Chapter 2
----------------
Begitu aku bangun aku sudah berada di rumah, rumah yang hangat dan selimut yang menenangkan.
Rasanya begitu nyaman dan membuat hati terasa senang, aku membuka mataku dan melihat ibuk dan ayah sudah didepan ku memasang senyuman lembut.
mereka menatap ku dengan kekhawatiran dan mulai bertanya " kau baik baik saja?, ada yang masih sakit?"
perkataan mereka membuat ku senang, dan mereka berdua adalah hartaku yang paling berharga.
Memang sebelumnya ku katakan aku berasal dari keturunan Vampir, namun sebenarnya...aku tidak bisa dibilang vampir.
ayah dan ibuku adalah manusia yang dijadikan budak darah oleh vampir bangsawan, mereka berdua adalah peneliti yang hebat.
Dan aku terlahir diantara mereka bedua. pada dasarnya ketika manusia dijadikan budak darah, mereka tidak lagi bisa dikatakan manusia, karena mereka mulai berperilaku seperti vampir, karena mereka minum darah dan bisa menggila karena darah kapan saja.
Tapi mereka tidak bisa digolongkan sebagai vampir juga, karena seluruh gen mereka tetap 100% manusia. dan suatu kemustahilan untuk budak darah memiliki keturunan.
Tapi kasus ku berbeda, aku keturunan mereka namun aku dilahirkan seperti proses bayi tabung. aku dibuat dengan banyak eksperimen.
dan jadilah aku seperti sekarang, aku bukan vampir namun bukan juga manusia. aku bahkan tidak tau aku ini spesies jenis apa.
aku tidak bisa dikatakan sebagai budak darah juga, karena aku tidak dijadikan budak darah oleh vampir manapun, jadi aku adalah suatu keberadaan "baru" dan tidak diketahui nama spesies nya.
Aku memiliki kecenderungan seperti manusia namun juga bisa seperti vampir.
Tapi aku tidak terlalu memikirkan itu, karena tidak peduli aku ini apa, ayah dan ibuku akan selalu menyayangi dan menjagaku.
Tidak lama aku merasakan kehangatan, aku baru teringat dengan anak yang telah ku selamatkan sebelumnya, aku mulai panik dan bertanya dengan tergesa-gesa kepada orang tua ku. " Kemana anak yang sebelumnya bersama ku??"
aku begitu ketakutan kalau sesuatu yang buruk terjadi kepada nya, namun orang tua ku tersenyum lembut dan mengatakan " dia baik baik saja, sekarang dia sedang tidur"
Mendengar itu hatiku menjadi tentram, aku mulai mengantuk dan perlahan aku mulai tertidur.
Paginya, aku terbangun kelelahan.
terdengar suara ibuku sedang memasak makanan di dapur, jendela terbuka udara segar masuk ke kamarku, membuat suasana hatiku menjadi baik.
aku segera turun kebawah, dan menyambut ibu dan ayahku dengan senyuman, hingga tiba tiba ada anak laki laki yang tiba tiba memeluk ku dengan keras.
'Bruk!!'
Aku terjatuh karena saking terkejutnya, ayahku sedang terlihat kesulitan namun segera menyambut ku " Liliy!, kau tidak apa apa!?"
Aku kesulitan karena anak ini tidak berniat melepaskan pelukannya, aku berusaha menyingkirkan nya. namun semakin ku lepaskan tangan nya semakin erat padaku
karena tidak tahan aku menegurnya. " LEPASKAN TANGANMU!, KAU MEMBUAT KU SESAK!"
Anak itu membeku untuk sementara waktu, hingga akhirnya dia meletakkan tangan nya, dia menatapku dengan ekspresi malu, wajahnya sangat merah!
Aku memerhatikan wajahnya, dan aku ingat dia adalah anak yang ku selamat kan sebelumnya!
aku menatap ayah
Ayah menghela nafas panjang dan berbicara dengan kesal namun juga dengan nada bercanda " Anak yang kau bawa sangat keras kepala!, ayah mencoba mengajak nya keluar untuk sarapan, tapi dia malah bersikap kasar terhadap ayah!, ini penghinaan besar!, kau harus memeluk ayah sebagai tembusan!"
Aku tertawa melihat ayah, dan segera kupeluk ayah dengan erat, ayah tersenyum lebar dan segera mengendong ku diperlukannya.
Anak itu menatap ayah Tampa ekspresi, wajah nya cukup menyeramkan, ayah menyadari anak ini sangat sensitif dan ayah merasa anak ini menganggap ku sebagai sesuatu yang penting
ayah menatap ku, dan berbisik kepadaku " Anak ini...apa sebaiknya kita kirim ke panti asuhan?, Liliy tau kan?, akan aneh jika ada orang lain yang tinggal bersama kita?"
Aku tidak setuju dengan perkataan ayah, mungkin karena saat itu aku masih anak anak, aku tidak tau namanya bahaya.
jadi aku menangis merengek agar anak itu bisa tinggal bersama kami, butuh waktu lama hingga anak itu diterima sebagai anak adopsi.
Aku menanyakan namanya, dan dia hanya menjawab" 07".
aku bingung dan tidak tau harus beraksi seperti apa, namun saat itu aku sangat kekanak-kanakan, aku langsung berbicara Tampa berfikir. " ITU BUKAN NAMA!, TAPI NOMOR!"
Ibu mendengar ku berteriak dan segera menegur ku " jangan bicara seperti itu!, tidak baik bagi wanita untuk berbicara kasar!, apa lagi berbicara dengan suara tinggi!, itu membuat mu seperti orang yang congkak!"
Aku mulai marah tidak karuan, merasa ibu lebih menyayangi anak ini dari pada aku, hingga aku berlari sambil menangis.
Aku terus berlari dan anak itu segera mengejar ku, aku kesal dengan nya!, dia mengejar ku dengan sangat cepat!
Hingga tangan ku telah digenggam olehnya, sejak anak ini datang kesini dia hampir tidak pernah berbicara jika tidak diajak berbicara. diajak berbicara pun terkadang dia hanya mengangguk atau menggelengkan kepalanya.
namun untuk pertama kalinya sejak datang ke rumah ku, dia berinisiatif untuk berbicara lebih dulu " Maafkan aku, jika ada yang salah dengan namaku!"
Aku tidak peduli apa yang dia katakan, saat itu aku masih kecil dan sangat dimanjakan, hingga aku menjadi anak yang egois.
aku melepaskan genggamannya, dan dia terbanting ke lantai
Aku begitu terkejut dan segera memapah nya
" Maafkan aku!, aku tidak bermaksud membuat mu terjatuh!". kataku panik
dia hanya tersenyum dan menyambut tanganku
" Tidak apa apa, tidak sakit". katanya
Aku mulai sedih
" Maaf aku terlalu egois"
" Tidak apa apa ". jawab nya lembut
akhir cerita aku berhenti menangis dan kami berdua duduk bersama dikamar ku.
aku mulai berbincang bincang dengan nya, dan ternyata dia memang tidak punya nama.
akupun berinisiatif untuk memberikan dia sebuah nama
Itu benar-benar sebuah pemikiran kekanakan, memberi nama pada seseorang bukan perkara sepeleh. memberi nama mengartikannya secara tidak langsung kita menjadi wali dari orang tersebut.
" Rambut mu hitam, dan matamu biru keabu-abuan. itu terlihat seperti langit malam dengan bintang, Dari sini aku terbayang kata 'Nox', tapi itu terlalu pendek, bagaimana jika ' Reynox'?". kata ku dengan riang
Dia tersenyum dan mengangguk
" HM!, nama Reynox tidak terlalu buruk!". kata nya Ceria
Dia terlihat sangat senang dengan nama pemberian ku, dan dia mulai menatap ke luar jendela
" Terimakasih banyak, karena sudah menyelamatkan ku, memberi ku kehancuran, dan bahkan memberikan aku nama". katanya sambil melihat ku
Aku hanya membalas senyumannya dan kupikir semuanya akan baik baik saja
----------------
Setelah Beberapa Minggu, Reynox sudah resmi menjadi anggota keluarga kami.
Ayah dan ibu sepakat untuk menyekolahkan Reynox, saat disekolah Reynox memulai dari kelas 1, dan aku sudah berada di kelas 3.
tapi Reynox benar benar hebat, dia mencetak prestasi gemilang. dia disebut sebut sebagai jenius disemua kalangan, semua guru salut dengan kepintaran Reynox, hingga merekomendasikan agar Reynox dapat langsung naik ke kelas 6, namun Reynox menolak, dan ingin direkomendasikan di kelas 3 saja, dan ingin sekelas dengan ku.
untuk permintaan kecil seperti itu, para guru langsung mengiyakan permintaan Reynox, dan dia sekelas dengan ku sekarang.
aku cukup senang sekelas dengan Reynox, karena dia pintar aku bisa mencontek tugas nya setiap saat.
Dia juga sangat pendiam, baik dirumah maupun disekolah, dia selalu menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku.
Disatu waktu setiap aku berlarian dengan teman teman ku didepan pintu kelas aku selalu melihat Reynox dimeja belakang sedang serius membaca buku.
aku tersenyum lembut, dan masuk kedalam, aku bersembunyi dibelakang kursinya. aku meletakkan tanganku dipipi dengan pola ingin berbisik, aku berbisik kepada nya " Aku ingin sembunyi disini sebentar!"
Reynox yang melihat ku tersenyum lembut dan menghela nafas, dia berbalik berbisik " Boleh saja, asalkan kau membiarkan aku pindah tempat duduk disebelah mu"
Di kelas ada 4 baris kursi dan setiap baris ada 5 kolom. aku duduk di kursi baris ke 3 kolom 4, menurut ku itu posisi yang strategis untuk tidur atau mengobrol dengan teman sebangku ku. posisi dibelakang dimana tidak terlalu kelihatan dengan guru, dan masih bisa melihat papan tulis.
aku duduk bersama temanku isea, bisa dibilang kami cukup dekat, Reynox duduk di baris ke 1 kolom ke 1, posisinya tepat di paling depan, dekat dengan meja guru dan jendela pemandangan.
Aku tidak ingin duduk menghadap guru jadi aku berbisik lagi padanya " Tidak bisa!, aku tidak mau duduk menghadap guru!"
Reynox tertawa kecil dan lanjut berbisik " Bukan kau yang pindah kesini, tapi aku yang akan pindah ke tempat mu"
Aku bingung sejenak, aku mendekati Reynox. sambil menoleh ke kiri ke kanan, aku berbisik tepat di telinga nya " Tidak bisa!, Kau harus minta izin dulu ke Isea!, jika kau mendapatkan izin nya, baru kau boleh duduk disamping ku!"
Reynox diam membeku, telinga nya memerah, dia membuang mukanya
" Jika aku...jika aku sudah minta izin isea dan dia mengizinkan aku bisa duduk bersama mu kan???". katanya pelan terbata bata
aku tersenyum ceria
" Tentu saja!"
Setelah itu aku langsung membuat isyarat untuk diam, dan segera bersembunyi.
Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi, dan semua murid segera duduk ditempat masing masing.
Guru belum datang, dan Reynox segera berjalan kearah tempat duduk ku.
dia menghampiri isea, isea bisa dibilang sebagai murid cantik disekolah ini. dia dari keluarga kaya, dan dia cukup pintar, dia sangat baik sebagai teman. namun dia cukup bar bar dan tomboy.
Semua murid menyoraki Reynox yang mendekati isea, murid lain mengatakan 'Cie...Cie...Cie...' Sebagai ungkapan menggoda
Wajah isea memerah dia segera berteriak " APAAN SIH! TIDAK ADA YANG PERLU DISORAKI!"
Reynox tidak peduli perkataan murid lain, dan segera berbicara dengan isea
" Isea, ada yang ingin aku bicarakan". kata Reynox datar
wajah isea mulai sangat memerah, hingga terlihat seperti tomat 🍅
Isea dengan malu malu berkata " A...ada apa?"
Semua murid makin jadi menyoraki mereka, aku pun tidak terkecuali, karena pada dasarnya isea menyukai Reynox.
dia sering bercerita tentang seberapa dia menyukai Reynox kepadaku.
Reynox segera berbicara " Ayo tukaran tempat duduk dengan ku"
Semua kelas terdiam, isea mulai membeku.
wajah nya kembali normal, dan aku akhirnya mengingat ucapan ku dan Reynox sebelumnya.
" Tidak bisa!, Kau harus minta izin dulu ke Isea!, jika kau mendapatkan izin nya, baru kau boleh duduk disamping ku!"
" Jika aku...jika aku sudah minta izin isea dan dia mengizinkan aku bisa duduk bersama mu kan???".
Akhg!!??!! jadi itu penyebab nya!
aku jadi tidak enak dengan isea, namun setelah perkataan Reynox. isea mulai menatap nya dingin
Nada bicara mulai normal, dia pun bertanya kepada Reynox " kenapa kau ingin tukaran dengan ku?"
Murid lain segera menyela pembicaraan mereka
" Tentu saja karena dia ingin duduk dengan saudaranya!, aku melihat mereka sempat berbicara saat kalian bermain petak umpet! "
Yang berbicara itu adalah Tara, dia murid laki laki di kelas ku yang jago olah raga, bisa dibilang dia pentolan kelas!
kalian tau kan??, disetiap kelas. pasti punya murid yang nakal dan jago berkelahi, murid ini yang merata mengatur laki laki di kelas, dan sifat dari pentolan kelas ini ada 2, pertama yang membuli, dan yang kedua yang baik melindungi teman teman nya.
Tara adalah golongan ke 2, dia selalu berfikir positif dan bisa diandalkan, biarpun sering bermasalah dengan guru, sering bolos, nilainya tidak bagus, dan jarang buat tugas. dia adalah sosok yang dapat diandalkan.
Semua orang mengiyakan perkataan tara, dan itu cukup masuk akal untuk saudara duduk bersama.
tapi isea tidak mau mengalah dan dengan tegas mengatakan " Aku menolak, ini tempat ku"
Reynox mulai kesal dan menjawabnya "Emang ini sekolah nenek mu? "
Isea kesal dan menjawabnya lagi " Ingin pindah sembarangan, orang nya udah nolak tapi masih aja ngotot!, emang ini sekolah nenek mu! "
Aku mulai merasa situasi ini tidak baik, dan menengahi mereka
" Sudah sudah!, Biar aku saja yang pindah ketempat Nox"
Reynox mulai tersenyum melihat ku, isea kesal dan segera memelukku
" Lily punya ku!, dia tidak boleh pindah!". marah isea
Semua murid tercengang
Reynox mulai menepuk meja
' Buk!!'
" Lepaskan tangan mu!". Marah nya
Isea segera menjulurkan lidahnya, dan terang terangan mengejek Reynox.
Terlihat Reynox menggenggam erat tangan nya, seakan akan berusaha menahan amarahnya
Reynox diam, dan segera berbalik.
dia mengumamkan
" Tidak akan ada habis nya jika berbicara dengan orang yang terus mengoceh tidak jelas"
Isea mulai marah, dan segera ingin memukul Reynox, aku dan teman teman lain mulai berusaha menghentikan isea, Tara pun turun tangan.
Tara terus menahan isea, sambil terus mengingatkan nya " Cukup isea! kau bisa kena hukuman!"
Tiba tiba isea mengigit tangan Tara, dan mendorong Reynox jatuh.
Reynox terjatuh dan tepat saat itu, guru datang melihat kejadian nya.
Isea ketakutan, namun Reynox diam diam tersenyum
Aku sedikit meragukan pengelihatan ku, tidak mungkin Reynox tersenyum disaat seperti ini kan?
Bersambung ~
Terimakasih banyak atas dukungan nya dan terimakasih karena telah membaca