"Kalau begitu sebaiknya kita cepat-cepat ke divisi lain lagi." Kata Hilda pada Alisa.
Tapi saat tur ke divisi lain pun, pembicaraannya kurang lebih sama. Mulai dari rasa kagum mereka melihat anak yang dilempar Fiona ternyata sudah baik-baik saja, sampai akhirnya mulai menebak-nebak apa saja yang sedang semua orang bicarakan di rapat lantai 5 sekarang.
Walaupun sisi baiknya, gara-gara itu Hilda jadi tidak perlu susah payah kalau topiknya perlu diganti.
Jadi setiap semua orang mulai terlalu penasaran dengan Alisa, dia langsung saja mulai membicarakan rapat itu. Dan sebelum semua orang menyadarinya, dia tinggal menarik Alisa pergi ke divisi yang selanjutnya.
Tapi saat Hilda mulai merasa kalau semuanya akan berjalan lancar, Alisa tiba-tiba saja menceletuk. "Ah, itu kakak yang tadi." Katanya saat mereka melewati salah satu lobi yang ada di lantai 3. Rupanya ada perempuan yang tadi sempat dia temui di depan gedung.
"Ah, itu Riina." Kata Hilda. "Kau mengenalnya?"
"Tadi Aku dan kak Hazel sempat ketemu dengannya di depan gedung." Ceritanya. "Dengan kakak kelas yang satu lagi juga. Mm, namanya…"
"Ello?"
"Ah, iya, itu." Jawabnya. "Mereka memangnya ada di divisi apa? Apa kakak tahu?"
"Mm, divisi timur."
"Divisi timur?" Ulang Alisa yang langsung mengingat-ingat lagi daftar divisi yang harusnya sudah dia hafal. Dan dia sama sekali tidak ingat ada divisi maupun sub-divisi yang memiliki nama itu. "Memangnya ada divisi seperti itu? Sejak tadi juga kita belum mengunjungi divisi itu kan?"
"..." Hilda hampir kebingungan karena dia tidak yakin bagaimana harus menjelaskannya. Tapi yaa, dia cuma bisa menjawab seadanya. "Yah, divisi mereka agak khusus. Dan tempat kerja mereka juga tidak ada di gedung Osis, jadi…"
"Ah, sama seperti divisiku ya…" Balas Alisa yang belum mencurigai apapun. Bahkan setelahnya dia juga langsung teringat sesuatu lagi. "Ah!"
"Divisi timur itu jangan-jangan divisi yang mengurus daerah timur? Tempat yang kata Mary suka memproduksi barang untuk dijual itu?" Tanyanya. Alisa ingat Mary menyebutnya sebagai daerah berduit. Karena itu adalah tempat Aviara memproduksi berbagai barang dan menjualnya ke luar sekolah.
"Oh, mm, itu kau tahu."
"Oh, begitu. Padahal kupikir yang mengurusnya hanya para guru, tapi Osis juga mengurusnya ya?"
"Yaa, itu, sistemnya memang agak membingungkan. Aku juga tidak begitu paham, haha." Balas Hilda agak memaksakan. Dia tidak tahu bagaimana, tapi rasanya dia bisa merasakan kalau Fiona pasti sedang menertawainya dari bola kaca itu.
Alisa mulai merasa ada yang aneh dengan cara Hilda tersenyum. Tapi saat dia melihat sosok Riina yang sedang duduk dan main handphone sendirian begitu, dia langsung lupa. "Kalau begitu kita berikan saja kak Riina cemilannya juga. Masih cukup kan?"
"Tentu."
"..." Hilda sempat merasa ragu saat dia melihat Alisa mendorong trollernya ke arah sana. Tapi karena dia tidak bisa meninggalkan Alisa sendiri, dengan gelisah Hilda pun mengekor di belakangnya.
"Anu, kak Riina kan?" Sapa Alisa duluan. "Itu, tadi kita ketemu di luar…"
"Mm? Ah! Alisa ya?" Sahut perempuan itu riang. Sambil menaruh handphonenya di meja, dia pun langsung berdiri. "Kebetulan sekali kita ketemu lagi."
Alisa sempat agak malu karena Riina langsung menjabat tangannya, tapi ternyata mata Riina sendiri sudah teralihkan pada sosok Hilda yang ada di belakangnya. "Kak Hilda! Kakak juga di sini. Pasti sedang membagikan makanan lagi ya?" Sapanya sehingga Hilda jadi ikutan tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Oh?" Tapi setelah melihat situasi itu sepenuhnya, Riina pun langsung menyadari sesuatu. "Jangan-jangan pekerjaan yang tadi dibilang Hazel maksudnya bantu kak Hilda?" Tanyanya kemudian pada Alisa.
"Eh? Ah, iya, semacam itu kurasa." Balas Alisa sekenanya.
Riina masih terus memasang senyumnya, tapi sebenarnya dia sempat agak bingung dengan jawaban itu. 'Apa Hazel menitipkannya dengan kak Hilda supaya anggota lain tidak melihatnya?' Pikirnya sejenak.
'Tapi kalau saja itu benar, dia tidak harusnya ikut kak Hilda keliling gedung Osis begini kan…?'
"Mm, tadi Aku dan kak Hilda buat tiramisu dan salad. Kakak mau?" Kata Alisa lagi.
"Benarkah? Terima kasih." Balas Riina. "Aku penggemar kopi, kau tahu. Jadi Aku lumayan suka tiramisu. Apalagi buatan kak Hilda biasanya tidak terlalu manis kan? Lalu…"
Dan setelah mengobrol ini-itu, akhirnya Alisa dan Hilda pun kembali pergi untuk mengunjungi divisi lain.
Tapi seakan jatuh cinta--lagi--dengan senyum Riina, Alisa juga belum bisa menurunkan senyumnya. "Kak Riina orangnya menyenangkan ya." Katanya.
"Yah, Riina memang baik." Balas Hilda.
"Dia bahkan tidak bertanya apapun tentang kejadian minggu lalu padaku." Kata Alisa lagi dengan tawa getirnya. Soalnya sepanjang tur ini semua orang selalu saja menanyakannya. "Tentang rapatnya juga."
"...Yah, mungkin Ello memang belum memberitahunya."
"Apa?" Tapi ternyata Alisa tidak begitu mendengarnya.
"Ah, bukan apa-apa."