"Dia Neysa, asisten baru kakak." jawab Hansen.
"ha,. sejak kapan kakak memeperkjakan seorang gadis?" tanya Risa dalam hatinya.
seakan tahu isi pikiran Risa, Ziel pun berkata."Aku juga tidak tahu sejak kapan Hansen suka memperkerjakan seorang gadis."
"kak El juga baru tahu?" tanya Risa.
"emm." jawab El.
saat tengah memperhatikan gadis itu tiba-tiba satu anak kecil menghampiri Neysa.
"kak, aku mau makan,lapar!" ucap anak kecil itu.
"nanti ya, Kakak sedang bantu bi Iroh. nanti kalau sudah selesai kakak ambilkan makan ya." jawab neysa pada velda sang adik.
velda kemudian mengangguk dan pergi dari dapur menuju ke kamar belakang.
"dia sudah punya anak. berati bukan gadis lagi dong." pikir Risa.
"dia adiknya, bukan anaknya." sahut Hansen.
"ah, dari mana kakak tahu pikiran ku." Risa heran dan bertanya dalam hatinya.
*****
dilain tempat,
Kim duduk di sebuah kursi kejayaan nya yang ada di kator cabang di kota J. Kim di temani oleh Leo sang asisten sedang meninjau kantor yang ada di kota tersebut.
"bagaimana, Le. apa ada Perkembangan dengan kantor ini?" tanya Kim.
"ada tuan, setelah kita memecat koruptor itu sedikit demi sedikit ada kemajuan." jawab Leo
"syukurlah, kalua begitu kita bisa langsung pulang setelah makan siang." ucap Kim
"iya, Tuan."
"oh ya, Le. nanti sepulang dari sini kita langsung ke rumah Hansen yang ada di pinggir kota B ya. sudah lama aku tidak ke sana. siapa tahu juga Hansen dan Ziel ada di sana." pinta Kim.
"baik tuan. kalau begitu biar saya hubungi Ziel dulu." pinta Leo.
"emmm."
Leo menghubungi ziel dan benar saja, mereka ada di sana.
"kalau begitu nanti setelah makan siang kami akan ke sana, El." ucap Leo.
"kenapa menunggu siang. sekarang saja, kita makan besar di sini." ucap Ziel.
"ya nanti aku tanyakan pada Tuan ku." jawab Leo.
"bilang sama Tuan mu,kalau di sini juga ada calon istrinya." kata El dengan suara lirih.
"iyakah? pasti nanti dia akan mengajak berangkat sekarang." jawab Leo sembari terkekeh pelan.
"yaudah, aku akhiri dulu ya, sampai ketemu di sana." Leo pun mengakhiri panggilan itu dan segera memberi tahukan pada Kim.
"Tuan, mereka ada di sana. dan di sana juga ada Nona muda." ucap Leo
"benarkah?" seketika mata Kim langsung segar saat mendengar nya.
"kalau begitu kita ke sana sekarang." titah Kim
"benar kan. huuhhj." batin Leo mengembuskan nafas.
di perjalanan menuju kerumah Hansen, Kim meminta Leo untuk mampir ke toko kue langganan keluarganya. Di tempat itu Kim meminta Leo untuk membeli kue yang paling best seller di toko. dan tak lama Leo pun keluar dari toko menenteng box yang berisikan kue.
setelah itu mereka menuju ke supermarket untuk membeli beberapa cemilan ringan. tak lupa juga Leo membeli minuman kaleng untuk para lelaki.
kurang lebih menempuh perjalan 35 menit, mereka sudah sampai di halaman rumah Hansen yang ada di pinggiran kota B tersebut.
Kim dan Leo turun membawa beberapa kantong cemilan dan kue. Tanpa permisi atau apa mereka langsung masuk bak seperti masuk kerumah sendiri.
"hai El, apa kabar?" tanya Leo saat ia sampai di samping Ziel.
"Anak setan. baik bro." jawab ziel.
"kebiasaan kalau manggil anak setan. ganti Napa El." protes Leo.
"lah, elu kan udah kaya anak setan. tahu aja gue di mana." jawab ziel.
"terserah Lo deh."
Leo duduk di sebelah ziel, sementara Kim duduk di sofa tunggal yang bersebelahan dengan Risa.
"kalian kenapa ke sini?" tanya Hansen.
"mau me time bareng lah, Sen." sahut Leo.
"sopan dikit kalau sama atasan." protes Risa.
"waduh, Nona muda galak amat, kita kan sahabat, Non. kala di kantor bisa kita sopan. tapi kalau di luar kantor kita ini ya beginilah." jawab Leo dengan pede.
buk...
sebuah buku tiba-tiba melayang tepat mengenai kepala Leo.
"busetttt, singa jantan ini galak amat." kata Leo memegangi kepalanya.
"hahahah, mampus Lo." ucap ziel dengan tawa lantangnya.
"lagian kalian ini udah tahu punya temen galak, masih aja d ledekin." kata Hansen yang bangun dari tidurnya.
"Bawa apa kamu, leo?"tanya Hansen.
"bawa cewek." ketus Leo.
"lama-lama gue tabok tuh mulut." hardik Hansen.
"ya elu pakek tanya, jelas-jelas di meja adanya makanan. aneh." gerutu Leo.
"kak, aku masuk kamar dulu ya. kalian enakin ngobrol nya." pamit Risa
Risa pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke kamar yang biasanya ia pakai.
Kim hanya menatap kepergian calon istrinya itu dengan tatapan rindu.
"aku boleh ikut gak?" Kim mengirim pesan untuk Risa.
Ting...
sebuah pemberitahuan pesan di ponsel Risa berbunyi, ia segera mengambil ponselnya dan membuka pesan tersebut.
"Kim!" Guman Risa. ia pun membukanya dan membaca pesan tersebut, hingga membuat nya tersenyum sendiri.
"mau ngapain? aku kan mau istirahat." jawab Risa membalas chat Kim.
"aku ada sesuatu untukmu." balas Kim lagi.
"ke sini saja. tapi izin sama macan tutul ya?" pinta Risa.
"takut kalau mau minta izin sama macan tutul, Takut di cakar." balas Kim lagi dengan emoji tawa.
membaca pesan Kim membuat Risa senyum-senyum sendiri. meskipun baru saja tunangan, tapi Risa sudah merasa dekat dengan Kim.
"sen, gue izin memuin calon bini dulu ya?" pamit Kim yang langsung berdiri menuju ke kamar Risa tanpa menunggu persetujuan Hansen.
"hei, jangan Sampek macem-macem Lo di kamar adek gue." teriak Hansen
"siap!" singkat Kim.
Kim pun sudah berada di depan pintu kamar Risa, ia mengetuk pintu tersebut. tak lama berdiri di depa pintu, Risa pun membukakan pintunya.
"nga-ngapain ke sini?" tanya Risa gugup.
"sebagai pasangan tentunya aku ingin lebih dekat dengan mu. boleh kan?" tanya Kim.
"bo-boleh. tapi kenapa harus menyusul ke kamar? kan di luar saja bisa." ucap Risa yang gugup.
"biar lebih dekat, beb." Jawab Kim.
"boleh masuk?" tanya Kim lagi.