkin lebih dari seminggu untuk mengumpulkan data," ujar Adam seraya menatap ke arah Mbak Lona. Seketika Mbak Lona yang sudah merasa terbang begitu tinggi jatuh seketika dengan kecepatan yang tinggi dan hancur berkeping-keping.

"I-iya Pak, anak saya masih 4 tahun," jawab Mbak Lona malu-malu.

"Ya udah, apa karyawan yang bersama mu itu sudah berkeluarga?" tanya Adam lagi seraya menunjuk ke arah Sasha.

"S-saya?" tanya Sasha bingung ketika ia tiba-tiba saja di tanya dan di tatap langsung oleh CEO mereka.

"Iya siapa lagi memangnya. Apa ada staff admin yang lain bersama kalian sekarang?" Sasha dan Mbak Lona menggeleng, "Apa kamu sudah berkeluarga?" tanya Adam sekali lagi.

"Belum," jawab Sasha seraya menggeleng pelan.

'Sialan! Ketahuan deh gue kaga laku!' keluh Sasha dalam hati. Ia merasa malu pasti kini pipinya sudah terlihat begitu merah. Karena semua orang yang ada di ruang rapat langsung menolehkan pandangan mereka padanya.

"Ya sudah, jadi kamu aja yang pergi. Saya lihat kamu yang membuat laporankan ini kan?" tanya Adam seraya menunjuk sebuah map berwarna merah di hadapannya. Sasha mengangguk, "Laporannya baik dan lengkap, jadi saya percayakan tugas mendampingi Pak Aldric ini padamu," ujar Adam.

"B-baik, Pak!" sahut Sasha, meski sebenarnya tak mau tapi bagaimana mungkin ia bisa menolaknya sementara yang memberinya tugas merupakan CEO-nya. Hanya saja menemani Aldric yang menjadi pikirannya saat ini. 'Selamatkan otak gue, please!!!' pekiknya dalam hati.

"Ah sialan Lu!" kesal Mbak Lona.

"Kalau bisa gantiin gue Mbak! Gue ogah!"

Sementara itu Adam menatap ke arah Aldric kemudian mengedipkan sebelah matanya.

"Sialan Lu!" ujar Aldric tanpa suara pada Adam.

Adam tampak mengeluarkan ponselnya kemudian ia mengetikkan sesuatu di sana. Tak lama kemudian ponsel milik Aldric bergetar di sakunya ia segera mengeluarnya dan membacanya.

Adam : Dari tadi Lu liatin tuh cewe, ya sekalian gue bantuin. Harusnya Lu berterima kasih sama gue!

Aldric tidak membalas ia hanya menatap tajam ke arah Adam yang yang kini tersenyum lebar.

-To Be Continue-