Setelah bertarung kira – kira setengah jam para goblin mulai mundur kehutan yang lebih dalam setelah banyak dari mereka yang mati.
Kemudian para Caravan Guard membedah dan memotong bagian – bagian tubuh goblin yang mati untuk dijual baik sebagai bahan ramuan maupun menukarkannya ke Guild untuk beberapa keping uang.
Luciel pun menyayat pembuluh darah goblin yang dia bunuh lalu menuangkannya kedalam sebuah kantung kecil.
"Untuk apa Ciel mengumpulkan darah goblin? Ini pedangnya ku kembalikan sangat ngebantu." Liz datang menghampiri Luciel setelah berbincang sebentar dengan para Caravan Guard
"Kau boleh menyimpannya, benda itu lebih berguna di tanganmu dan sepertinya kamu memiliki talenta menjadi seorang Sword Master," ucap Luciel.
"Sungguh? terima kasih Ciel." Liz pun tersenyum dan memeluk pedang tersebut.
"Dan untuk menjawab pertanyaanmu tadi, aku mengumpulkan darah goblin untuk bahan meracik ramuan," jawab Luciel sambil mencampurkannya dengan cairan yang berada disebuah botol dalam tas.
"Ciel juga bisa membuat ramuan? " ucap Liz merasa sedikit takjub.
"Ya, aku hanya bisa meracik beberapa ramuan untuk menangkap hewan di hutan dan beberapa ramuan pengering luka." Luciel menunjukkan tangan yang tertusuk kepada Liz
"Apakah suster di panti asuhan yang mengajari Ciel tentang ramuan juga?" tanya Liz sambil membersihkan pedangnya dari darah goblin.
"Gunakan cairan ini setelah membersihkan noda darahnya. " Ciel memberikan sebuah botol kecil kepada Liz.
"Aku belajar meracik ramuan dari seorang Furyan, aku sempat membantunya sesekali ketika bekerja sebagai pengumpul tanaman" Bangsa Furyan memiliki Karakteristik rambut pirang kulit putih yang mayoritas penduduk dari kerajaan La Fayette dan Kerajaan Catanbria, rambut hitam dan kulit coklat yang mayoritas penduduk kerajaan Jimena.
"Ahh! yang Ciel bilang mereka terkenal karena Prajurit berkuda mereka."
"Sepertinya Liz mengingat apa yang aku ajarkan tadi." Luciel tersenyum yang kemudian duduk di atas gerobak
"Kita akan beristirahat Selama satu jam lalu memulai kembali perjalanan." Wakil Kapten Caravan menginformasikan kepada para rombongan.
**********
Wakil Kapten Ernest POV
"Master Thomas, Berapa banyak dari para rombongan yang menjadi korban?" Kapten prajurit bayaran Roaring Wolf Roland bertanya kepada Caravan Master.
"Sebanyak 2 supir mati dan 4 terluka sedangkan pedagang terdapat 3 orang terluka," ucap Thomas dengan ekspresi suram.
"Anggota kita memiliki 4 korban jiwa dan 6 luka ringan maupun berat," ujar Ernest
"Penyerbuan yang termasuk besar ini diperkirakan terdapat 100 lebih goblin dan diantara mereka mempunyai pengalaman banyak bertarung dengan manusia, akan tetapi dengan jumlah sebesar ini aku tidak melihat satupun seekor Hobgoblin." Faktanya, hanya terdapat 4 korban jiwa pada serbuan kali ini memperlihatkan Roaring Wolf adalah salah satu prajurit bayaran yang bagus di wilayah Rhine Duchy.
"Menurut informasi yang ku terima dari patrol kerajaan, jalan melewati hutan Alema lebih aman dibanding melewati lembah Eppstein yang sedang banyak kasus penyerangan dari kelompok bandit, " jelas Thomas.
"Menurutmu para goblin itu menunggu waktu tertentu dan merencanakan sesuatu?" Thomas meragukan intelegensi yang dimiliki monster kecil tersebut.
"Mungkin mereka ingin membuat patrol kerajaan lengah dan menyiapkan serangan besar ke sebuah kota." Roland pernah mendengar para goblin melakukan serangan besar ke sebuah kota di kerajaan Catanbria 10 tahun lalu, mereka berpikir wilayah itu aman karena sudah tidak ada serangan akhir – akhir itu. Namun nyatanya para goblin menunggu mereka lengah dan melakukan penyerangan.
"Yang kutahu, Kota Narbonne yang berada di Kerajaan Cantabria diserang sekitar 3000 Goblin pada masa lalu." Roland mengingat – ingat kembali kejadian yang sudah lama terjadi.
"3000! Jumlah mereka hampir sama dengan jumlah prajurit regular seorang Duke." Thomas terkejut mendengar jumlah yang disebutkan Roland.
"Master Thomas apakah serikat dagang memberikanmu sebuah Artifak komunikasi? "
"Ya, Tuan Poppo memberikanku sebuah artifak komunikasi, namun hanya bisa dipakai 3 kali saja ketika keadaan sangat darurat."
Artifak komunikasi adalah sebuah batu bulat segenggam yang memiliki inti mana dan sebuah formula sihir tertanam dalam artifak tersebut. 300 tahun yang lalu, para penyihir Wuttenburg menemukan sebuah konsep Rune yaitu sebuah sihir yang dapat menyusun magis menjadi sebuah formula yang akan aktif ketika menyalurkan mana yang cukup ke formula tersebut.
Sampai saat ini, hanya penyihir yang mempunyai Menara Sihir lah yang mempunyai Formula – formula sihir yang tertanam dalam artifak maupun sebuah Gulungan Sihir.
"Aku menyarankan Master Thomas untuk meminta Tuan Poppo untuk menghubungi Markas Ksatria Suci terdekat untuk meminta bantuan, kurasa kita masih akan menghadapi beberapa pertarungan nanti." Ksatria Suci adalah sebuah organisasi militer dibawah naungan Teokrasi Geneva yang dimana dipimpin oleh Pendeta Agung Kuil Juliana.
Mereka adalah Ksatria khusus untuk melawan monster dan iblis dikarenakan mereka mempunyai Sihir – sihir Divine yang dapat melemahkan Iblis dan beberapa monster.
"Kita harus bergegas, aku tidak mau bermalam di hutan yang berpotensi memiliki 3000 goblin didalamnya." Lokasi Caravan sekarang berada tepat ditengah Hutan Alema dan butuh waktu 8 jam bagi caravan agar bisa keluar dari hutan ini.
**********
Liz POV
"Hei, Ciel apakah akan ada serbuan monster lagi nanti? " tanya Liz.
"Aku tidak tahu Liz. Seingatku, tidak pernah ada kabar hutan Alema memiliki monster yang bergerombol. Yang paling berbahaya adalah beruang merah tanduk besar yang memerlukan beberapa ksatria untuk mengalahkannya. Namun, binatang itu tidak akan menyerang jika kita berjaga jarak dengannya," jelas Luciel.
Setelah pertarungan tadi Liz merasakan perubahan ditubuhnya seakan – akan tubuhnya semakin kuat. Tiba – tiba ada seorang pemuda yang datang menghampiri gerobak mereka.
"Hai, bagaimana keadaan kalian?" Ludwig menyapa mereka dan menunjuk luka ditangan Ciel.
"Hanya luka kecil, dan tidak menggangguku sama sekali." Ciel mengayun- ayunkan tangannya mengindikasikan bahwa dia sudah tidak apa – apa.
"Hei terima kasih karena menolongku tadi, siapakah namamu Nona?" Ludwig menjulurkan tangannya kepada Liz.
"Liz," Liz menjabat tangan Ludwig.
"Kau memiliki kemampuan berpedang yang bagus Liz walaupun kau lebih muda dariku," puji Ludwig.
"Aku hanya mengikuti insting dan membiarkan tubuhku bergerak dengan sendirinya." Liz menjelaskan bagaimana dia dapat bergerak semudah itu walaupun belum pernah mempelajari teknik pedang apapun.
"Ohhh apakah kau mempunyai sebuah Blessing?" Ludwig Bertanya Penasaran.
"Apa itu Blessing? Liz memiringkan kepalanya kebingungan.
"Blessing adalah sebuah keajaiban yang diberikan oleh Dewi Juliana kepada manusia pilihannya, dan biasanya keajaiban itu akan bangkit pada kondisi – kondisi tertentu." Luciel menjawab kebingungan Liz
"Aku tidak tahu, baru kali ini aku mendengar tentang Blessing darimu Ciel," ujar Liz.
"Mungkin ada hubungannya dengan kemampuan berpedangmu yang tiba – tiba bagus walaupun Liz baru 2 hari ini memegang sebuah pedang," ungkap Luciel.
Liz terkejut dan membuka lebar matanya mendengar Perkataan Luciel.
"Benarkah? "
"Mungkin saja. Tuan Ludwig, mulai kali ini cobalah melakukan Sparring dengan Liz, hitung – hitung Liz sudah menyelamatkan nyawa tuan Ludwig. "
"Baiklah, tapi jangan panggil aku tuan, Ludwig saja sudah cukup " Ludwig membalas dengan kesal. "
"Liz, kamu mungkin bisa belajar beberapa teknik dari Ludwig dan dapat meningkatkan kemampuan berpedangmu," ucap Luciel.
"Baik, mohon bantuannya Ludwig." Liz menghadap Ludwig lalu tersenyum dan menatap matanya.
"ii-iiyaaa " Ludwig tersipu malu ketika melihat Liz tersenyum tulus dan menatap matanya
Liz mempraktekan ajaran Luciel untuk lebih sering tersenyum ketika berbicara terhadap orang lain. Melihat pemandangan ini Luciel pun ikut tersenyum.