Tanpa seizin dari Risa, Kim pun masuk kedalam kamar dan berbaring di tempat tidur Risa. Risa yang melihat tingkah Kim hanya bisa menghela nafas.
hufffftttt...
Risa pun duduk di sebelah Kim. ia melihat calon suaminya itu yang nampak memejamkan matanya. Risa nampaknya terpesona oleh ketampanan yang Kim miliki. karena Risa terlihat senyum-senyum sendiri saat memandangi wajah Kim yang tengah memejamkan mata itu.
"kenapa senyum-senyum?" tanya Kim sehingga membuat Risa terperanjat kaget.
"si-siapa yang se-senyum." jawab Risa cuek.
"pura-pura lagi." ucap Kim yang langsung duduk mendekati Risa.
"mau ngapain?" tanya Risa dengan nada tinggi.
"ya mau duduk di sebelah kamu lah." Jawab kim.
"jangan macem-macem ya. awas saja." ucap Risa yang langsung mengambil slimutnya.
saat melihat tingkah konyol Risa, Kim hanya senyum-senyum sendiri.
"kalau boleh tanya, kamu mau aku panggil dengan sebutan apa?" tanya Kim
"terserah, senyaman kamu saja." jawab Risa yang masih jutek.
"sayang, atau honey, gimana?" tanya Kim berpikir
"terserah kamu, yang penting jangan inem aja." jawab Risa.
"memang kenapa kalau inem, itu kan juga nama." Kim bertanya.
"gak bagus tahu." ketus Risa dengan muka cemberut.
"iya kah? padahal tadi aku mau panggil Ijah loh." ledek Kim
"kamu...." gerutu Risa kesal.
"hehehe, yasudah kamu mau di panggil apa, biar kita tambah cepat akrab?" tanya Kim lagi.
Risa terdiam, sembari berpikir. tiba-tiba muncul sebuah ide nama panggilan. Raut muka Risa nampak sumringah saat ia mendapat ide.
"kayaknya Mama Papa bagus deh!" ucap Risa yang menahan tawa.
"apa!" ucap Kim kaget.
"enggak-enggak, apa-apaan manggil Mama Papa. enggak mau aku." imbuh Kim kesal.
"terus apa dong?" tanya Risa lagi.
"udah manggil nya, sayang saja lah. biar enak." pasrah Kim
Risa hanya mengangguk paham. mereka pun kini saling berbincang satu sama lain. saling menceritakan kehidupan nya masingmasing. Kim merasa, Risa lah yang selama ini ia cari. Risa bisa memahami dengan jelas apa yang Kim ceritakan. bahkan obrolan mereka sangat nyambung.
"oh ya, Bee. kamu sudah berapa kali pacaran?" tanya Kim
"Bee?" tanya Risa.
"iya, biar kaya anak muda jaman sekarang." kata Kim tersenyum.
"terserah lah. aku belum pernah pacaran sama sekali. dulu sempat dekat dengan cowo, tapi kak Hansen melarang. katanya aku harus fokus kuliah." jawab Risa sembari mengingat momen itu.
"Why? " tanya Kim penasaran.
"entah lah, yang pasti aku disuruh fokus dulu. jadi aku juga enggak berani membantah. ehh, setelah lulus maka di kasih jodoh sama kakak." jawab Risa memandang Kim.
mendengar jawaban Risa, membuat Kim tersipu malu dan menundukkan pandangannya. baru kali ini seorag CEO di buat malu oleh wanita.
"kenapa kaya gitu? enggak seneng kalau kita ini memang jodoh?" tanya Risa
seketika raut muka Risa sudah berubah menjadi sedih. Melihat tunangan sedih, kok reflek memeluk Risa.
"kamu ini ngomong apa sih, Bee. dimana nya yang niat aku enggak suka, justru aku bahagia bisa bertemu dengan kamu, meskipun pertemuan kita singkat. tapi aku yakin kalau kita ini memang di takdirkan bersama." jawab Kim yang masih memeluk Risa.
tok
tok
tok
tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Risa yang mendengar langsung mengusap air matanya dan melepas pelukannya dari Kim.
"Bersihkan mukamu dulu, biar aku yang buka." titah Kim lalu ia beranjak dari kasur dan berjalan ke pintu.
ceklek
Kim membuka pintu, saat ia melihat wanita di depannya ia merasa tak asing. begitu juga dengan wanita itu. ia merasa pernah melihat Kim sebelumnya.
"kamu!" ucap Kim.
"saya Neysa, kamu anaknya Om Lee kan?" tanya neysa.
ya, Neysa lah yang tadi mengetuk pintu kamar Risa.
"kamu anak dari Tante....(Kim nampak berpikir terlebih dahulu)... Tante Meri, iya Tante Meri." ucap Kim
"iya, kamu benar. bahkan kita ini saudara bukan?" tanya Neysa.
"iya, bagaimana kamu bisa ada di sini? lalu di mana adik-adik mu?" tanya Kim khawatir.
"ceritanya panjang." jawab Neysa
"ka..."
belum sempat berkata-kata lagi, Risa keluar dari kamar mandi dan memanggil Kim
"Bee, siapa?" tanya Risa yang berjalan mendekati Kim.
"oh, mbak Neysa. ada apa mba?" tanya Risa.
"em,tadi tuan Hansen meminta kalian untuk makan siang bersama." jawab Neysa.
"baiklah, ayok kita ke sana. Mbak Neysa ikut juga ya." pinta Risa yang di angguki oleh Neysa.
meskipun asisten rumah tangga, tapi Neysa tidak pernah membedakan semuanya. Risa menganggap semua orang yang berkerja di rumah orang tuanya maupun di rumah kakaknya itu sama seperti dia. jadi setiap kali makan, semua asisten rumah tangganya juga ikut makan. namun berbeda meja dengan nya, jika itu di rumah orang tuanya. kalau di rumah snag kakak, Merkea makan jad satu di meja makan keluarga.
"ekhemm... sen, gue mau tanya." bisik Kim yang kebetulan duduk di samping Hansen.
"emmm.."
"tapi nanti saja setelah selesai makan." kata Kim.
setelah selesai makan, sesuai ucapan Kim. ia pun bertanya mengenai Neysa yang berada di rumah Kim. dan Hansen pun menjelaskan semuanya. Kim nampak syok mendengar jawaban Hansen.
"bdw, Lo ada apa tanya tentang Neysa?" tanya Hansen heran.
"Lo tahu gak, dia itu sepupu gue. anak dari kakaknya bokap." jawab Kim
Hansen yang mendengar jawaban Kim langsung melotot tak percaya.
"gila, Lo. kalau ngada ngada jangan berlebihan. gue aja nemuin tuh anak di jalanan, mana mungkin dia sepupu loh." ucap Hansen tak percaya.
"terserah Lo lah. Tapi bener dia sepupu gue." jelas Kim.
Kim kemduian memanggil Neysa. untung saja di sana hanya ada Kim dan Hansen. sementara Leo dan ziel sedang berada di ruang game. dan Risa kembali ke kamarnya untuk istirahat.
"Ada apa Tuan?" tanya Neysaa saat sudah sampai di ruang tamu.
"Nes, sekarang Lo cerita gimana Lo bisa kaya gini?" tanya Kim penasaran.
Neysa tampak bingung dan takut.
"Lo gak perlu cemas, gue bakal bantu Lo." ucap Kim.
"jadi...."
Neysa pun menceritakan semua kejadian dan kronologi yang dialami keluarganya. Dari mulai yang cekcok hingga penembakan yang sangat brutal. Sementara Kim dan Hansen yang mendengar itu hanya menggeleng dengan menahan emosi.
"Lalu bagaimana kamu bisa selamat dari pembantaian itu?" tanya Kim
"Aku dulu sedang berada di luar, dan kedua adikku juga bareng aku. Jadi kita bertiga Alhamdulillah Selamat." jawab Neysa.
"Lalu, apakah orang itu Masih hidup?" tanya Hansen penasaran.