Para rombongan caravan telah sampai di depan pintu masuk utara Kota Tyrol setelah 4 jam melakukan perjalanan tadi pagi. Caravan Master mengumumkan mereka hanya akan menetap di Kota Tyrol selama 3 hari. Setelah para rombongan tiba di pusat Kota Luciel dan Liz lalu masuk ke sebuah Bar bersama Liz untuk membeli minuman dan menanyakan beberapa info.
Ketika mereka masuk, banyak pria – pria yang menatap mereka.
"Hey Liz kau mau minum apa?" tanya Luciel.
"Aku tidak tahu, Ciel pilih lah untukku," jawab Liz.
Luciel dan Liz lalu menghampiri meja bartender.
"Tolong 1 bir dan 1 jus applenya Tuan," Luciel memesan 2 minuman.
"Baiklah, Totalnya 20 obor," balas bartender tersebut.
Luciel lalu memberikan 20 Keping uang tembaga.
" ini, ada lagi yang kau butuhkan? " Bartender itu lalu memberikan 2 gelas minuman yang di pesan Luciel.
" Tuan, mengapa mereka menatap kami tadi?" tanya Luciel yang kemudian memberikan lagi 5 keping uang tembaga kepada bartender itu.
" Baru – baru ini banyak pendatang yang membuat masalah di kota, dan penduduk disini sangat sensitive dengan orang baru disini kau tahu," jelasnya.
" Begitukah? Memangnya apa yang terjadi? "
" Para pengungsi, mereka sering melakukan tindakan kriminal karena tidak dapat pekerjaan disini," jawabnya.
Seminggu akhir ini banyak pengungsi korban perang yang datang ke Kota Tyrol, namun karena Kota Tyrol bukanlah kota yang besar, pekerjaan pun terbatas yang mengakibatkan pengungsi itu tidak memiliki penghasilan. Bahkan banyak dari pengungsi juga yang tidak memiliki skill yang bervariasi, jadi sangat sulit bagi mereka untuk hidup di Kota Tyrol.
Luciel lalu mulai meminum birnya. ' Hmmm… Kualitas birnya sangat buruk '
"Berhati – hatilah, kudengar banyak dari pendatang yang menghilang belakangan ini," ungkap bartender tersebut.
"Bagaimana bisa? "
"Entahlah, patrol mengatakan sudah lebih dari 10 orang yang menghilang dan Wachtmeister Steiner akan memberi imbalan 2 Gulden untuk orang yang dapat memecahkan misteri hilangnya para pendatang tersebut," ungkapnya.
' Hmm.. itu merupakan uang yang lumayan ' Luciel sangat tertarik untuk mencoba menginvestigasinya.
" Hey Ciel, kau tidak sedang berpikir untuk mencobanya kan " Liz lalu menyenggol Luciel.
' Hey Nona, apakah kau punya kemampuan membaca pikiran? ' Liz pun mengangguk melihat Luciel menatapnya dengan aneh.
" Tidak Liz, aku hanya penasaran " Luciel lalu menanyakan beberapa pertanyaan seputar kasus itu terhadap bartender.
" Tuan, apa kau menyediakan tempat menginap disini? "
" Di Lantai 2 masih terdapat beberapa kamar yang kosong kurasa, biar ku check dulu " Ketika bartender itu pergi, Luciel lalu mengobrol dengan Liz.
" Apa yang akan kau lakukan hari ini Liz? "
" Kurasa untuk hari ini aku akan ikut denganmu Ciel, Ludwig bilang dia ingin berlatih dengan kaptennya untuk akhir – akhir ini "
" Baiklah mungkin kita akan berkeliling kota sambil menanyakan informasi yang lebih detail tentang hilangnya orang – orang "
" Masih ada beberapa kamar kosong," Bartender itu lalu kembali.
" Tarif per malamnya 40 obor dan sudah termasuk sarapan," jelasnya.
" Baiklah, kami ambil "
Setelah dari bar, mereka lalu menyisir Kota Tyrol. Kota ini tidak seramai Kota Alemania, dan kebanyakan penduduk hanya bekerja sebagai penambang dan petani yang mana,menjadi kota yang baik jika ingin membeli bahan atau material – material mentah, karena disini jauh lebih murah daripada Kota lainnya.
Luciel dan Liz lalu tiba disebuah tempat kumuh di pinggiran kota. Mereka yang menempati tempat ini rata – rata adalah pengungsi yang tidak memiliki uang dan keluarga untuk tinggal di Kota Tyrol maupun para penduduk Kota yang miskin. Mereka lalu membangun tenda – tenda disekitaran area tersebut. Luciel lalu melihat seorang prajurit patrol yang sedang merobohkan salah satu bangunan semi permanen.
" Selamat siang Tuan," sapa Luciel.
" Hey anak muda, ada yang bisa aku bantu? "
" Mengapa para prajurit patrol merobohkan bangunan para penduduk disini? " tanya Luciel.
Tiba – tiba seseorang menghampiri mereka dan berkata.
" Itu benar! Mengapa kami yang sama – sama penduduk Kerajaan tidak di beri hak untuk membangun tempat tinggal. Jika saja perang ini tidak terjadi, maka rumah kamipun tidak akan hancur dan kami tidak perlu repot – repot harus datang kesini menghindari perang," ucapnya.
"Ya, ini adalah salah Kerajaan yang tidak bisa melindungi para penduduknya," tambah seseorang di sampingnya.
Beberapa orang lalu menyampaikan protesnya.
Lalu datanglah seorang berpenampilan rapi dan memakai jubah menghampiri mereka.
"Tempat yang kalian tempati adalah milik seorang pengusaha disini, dan jika kalian ingin membangun rumah di tanah yang dikuasai Kerajaan, maka kalian harus memiliki ijin dan membayar pajak sesuai dengan seberapa besar lahan yang kalian gunakan," ucap Pria itu.
Dia adalah seorang Observer kerajaan yang di tugaskan oleh menteri keuangan Raja ke Kota Tyrol untuk mengawasi para bangsawan dalam pembayaran pajak ke kerajaan.
Tidak lama kemudian suasa memanas dan adu mulut pun terjadi, para prajurit patrol harus turun tangan untuk mencegah kerusuhan.
Ketika Luciel dan Liz hendak kembali ke penginapan, Luciel melihat sebuah Patung Wanita muda terbuat dari perunggu disekitaran tempat kumuh tersebut. Patung itu berada tepat di ujung sebuah gang yang agak sepi.
"Hey tuan, mengapa ada sebuah patung disini?" Luciel bertanya kepada penduduk sekitar.
"Ohh, kurasa setahun yang lalu ada seseorang Mage baik hati menolong penduduk disekitar sini, dan sebagai gantinya dia ingin membuat sebuah patung anaknya disini untuk mengenang anaknya yang sudah meninggal. Setelah tidak lama Mage itupun pergi dari Kota ketika sudah membantu menyelesaikan masalah disini," jelas pria tersebut.
Luciel merasakan sesuatu yang berbau amis disini.
"Baiklah terima kasih tuan, semoga harimu menyenangkan."
Luciel dan Liz lalu pergi ke sebuah alun – alun kota. Alun – alun kota sangat luas, di tengahnya terdapat air mancur dimana penduduk dapat duduk bersantai. Di Sana terdapat banyak orang berbagai usia melakukan macam - macam aktivitas.
Luciel dan Liz lalu membeli sebuah ikan bakar lalu duduk di dekat air mancur dan mencoba bersantai.
"Liz kurasa aku akan menggunakan uang yang kita dapat untuk membeli sebuah artifak, bagaimana menurutmu?" tanya Luciel.
"Artifak macam apa Ciel?" Liz mendengarkan Luciel sambil memakan ikannya.
"Kurasa namanya adalah Lens Record," jawab Luciel.
"Kegunaannya apa Ciel?"
"Kau tahu Liz, di luar sana itu banyak sekali hal – hal yang kita tidak pahami. Seperti monster, sihir dan fenomena – fenomena lainnya." Liz mendengarkan Luciel dengan serius.
"Ketika kita melakukan sesuatu dan apabila kita mengalami situasi yang buruk, kita tidak akan selalu beruntung dan yang terburuk kita dapat kehilangan nyawa kita hanya karena satu kesalahan kecil," tutur Luciel.
Liz lalu memikirkan tentang hal – hal yang baru ini dia alami dan menyetujui apa yang Luciel katakana.
"Ketika kita masih lemah dan tak berdaya, kita harus memiliki sesuatu seperti senjata rahasia atau sebuah artifak yang bisa menjamin keselamatan kita. Orang – orang yang memiliki kekuatan yang besar saja dapat mati ketika dia lengah kau tahu," tambahnya.
" ummmm " Liz mengangguk setuju.
" Lens Record ketika kita aktifkan, akan merekam apa yang mata kita lihat dan mengirimkannya sebuah sinyal magis ke artifak pasangannya "
" Jadi, ketika kita dalam bahaya, kita bisa memperingati teman kita dan memperlihatkan kondisi sekitar kita ke penerima sinyal? "
" Ya, kurang lebih begitu "
" Kurasa itu ide yang bagus "
Setelah Luciel dan Liz mengobrol mereka lalu di hampiri oleh seorang anak perempuan.
" Hey kak, bisakah kalian menceritakan sebuah kisah yang menarik padaku? "
" Bukan kah kau salah satu kelompok anak yang ada di sana? " Luciel menunjukkan sekolompok anak yang bermain.
" Mereka itu tidak seru kau tahu, kalau kakak gimana? Kaka punya cerita yang bisa dibagikan untukku? " Gadis itu meminta dengan imut.
" Hey Ciel, aku juga ingin mendengarkan cerita darimu. Itung – itung untuk mengisi waktu luang kita," ucap Lis.
" Baiklah, pada suatu masa hiduplah seorang pangeran…. "
Setelah bersantai di alun – alun Kota, Liz dan Ciel lalu Pergi ke sebuah took artifak di pusat Kota.
Terdapat berbagai macam artifak di dalam took tersebut.
" Ada yang bisa aku bantu anak muda? " Seorang pria paruh baya lalu menyapa mereka.
" Apakah anda mempunya Lens Record? "
" Ah, sebuah artifak penglihatan biar ku cari terlebih dahulu "
Luciel melihat – melihat berbagai macam artifak dan sangat tertarik untuk bisa membuatnya suatu saat nanti, ' Kurasa aku akan mempelajari cara membuat sebuah Rune nanti '
"Baiklah, ini dia" Pria itu lalu membawa tiga buah artifak
"Yang satu hanya bisa di pakai 1 kali saja dan harganya 1 Gulden, untuk yang ini kalian bisa memakainya beberapa kali asalkan tidak rusak dan harganya 20 Gulden, dan yang terakhir di lengkapi sihir pemanggil dan harganya 50 Gulden "
Luciel dan Liz mendengar harganya yang sangat tinggi dari berbagai macam artifak hanya bisa terdiam. ' Mahaaal '
"Aku akan mengambil yang ini saja tuan." Luciel lalu memberikan satu keping emas kepada pria tersebut.
"Baiklah, aku akan menyuruh pengrajinnya mengaturnya terlebih dahulu."
Setelah membeli sebuah artifak Luciel dan Liz lalu kembali ke penginapan mereka.