Chapter 3 - Manusia Kertas (3)

Xue Xian, yang sebelumnya percaya bahwa dia bisa merobek langit dan mengguncang Bumi, di sekop oleh seorang Biksu yang satu satunya kelebihan yang dia miliki hanyalah penampilannya. Dan dia di sekop hanya dengan menggunakan pecahan tembaga…

Setelah di sekop oleh Biksu itu, dua potongan lumut tersebut kembali ke bentuk semula dan menjadi dua lembar kertas kecil berbentuk manusia. Dengan acuh tak acuh Si Biksu memandangi kertas itu, kemudian melipatnya dan memasukkannya ke dalam kantong yang diikat di pinggangnya*.

*Kantong yang diikat di pinggang: Sejenis kantong yang biasanya diikat di luar jubah Xuanmin

Xue Xian bahkan belum sempat meludahkan darahnya yang sudah mendidih ke wajah Si Botak sebelum dia dipaksa untuk terjebak di pinggangnya. Begitu erat, tanpa sedikitpun celah.

Jika seseorang bisa mati hanya karena sebuah penindasan, Xue Xian akan mati lebih dari 200 kali tepat di saat dia di sekop dan dimasukkan ke dalam kantong. Dia terlahir alami menjadi orang yang sombong dan hanya bisa memprovokasi orang lain, bukan sebaliknya, seperti Zuzong* yang tidak tahu malu dan tidak masuk akal. Namun kali ini, dia dengan sembarangan memukul paku dan terjatuh ke dalam selokan**.

*祖宗 zuzong means ancestor and is similar to how one would jokingly call someone 'old man' or 'gramps'. (Leluhur)

**Original one: He hit the nail carelessly and fell into the gutter (Kurang lebih memiliki arti seperti ini: Dia sudah merasa melakukan hal yang benar tapi tetap berujung dengan kesalahan, intinya Xue Xian emang lagi enggak hoki aja :( wkwk)

Tidak peduli apapun alasannya, dendam antara dia dan Si Botak ini baru saja dimulai.

Xue Xian merupakan orang yang sulit diatur. Dia mungkin menyerah jika didekati dengan lembut akan tetapi tidak dengan paksaan.

Jika saja dia mempunyai sebilah pisau di tangannya dia mungkin akan menikam pinggul Biksu itu tanpa keraguan, namun, sayangnya, dia tidak terbiasa untuk menenteng pedang ataupun pisau bersamanya.

Biksu itu nampak seperti sebuah tiang es, mengabaikan siapapun, dan hanya memiliki sedikit ekspresi akan tetapi tubuhnya hangat. Melalui kain linen tipis berwarna putih itu, panas tubuhnya yang lembut sedikit demi sedikit meresap ke dalam kertasnya.

Dalam waktu singkat, Xue Si Manusia Kertas sudah dikepung oleh kehangatannya "...."

Menyebalkan!

Situasi ini sangat menyebalkan. Bagi orang yang sedang sakit, sedikit kehangatan di musim dingin yang membeku ini bisa menjadi kunci untuk mematahkan semangat mereka, terutama untuk Xue Xian yang telah lumpuh selama setengah tahun. Pembuluh darahnya tersumbat dan aliran darahnya terhambat. Sebagian besar musim dinginnya dia habiskan dengan membeku, karena tubuhnya saat ini tidak bisa mengumpulkan banyak panas. Sekarang, setelah tiba-tiba menerima kehangatan, tubuhnya mengendur lebih cepat dimulai dari kepalanya dan merasa tidak ingin bergerak.

Xue Xian, yang telah dilipat dua kali, terbaring marah untuk beberapa saat. Akhirnya, dia bangkit dari kemalasannya, dia diam-diam mulai menjelajahi isi kantong Biksu tersebut.

Tentang Biksu muda ini, Xue Xian masih belum tahu seberapa dalam kemampuannya.

Jika dia benar-benar memiliki keterampilan...Bagaimana bisa merobek sepotong kain linen putih dan me-nyekop sebongkah lumut dihitung sebagai keterampilan? Bahkan seorang Balita yang sedang telanjang mengompol dan bermain lumpur akan tahu hal ini! Selain itu, orang-orang yang benar-benar memiliki keterampilan bisa dengan mudahnya membalik sepetak tanah hanya dengan jentikan jari. Seluruh halaman belakang bisa dibalik, apalagi sepetak kecil. Mengapa dia harus menyekopnya sendiri menggunakan pecahan tembaga?

Tetapi, jika dia tidak memiliki keterampilan, bagaimana bisa dia melihat lapisan-lapisan kamuflase hanya dengan sebuah tatapan?

Xue Xian awalnya mewaspadai gerakan-gerakannya, dengan memanfaatkan tubuh kertas tipisnya dia membolak balikkan semua isian yang ada di kantong dengan hati hati. Apa yang dia lakukan benar-benar tidak diperhatikan.

Namun, setelah beberapa saat, dia kehilangan kewaspadaannya secara bertahap dan lupa menahan diri. Sebabnya, dia menemukan bahwa Si Botak sepertinya tidak terlalu memperhatikan bagian ini. Melalui dua lapisan kain linen putih yang melilit sakunya, samar-samar dia mendengar suara banyak orang di luar halaman. Sepertinya sekelompok orang tersebut berkumpul di sini karena sebuah alasan.

"Hei...Kenapa kau memukul wajahku?!" Jiang Shining merendahkan suaranya dan beberapa kalimat keluar dari giginya. Terdengar seperti kesabarannya terhadap Xue Xian sudah mencapai batasnya.

Xue Xian mempercepat pergerakkannya dan tidak sengaja menepuk bagian yang salah. Dia tidak punya waktu maupun suasana hati untuk menjelaskan kepada Si Kutu Buku dan hanya mengucapkan "diam" dengan nada rendah, memberikan tanda kepadanya untuk menjaga sikap dan diam.

Setengah tahun yang lalu, Xue Xian merasa tidak nyaman dan harus meminjam kekuatan dari orang lain setiap kali dia ingin melakukan sesuatu atau berpindah ke suatu tempat. Kali ini, dia akhirnya berjumpa dengan Si Botak ini. Meskipun dia penipu dan hanya mengandalkan rencana licik serta kebohongan, dia setidaknya memiliki beberapa jimat untuk menipu orang. Xue Xian berencana untuk mengambil beberapa barang yang berguna dan kabur di tengah-tengah keributan.

Di saat Xue Xian tengah menyibukkan dirinya-sendiri, Si Biksu muda yang sudah menyekopnya telah mencapai gerbang Balai Pengobatan Jiang.

Pintu yang awalnya cukup tebal itu sekarang sudah dalam keadaan yang mengenaskan dan juga pegangan tembaga berbentuk lingkaran itu sudah bengkok. Ketika keduanya disatukan, pintu itu tidak bisa menutup dengan sempurna tidak peduli apapun yang terjadi, meninggalkan sebuah celah yang cukup besar di antaranya. Si Biksu berhenti sebelum keluar pintu dan mengangkat sepasang kelopak matanya.

Melalui celah yang cukup lebar itu, dia bisa melihat dengan jelas lautan manusia di antara kegelapan tepat di luar pintu. Balai Pengobatan Jiang sudah lama ditinggalkan, jadi seharusnya tidak akan ada lentera yang tergantung di atas pintu. Meskipun ada, tidak ada siapapun yang akan menyalakannya. Namun sekarang, sekelompok orang sudah berada di luar dan masing-masing dari mereka menenteng lentera kertas. Beberapa bola cahaya yang menyinari wajah orang-orang tersebut memberikan kesan sombong dan sangat serius seolah-olah mereka ada di sini dengan niat buruk.

Hanya dengan melihat mereka, situasinya sudah jelas jika mereka datang ke sini bukan untuk menangkap hantu, maka mereka ingin menangkap seseorang.

Seperti apa kata pepatah, "tidak perlu takut kepada hantu yang menggedor pintumu jika kau tidak melakukan kesalahan apapun". Akan tetapi siapapun pasti akan merasa gugup saat menghadapi kerumunan yang begitu besar, apalagi itu terjadi dengan tiba-tiba. Namun, Biksu muda itu menelusuri kerumunan itu sekali dan mengalihkan pandangannya. Dia membuka kedua pintu yang ada di halaman dan tanpa melirik sedikitpun, mengangkat kakinya dan mulai melangkah keluar, berpura-pura seolah-olah sekumpulan orang yang menenteng lentera itu tidak ada.

Orang-orang yang berkumpul di sekitar Balai Pengobatan Jiang itu bukanlah sekedar orang sembarangan. Mereka mengenakan jubah biru keabu-abuan yang dikeluarkan oleh pemerintah kawasan lengkap dengan pisau sepanjang dua kaki di pinggang mereka. Ada sekitar 10 orang. Begitu mereka melihat Biksu itu pergi, mereka memegang gagang pisau di pinggang mereka dan bergerak mendekat, menghalangi jalan Biksu itu.

Biksu itu berhenti, menatap orang-orang di depannya dengan alis berkerut seolah dia tidak tahu apa yang mereka inginkan darinya.

"Apakah dia orang yang kau bicarakan?" suara seseorang yang sudah tua bertanya dengan tiba-tiba.

Si Biksu itu melihat ke arah mana suara itu berasal—nampak seorang pria paruh baya berperawakan pendek, mengenakan topi penasihat, dan berjenggot. Dia nampak cukup kurus kecuali bagian perutnya yang cukup menonjol. Jika mereka adalah penduduk lokal Ningyang, orang akan segera mengenali bahwa pria paruh baya ini adalah Liu Xu, penasihat kawasan Ningyang.

Tetapi Biksu itu bukanlah penduduk lokal. Dengan temperamennya, meskipun dia penduduk lokal, dia mungkin tidak memperhatikan seperti apa rupa penasihat itu, baik itu jumlah mata atau jumlah mulut.

Tetapi dia mengenali orang yang sedang ditanyai oleh Penasihat Liu—dia tidak lain adalah seorang pelayan kecil dari Restoran Sembilan Rasa.

Si Pelayan itu telah berpikir panjang dan keras tentang pengumuman di sebelah Restoran Sembilan Rasa dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantor daerah. Karena hadiahnya sangat tinggi, dia pasti buronan. Siapa yang tahu jika dia bahkan telah melakukan serangkaian pembunuhan?

Oleh karena itu, Si Pelayan segera melaporkan Biksu muda itu. Petugas wilayah tidak mempertanyakan apa pun dan segera datang untuk menangkap pria itu.

Tatapan Biksu itu jatuh kepada Si Pelayan. Nampak sedikit bersalah dan sedikit mundur, sambil terbata-bata: "Tu-tuan, Saya—"

Sebelum dia selesai berbicara, Biksu itu sudah mengalihkan pandangannya. Dengan sedikit mengangkat jarinya, benda hitam berjamur terbang membentuk busur dan mendarat langsung ke pelukan pelayan. Berpikir bahwa itu berbahaya, pelayan itu terkejut dan menutup matanya dengan erat. Ketika yang dia dengar hanyalah dentingan tembaga, dia perlahan membuka matanya.

Sebuah kantong uang!

Apa yang dilempar Biksu itu ke tangannya persis seperti yang apa yang dia dorong ke tangan Biksu sebelumnya.

Seolah-olah dia akhirnya melempar apa yang seharusnya dia lempar sebelumnya, Biksu itu terlihat santai dan melangkah maju lagi. Kali ini, seolah tidak sabar untuk pergi, dia berkata, "Minggir."

"Tuan, ini..." Sambil memblokir jalannya, para petugas daerah itu saling melemparkan pandangan kepada Penasihat.

"Tunggu." Penasihat itu mengeluarkan sepotong kertas dari dalam kantong pakaiannya dan mengguncangkannya, berkata, "Tuan, Anda berasal darimana? Kuil mana? Apakah gelar biksu Anda?"

Biksu muda itu mengerutkan kening ke arahnya seolah-olah tidak ingin mau terganggu untuk memberikan jawaban dan seolah olah dia sedang berpikir tentang sesuatu.

Melihat dia tidak tahu apa yang sedang dihadapinya, nada penasihat itu berubah menjadi tegas. "Tuan, seseorang mendatangi kami dan melaporkan bahwa Anda mirip dengan penjahat yang dicari di pengadilan yang terdaftar di keempat lautan. Jika Anda terus menolak untuk bekerja sama, kami harus membawa Anda untuk penyelidikan lebih lanjut!"

Biksu itu menatapnya dengan dingin dan membuka mulutnya sesaat kemudian. "Gelar biksu, Xuan Min. Seorang Biksu pengembara. Tanpa keluarga atau Kuil"

Biksu yang layak tidak akan pernah menjadi seperti ini. Jadi, jika mereka menyebut diri mereka tanpa keluarga ataupun kuil, ada kemungkinan sembilan dari sepuluh bahwa mereka bertahan hidup dengan sumbangan. Dengan kata lain, seorang penipu.

Penasihat itu melihat dari atas ke bawah dengan sedikit tatapan mengejek. Kemudian, dengan sengaja mengguncangkan poster yang ada di tangannya dan menyuruh seseorang untuk membawa lentera ke depan guna membandingkannya dengan Xuan Min.

Xue Xian, yang tengah menyibukkan diri di dalam kantong, menerima seluruh pertukaran ini dan dengan sombong, "Siapa yang menyuruhmu menggeledah sarang orang lain? Lihat? Sekarang kaulah yang ditangkap! Ha!"

Tidak ada yang berguna baginya di kantong ini. Kecuali sebuah dahan dari pohon persik dan dua batu api, hanya ada satu tas kain yang tersisa. Dia merasakan bagian dalam tas dengan hati-hati. Tampaknya ada jarum dengan panjang yang bervariasi di dalamnya. Tidak ada satupun yang dia inginkan. Xue Xian sudah muak menunggu dan berencana untuk menyelinap keluar begitu Biksu itu tidak memperhatikan.

Tentang ini, dia kurang lebih percaya diri. Selama dia tidak ingin diperhatikan, tidak ada orang biasa yang bisa mendeteksi gerakannya. Xue Xian mengambil kesempatan di saat Penasihat membuka mulutnya untuk berbicara lagi untuk meregangkan dirinya menjadi bagian yang sangat tipis dan bergerak perlahan menuju bukaan kantong.

Tapi saat kepalanya meluncur keluar, kegelapan membayangi depan matanya—

Si Botak terkutuk itu benar-benar mengangkat tangannya tepat waktu dan menekan kepalanya yang terbuka masuk lagi ke dalam saku hanya dengan satu jari!

Xue Xian,"..."

Zuzong* yang terlahir nakal ini mengamuk karena dorongannya dan berguling-guling di kantong dengan kesal. Kemudian, dia mengambil jarum acak dari tas dan menusukkannya ke arah pinggang Si Botak.

*祖宗 zuzong means ancestor and is similar to how one would jokingly call someone 'old man' or 'gramps'. (Leluhur)

Xuan Min, "..."

Di saat Xue Xian hendak membalikkan langit menjadi gelap, Penasihat yang menghentikan Xuan Min selesai membandingkannya dengan poster dan mengerutkan kening, menggelengkan kepalanya. "Ada yang tidak beres…"

"Tidak benar?" Petugas daerah di belakangnya secara serempak menoleh untuk melihat poster itu.

"Umurnya tidak cocok, terlalu berbeda," Penasihat itu berkata. "Anda juga tidak terlihat mirip dengannya...Ada beberapa kemiripan dari jauh, tapi kalau dilihat secara menyeluruh dari dekat di bawah lentera, terlalu muda. Selain itu, salah satu yang di jabarkan di sini adalah seorang yang luar biasa kuat dan seorang Biksu terkemuka. Biksu ini..."

Penasihat itu secara naluriah memindai area pinggang Xuan Min dan melirik ke arah untaian koin tembaga yang sudah usang. Meskipun dia tidak mengatakannya secara langsung, ekspresinya cukup jelas— yang di depannya jelas seorang pemula dengan koin tembaga masih belum mengembangkan lapisan berminyak… Seorang biksu terkemuka? Benar-benar lelucon!

Tidak ada yang akan menghormati penipu yang bisa dilihat hanya dengan pandangan sekilas.

Ketika Si Penasihat selesai memandangi untaian koin tembaga itu, ekspresinya sedikit menunjukkan penghinaan. Dia melambaikan tangannya ke arah Xuan Min dan berkata, "Baiklah, tidak ada yang salah denganmu. Silahkan pergi."

Xuan Min mengangkat kakinya lagi seolah-olah apapun yang barusan terjadi hanyalah selembar daun yang jatuh di tubuhnya danhilang hanya dengan jentikkan jari tanpa ada hubungan dengannya.

Namun, tepat setelah dua langkah, di menatap wajah Penasihat itu dengan lembut dan berkata, "Kamu tidak akan hidup lama."

Xue Xian, yang sedang sibuk membuat ide baru di dalam kantong, berhenti menggeliat saat dia terpeleset dan hampir merobek dirinya menjadi dua. "…" Luar biasa. Bahkan tanpa dia melakukan apa-apa, Si Botak ini sudah buru-buru ingin mati!

Namun, ketika dia terpeleset, dia tidak sengaja menempel di area dekat ujung tulang pinggang Xuan Min. Entah bagaimana, dia tiba-tiba merasa seolah-olah ada sesuatu di benaknya yang beresonansi seolah-olah seseorang telah membunyikan bel tepat di sebelah kepalanya.