Chereads / Di beri jodoh Oleh Kakakku / Chapter 2 - part. 2

Chapter 2 - part. 2

Malam ini Risa dan Kim sudah resmi bertunangan. Pihak keluarga juga memberi mereka celah untuk saling mengenal satu sama lain.

Jam menunjukan pukul 22.34 keluarga Kim pamit undur diri dari kediaman Risa. Setelah kepulangan keluarga Kim, Tuan Aleoson meminta semua anggota keluarga untuk masuk ke kamar masing-masing. Tapi tidak untuk Hansen Dan Olive, mereka di panggil Tuan Aleoson di ruang kerjanya.

Hansen dan Olive pun mengikuti arahan Papanya. Mereka masuk terlebih dahulu, kemudian baru Tuan Aleoson menyusul mereka.

Suasana hening menerpa Olive, naun tidak pada Hansen.

"Kita mau ngapain di suruh ke sini?" tanya Olive berbisik.

"Tunggu saja papa masuk." jawab Hansen dingin.

Olive hanya mengerucutkan bibirnya.

Tak selang lama Tuan Aleoson pun masuk keruangan tersebut.

"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Tuan Aleoson yang duduk di kursi kerjanya

"Baik, pa. ada apa ya Pa kita dipanggil ke sini?" Tanya Olive yang terlihat sangt tidak suka

"Papa tidak akan lama memintamu di sini. langsung saja papa pada intinya." Tuan Aleoson terdiam sejenak dan mengambil nafas.

"Papa hanya ingin kalian segera memiliki anak. Apa kalian tidak ingin memiliki momongan? Papa lihat, selama 2 tahun ini kalian sangat santai seklai. atau jangan-jangan, kalian memang tidak ingin mempunyai nya?" tanya Tuan Aleoson dengan sedikit menikam alisnya.

Hansen hanya terdiam saat mendengar ucapan sang Papa. Dalam hatinya memang menginginkan buah hati, namun sang istri yang masih berdiri kokoh enggan memiliki dengan alasan kerjaan. Membuat Hansen terdiam selama ini.

"Kenapa kalian diam saja?" tanya Tuan Aleoson

"Pa, inikan masalah kami berdua. Biar kami saja yang membahasnya. lagian kan kami masih sibuk, sama-sama kerja." jawab Olive dengan enteng

Brak.....

Dengan kesal Tuan Aleoson menggebrak meja kerjanya itu. Tatapan Kekesalan menjalar di wajah Tuan Aleoson. Hansen yang melihat itu hanya berdiam saja, tanpa mengucapkan apapun.

Sementara Olive juga terdiam melihat sang mertua yang di penuhi dengan amarah.

"Pa, kita bisa bicara baik-baik ini. Beri Hansen waktu." Ucap Hansen menengahi.

"Baiklah, Papa akan berikan kalian waktu. Dan kamu Olive, Papa harap kamu berhenti bekerja saja. Karena kewajiban mencari nafkah itu hanya tugas suamimu." ucap Tuan Aleoson menggertak.

Namun gertakan itu tidak mebuat Olive takut sama sekali. Bahkan di dalam hati Olive mengumpat karena tindakan sang mertua.

"Mau punya anak atau enggak kan itu urusanku. huhh..." batin Olive.

Akhirnya mereka keluar dari ruang kerja Tuan Aleoson dengan raut muka kesal.

Malam ini niat untuk bermalam di rumah kedua orang tuanya Hansen pun di urungkan. Dan mereka berdua memutuskan untuk pulang kerumahnya. Hansen dan Olive memasuki mobilnya dan segera meninggalkan kediaman Tuan Aleoson.

Sesampainya mereka dirumah, mereka segera masuk dan menuju ke kamar untuk beristirahat. Namun, bukannya beristirahat yang Hansen dan Olive lakukan melainkan berbagai pertanyaan yang keluar dari mulut Hansen.

"Apa kamu masih ingin kekeh dengan pendirian mu, Oliv? Apa benar jika kamu tak ingin memiliki keturunan dari ku?" Tanya Hansen sembari melonggarkan dasinya.

"Kamu ngomong apa sih. mana mungkin aku tidak ma mendapat keturunan dari mu? tunggulah aku sebentar lagi sayang, pasti kita akan segera mendapatkan anak." jawab Olive sembari mendekatkan diri ke Hansen.

Hansen pun segera menjauh dari Olive saat ia mulai mendekati Hansen.

"Bicaralah jujur padaku. Apa alasan mu menunda Momongan?" tanya Hansen dengan sedikit menekan ucapannya.

"Bukankah sudah aku katakan, aku ingin mengejar karirku dulu. dan tinggal selangkah lagi aku memilikinya." jawab Olive menyakinkan.

"CK, selalu itu yang kau katakan. Tidak masuk akal." teriak Hansen kesal.

Hansen pun pergi meninggalkan Olive sendiri di kamar. Olive yang melihat kepergian Hansen hanya diam saja tanpa mencegah nya. Olive memilih untuk beristirahat ketimbang memikirkan Hansen yang pergi.

Sementara di sisi Hansen, kini ia sedang mengendarai mobil membelah dinginnya malam kota J tersebut. Hansen mengendarai mobil sport miliknya dengan kecepatan tinggi. Dia sudah tidak perduli lagi dengan hidupnya. Namun saat hendak menerobos lampu merah, Hansen tiba-tiba tersadar dari aksi gilanya. Ia melihat wanita yang bisa di bilang belum Tua itu menyebrang di Zebra cross.

hati Hansen tiba-tiba tertegun melihat itu. Hansen kemudian menepikan mobilnya dan menemui mereka bertiga.

"Permisi, Buk." Ucap Hansen

"Iya, Pak. ada apa?" tanya wanita itu

"Maaf ya ,Buk. Kenapa ibu, malam-malam begini masih di luar bersama anak-anak ibu?" tanya Hansen khawatir.

"Maaf, Pak. Mereka Adik-adik saya. Dan ini juga sudah menjadi kebiasaan saya,karena kami tidak memiliki Rumah. saya hanya tinggal di jalanan begini." jawab wanita itu.

Hati Hansen tertegun saat mendengar jawabannya. Kemduian ia berinisiatif untuk membawanya pergi dari sini. Wanita itu awalnya menolak, namun karena desakan Hansen dan paksaannya, wanita itu akhirnya mau.

Hansen membawa wanita itu dan kedua anak itu ke sebuah rumah mewah yang ada di pinggiran kota. Ya, itu adalah rumah Hansen yang tidka di ketahui oleh siapa pun kecuali Martin Asisten nya dan Kim sahabatnya.

Hansen dan Kim sering menghabiskan waktu mereka di rumah itu. Sekedar untuk menghilangkan penat yang mereka alami.

Sesampainya Hansen di rumah itu, segera menyuruh wanita yang ia bawa tadi untuk turun.

"Astaga, rumah ini mewah sekali. Bahkan lebih besar dari rumah ku waktu itu " Human Wanita itu.

"Kak, ini rumah apa istana?" tanya Sang adik.

"iya kak, ini rumah besar sekali." sahut adiknya yang satu.

"Hustt, kalian diam dulu ya." bisik wanita itu.

"Maaf, pak. kenapa Bapak bawa kami ke rumah ini?" tanyanya penasaran.

"Karena kalian tidak memiliki rumah, makan tinggallah di sini. kamu bisa bekerja di sini, dan untuk adik-adik mu juga. Tapi ingat, jangan merusak semua barang-barang di rumah ini. Nanti akan ada yang mengajarkan kalian bekerja. "jawab Hansen lalu mengajak mereka masuk.