Keesokannya harinya Luciel dan Liz sedang sarapan di lantai 1 penginapan dan mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan hari ini.
"Kurasa aku akan melakukan Quest dari Guild, apa yang akan Ciel lakukan hari ini?" tanya Liz.
"Aku akan melakukan investigasi kurasa," jawab Luciel.
"Tentang kasus orang – orang hilang itu? "
"Jika kita mendapatkan 2 Gulden, kita bisa membeli perlengkapan yang lebih baik untukmu Liz. "
" Baiklah, gunakan saja artifaknya jika terjadi sesuatu, aku akan segera datang padamu Ciel. "
Liz lalu pergi keluar dan Luciel berencana untuk menanyai beberapa orang. Luciel lalu pergi lagi tempat kumuh di pinggiran kota dan menghampiri beberapa pemuda yang sedang mendiskusikan sesuatu.
" Ini terjadi lagi kau tahu, dua orang pendatang hilang kemarin," ucap seorang pendatang.
" Mungkin orang – orang disini tidak mengingingkan para pendatang menetap disini "
" Ya, mereka pikir kita adalah hama layaknya binatang. Mereka hanya memikirkan kenyamanan mereka di saat rumah kita menjadi medan tempur, " terlihat seorang pemuda yang marah sekali.
" Dan mereka sampai berbuat jauh dengan menculik para pendatang, aku mempunyai seorang teman dan adiknya yang menghilang kemarin masih belum di temukan."
Luciel mendengarkan diskusi mereka, akan tetapi mereka menyadari keberadaannya.
" Apa urusanmu bocah? " seseorang dari mereka menanyai Luciel
" Aku pendatang juga dan tertarik dengan diskusi kalian, " jawab Luciel.
" Ohh, darimana asalmu?" tanya pria tersebut.
" Kota Elea "
" Ah, aku turut prihatin. Kota Elea dan Baden menjadi yang paling parah terkena dampak perang karena dua kota itu adalah garis depan."
Luciel dan para pemuda itu lalu mulai berbincang – bincang.
.
.
.
Liz POV
" Para pendatang itu membuat masalah lagi, dan mereka seolah – olah yang merasa jadi korban dengan menghilangnya beberapa dari mereka "
" Mereka hanya mengungsi tapi tidak tahu diri "
" Kau tahu, kejadian minggu kemarin membuat Tuan Ulrich marah karena adiknya meninggal pada saat kerusuhan itu "
Liz mendengarkan berbagai gosip ketika sedang memilih Quest yang akan dia ambil.
' Hmm.. Quest – quest ini sangat merepotkan jika kulakukan sendiri '. Tidak lama kemudian Liz dihampiri oleh beberapa hunter.
"Hey, apakah kau mau setim dengan kami? " 3 orang hunter yang beranggotakan 3 orang laki – laki dan 1 orang wanita seumurannya dengannya menawarkan setim dengan Liz.
"Kami memliki anggota dengan role Assassin, Tank dan Mage. Kami akan melakukan Quest Rank E dan masih kekurangan 1 anggota, apakah kau mau ikut dengan kami?," tanya wanita tersebut.
"Quest macam apa? "
"Kita akan ke Lembah Meine, di sana sedang banyak sekali gerombolan Serigala biru yang sering menyerang orang – orang yang melintas lembah itu," jelasnya.
"Kalau tidak salah, setiap 1 ekor yang kita bunuh akan mendapat 30 obor. Dan ketika kita berhasil membunuh 20 ekor kita akan menyelesaikan misinya dan mendapatkan 20 ral," ucap wanita itu.
Liz lalu memikirkan tawaran mereka.
"Baikalh, aku ikut," ucap Liz
"Baiklah, sudah diputuskan."
Mereka lalu mulai meninggalkan guild.
.
.
.
Setelah berdiskusi dengan para pemuda pendatang, Luciel tidak menemukan satu petunjuk pun tentang hilangnya para pendatang. Saat ini Luciel berjalan menuju pusat kota untuk menjual berbagai ramuan yang telah dia buat. Setelah dia masuk ke sebuah took herbal, terlihat seorang pria yang sedang menunggu di depan meja kasir.
" Hey anak muda, kau terlihat seperti pendatang " Ucap pria itu dengan nada dingin
" Mengapa Tuan terlihat membenci pendatang? "
" Mereka itu tidak tahu berterima kasih, Count Wagner menerima mereka di kotanya tapi mereka malah melakukan kerusuhan hanya karena mereka tidak mampu mencari uang " Pria itu terlihat sangat jijik dengan pendatang.
" Adikku bahkan menjadi korban ketika terjadi kerusuhan itu, dan sekarang ada yang mengincar mereka dan satu persatu mereka menghilang. Bukankah mereka pantas mendapatkan nasib seperti itu " Pria itu lalu menyeringai ke Luciel.
" Ini Tuan, pesanan obatmu totalnya 2 Gulden " Lalu seorang herbalist datang memberikan pri itu sebuah obat lalu pria itu pergi dari toko .
" Ada yang bisa aku bantu anak muda? "
" Ya, aku ingin menjual beberapa ramuan "
.
.
.
Di suatu sudut kota, terdapat sebuah rumah di ujung sebuah gang. Di dalamnya terdapat seorang pria yang sedang di ikat di sebuah kursi.
Kedua telapak tangannya di tusuk dengan sebuah paku hingga menembus pahanya dan terdapat beberapa luka sayatan di sekujur tubuhnya.
" Kumohon aku sudah tidak sanggup lagi… aku sudah tidak kuatt.. " Pria itu terengah – engah dan lemas karena kehilangan banyak darah.
" Sayang sekali… padahal aku baru saja mendengarkan hal – hal yang menarik " Orang yang menculiknya lalu mengambil sebuah palu dan menghampirinya.
" DASAR BAJINGANN CII… " BAMMM!!!!! Palu itu menghantamnya tepat di kepala pria itu. Darah dan sisa – sisa otak berhamburan. Mendengarnya orang – orang yang ada di rumah tersebut lalu ketakutan. Penculik itu lalu menghampiri korban selanjutnya.
" Tidakkk!!! Tolong aku!!!! Aku tidak mau !!! tidakk!!! " Dia pun menyeretnya ke tempat penyiksaan.
" Hehehe… teriak lah sesukamu karena tempat ini sudah kupasangi sihir agar tidak ada suara dari dalam ruangan ini keluar. Ahahhaaha ini sungguh menyenangkan " Penculik itupun menyeringai menikmati penyiksaan yang dia lakukan.
.
.
.
Liz POV
" Ice Bullet " Sebuah bongkahan es melesat tajam kearah kepala sebuah serigala dan membuatnya tak sadarkan diri.
" Good job, Lia " Seorang Assassin lalu berlari dan menusuk serigala yang ada dihadapannya. Serigala biru memiliki panjang 1 – 1,5 meter dan memiliki tinggi 0,7 – 1 meter.
Sementara itu seorang Tank dengan menggunakan pedang besarnya dan sebuah armor melawan lima serigala menahannya selagi rekan – rekannya menghabisi satu per satu serigala yang terpisah.
" Auuuuu!!!! Grrrrrrr " Tidak lama kemudian datang lah lima ekor serigala dari arah lain.
Liz yang melihatnya langsung bergerak ke arah gerombolan serigala yang baru datang tersebut. Salah satu serigala melompat ke arah Liz, namun dapat dengan mudah Liz hindari dengan menggunakan Quickstep. Liz lalu menebas serigala yang ada di depannya dan melanjutkan serangannya tanpa henti membunuh kelima serigala tersebut.
Melihat ini Bert seorang assassin sangat kagum.
" Wow, untuk pemula seperti kami kau sungguh hebat Liz "
" Ya, kau seperti senior – senior kami di Guild " Lia ikut memuji
" Terima kasih " Liz hanya tersenyum mendengar pujian mereka.
" Hey kalian, jika tidak keberatan. Aku sedang kesusahan di sini " Wendel seorang Tank komplain kepada mereka.
" Hey kau kan seorang Tank, serigala – serigala itu tidak akan bisa menembus armor mu kau tahu " Bert membalasnya dan mulai bergerak membatu rekannya.
Tidak lama kemudian hari sudah sore dan merekapun memutuskan untuk kembali ke Kota.
" Hey Wendel, kira – kira kita berapa banyak serigala yang kita bunuh hari ini? "
" Hmmm… kurasa kita membunuh 40 ekor dan hampir setengahnya di bunuh oleh Liz " Jawab Wendel yang sedang membawa karung berisi bagian – bagian tubuh serigala
" Iya, Quest ini menjadi mudah berkat bantuan Liz "
" Hey Liz, apa benar kau hanya seorang Hunter Rank Beginner? " Tanya Bert kepada Liz.
" Tentu saja, aku baru menjadi Hunter hanya satu minggu. Tapi sebelumnya aku pernah bertarung dengan seekor Hobgoblin dan Mutan "
" WOW! Bukankan itu monster level 2? Hanya hunter – hunter yang sudah mendapatkan peringkat saja yang mampu melawan mereka " Lia kembali kagum dengan Liz.
" Tidak, tidak. Aku tidak sendirian melawannya kau tahu "
Setelah beberapa saat mereka pun sampai di jalur masuk kota bagian barat dan berpisah.
.
.
.
Luciel sedang berada di alun – alun sambil memikirkan tentang kasus hilangnya para pendatang.
' Hmmm… di lihat dari manapun para penduduk kota lah yang memiliki alasan untuk menculik para pendatang tersebut ' menurut para prajurit patrol, laporan mengenai para pendatang menghilang terjadi sekitar satu minggu yang lalu setelah terjadinya kerusuhan. ' Apakah aku harus mengeceknya langsung kesana malam ini ya? ' Luciel memikirkan resiko yang akan di hadapinya nanti.
Ketika Luciel sedang berpikir, dia di hampiri oleh gadis kecil yang kemarin.
" Kau sedang ngelamunin apa kak? " Luciel terkejut ketika tiba – tiba di depannya muncul seorang wanita kecil.
" Hey gadis kecil, bagaimana harimu hari ini? "
" Membosankan kurasa, karena akhir – akhir ini semakin sedikit orang – orang yang bisa berbagi cerita yang menarik denganku "
" Baiklah, kurasa aku mempunyai beberapa cerita yang bisa ku bagi kembali " Luciel pun tersenyum dan mulai bercerita untuk gadis kecil tersebut.
.
.
.
Di suatu malam, terdapat dua prajurit patrol yang sedang berlari.
" Hey cepat kita harus melaporkan apa yang kita lihat ke Wachtmeister "
Namun mereka di cegat oleh seseorang yang muncul di depan mereka.
"Hehehe… Mau kemana kalian terburu – buru?"
" Sial, dia mengejar kita "
Tanpa menunggu lama, orang yang mengejar meraka lalu berlari ke arah mereka membawa sebuah palu di tangannya.
" Mati Kauuu Sialannn!!!! " Mereka berdua pun bersiap bertarung menggenggam pedangnya masing – masing.
.
.
.
Pagi pun tiba dan seisi Kota di gegerkan dengan penemuan dua orang mayat dengan kepala masing – masing mayat itu hancur.