Tepat jam 6:50 pagi alarm berbunyi, tangan Kaji meraih dan mematikan alarmnya. Kaji terbangun dari tempat tidur.
Hal pertama yang Kaji lakukan Setelah bangun adalah mencari smartphonenya.
Dia menemukan smartphonenya tergeletak disamping kasur. Mungkin dia tanpa sengaja menjatuhkannya saat tidur.
Saat dia menyalakan layar smartphonenya
Terlihat ada banyak notifikasi pesan yang masuk kedalam kotak pesannya.
"bip... bip... bip..."
Pesan baru yang masuk, Kaji membuka pesan itu
"HEI KAJI!."
"HEI!!..."
"WOI ANAK PELACUR! JANGAN LUPA BAWA UANGKU UNTUK HARI INI!."
"APA KAU DENGAR KAJI!?"
"HEI SIALAN!! KAU SUDAH BERANI MENGABAIKANKU HAH!?"
Pesan ini dari Shiki. Seseorang yang sering membully Kaji di sekolah.
Kaji berpikir.
"Untuk apa juga aku balas pesannya. Balas ataupun tidak tetap saja dia akan memukuliku saat di sekolah"
Dia beranjak dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi. Menuju ke arah cermin wastafel dan kemudian melihat pantulan wajahnya sendiri. Terlihat dengan jelas kerutan hitam dibawah kelopak matanya. Menggambarkan banyaknya beban pikiran yang ia derita.
Kaji melepaskan baju, dan terlihat dari cermin banyaknya jumlah luka lebam biru yang ada ditubuh Kaji. Mulai dari bagian dada, perut, pinggang hingga punggung, bahkan ada beberapa bekas sayatan benda tajam di bagian punggung, dan juga lengan atas.
Itu adalah bentuk pembullyan yang mereka berikan pada Kaji.
Yamaguchi Kaji hidup sebagai anak yang dibully di sekolahnya.
Bagi Kaji semua luka luka yang dia terima adalah bukti bahwa yang lemah selalu di tindas.
____________________________________
10 menit berlalu di kamar mandi dia keluar membuka lemari dan menyiapkan seragam sekolahnya .
Dia membawa tas dan berjalan keluar kamar. sebelum membuka pintu dia menyempatkan diri untuk melihat cermin besar yang ada di kamarnya.
"kenapa aku sangat lemah?"
Dicermin, terlihat tatapan mata Kaji yang hampa, tidak ada apapun di dalamnya.
Yang terlihat hanyalah kekosongan, kesedihan, kebencian dan kemarahan.
Kaji berjalan keluar dari kamar, mengambil roti yang ada di dekat pintu kamarnya dan turun dari lantai 2.
Setelah menuruni tangga dia berjalan ke arah ruang makan. Menyiapkan sarapan untuk ia makan sendiri.
Dia mengambil roti yang dibawanya dari kamar, lalu di mencelupkan roti itu kedalam gelas yang berisi air putih.
"roti..... air..."
"roti..... air..."
"roti..... air..."
Gumam Kaji dengan tatapan kosong.
Dia tidak pernah meminta lebih dari itu.
Yang dia pikirkan, asalkan dia bisa makan itu sudah cukup.
Bagi Kaji gizi itu tidak penting, yang penting ia bisa mengatasi rasa laparnya untuk sementara waktu.
Bukan karena hidup Kaji susah, tapi karena finansial keluarganya dihabiskan ayahnya untuk membeli minuman alkohol. Ayahnya seorang pengangguran dan pemabuk berat, ibunya bekerja sebagai cleaning service dengan upah kecil yang seharusnya memang cukup untuk mengatasi bahan makanan dirumah. Tapi ayah Kaji merebut semua uang itu untuknya mabuk mabukan.
Terkadang uang disisipkan ibu Kaji untuk anaknya. Agar ia dapat makan sesuatu dengan layak.
Namun, ayah kaji mengetahui hal tersebut lalu memukuli istrinya, karena dia menyembunyikan uang darinya.
"DASAR PELACUR SIALAN!"
"BERANINYA KAU MENYEMBUNYIKAN UANG ITU!"
"BERIKAN PADAKU!"
Ayah kaji memukuli istrinya hingga tersungkur dan sanggup untuk berdiri.
Sejak saat itu ibu Kaji jarang sekali pulang kerumah, karena dia takut suaminya akan memukulinya lagi.
Demi menghindari itu, ibu kaji hanya pulang saat tertentu saja, disaat suaminya tertidur pulas.
Akhirnya ibu Kaji selalu membeli roti setiap dia pulang dan menaruhnya didalam kamar Kaji , dengan harapan Kaji anaknya tetap bisa makan walaupun tanpa gizi yang cukup.
Ia berharap itu cukup untuk menutupi semua rasa lapar anaknya walau sejenak.
"maaf Kaji... kumohon tetaplah bertahan dan bersabar"
Gumam ibu Kaji, setelah meletakan roti di kamar kaji.
sejak dulu keluarga Kaji tidak memiliki kehidupan yang harmonis.
karena sejak Kaji terlahir Keadaan keluarganya memang sudah berantakan. Kaji tumbuh dalam lingkungan kejam.
Ketika Kaji masih berumur 8 tahun.
Kaji pernah mencoba untuk mendekati ayahnya dengan memberikan makanan yang dia beli dari swalayan. Maksud Kaji saat itu, dia ingin mendapatkan pujian dari ayahnya. Namun si ayah malah memukuli Kaji dan kemudian membentaknya.
"ANAK PELACUR! PERGI!"
"APA KAU MENGKASIHANIKU?"
"DASAR ANAK LACUR SIALAN"
Kaji yang saat itu berumur 8 tahun. Sontak dia kaget tiba tiba ayahnya marah. Hanya karena Kaji memberinya makanan.
Tanpa alasan yang jelas dia memukuli Kaji dengan sangat keras. Memukulinya dengan botol minuman berkali kali.
Bahkan kepalanya tak luput terkena pukulan ayahnya, akibatnya Kaji memiliki beberapa luka yang membekas di atas alis kanan. Bekas penyiksaan yang ayahnya lakukan pada Kaji.
Yang ada di pikiran Kaji hanyalah rasa takut.
Sebuah kenangan yang mengerikan membekas dalam pikirannya.
Kaji sangat ketakutan, dia tidak bisa melawan. Yang bisa dia lakukan hanya duduk dipojok melindungi tubuh kecilnya yang dipukuli ayahnya berkali kali.
"MATI! MATI! MATI! MATI! MATI!"
"MATI KAU DASAR SIALAN MATI!"
"MATIIIIII!"
Tidak terhitung berapa kali botol kaca itu diayunkan mengenai tubuh Kaji. Semua yang terkena dalam beberapa saat menjadi lebam dan membiru.
Setelah beberapa menit berlalu. Ayah Kaji berhenti memukuli Kaji dan kemudian dia kembali ke kamar tanpa berkata apapun.
Lelah atau berbelas kasih. Kaji tidak mengerti.
____________________________________
Aku yang saat itu masih kecil dan tidak bisa melawan. aku hanya melindungi diriku dengan kedua tangan kecilku.
Dipukuli berkali kali hingga tubuhku lebam dan terluka.
Keluar darah dari keningku, efek pukulan ayah yang mengenaiku.
Setelah dipukuli Aku membaringkan tubuhku dilantai.
Setelah beberapa saat,dengan keadaan lemah aku berusaha bangun.
Namun semua rasa sakit itu malah bertambah parah. Kupaksakan diriku untuk bangun dan berjalan dengan memegangi tembok agar membantu aku tidak jatuh. Aku tidak bisa melihat karena ada darah mengalir menghalangi pandangan ku.
Aku berjalan kearah kamarku, perlahan menaiki tangga menuju kamar.
Dikamar aku terjatuh ke lantai menangis sambil menahan rasa sakit ini.
"kenapa... kenapa.... kenapa...."
"kenapa ayah menyuruhku untuk mati...?"
"kenapa dia memukuliku...?
"kenapa aku harus melalui semua ini.....?"
Gumam Kaji yang sedang menangis dilantai.
"apakah aku tidak layak untuk merasakan kasih sayang?"
"aku juga ingin dicintai dan merasakan kasih sayang seperti yang lain."
"aku iri pada mereka yang punya keluarga baik"
"kehidupan tanpa dipukuli ayah.... ibu yang selalu ada untuk anaknya.... "
"aku benci...."
"AKU BENCI AYAH...."
"AKU BENCI IBU....."
"AKU BENCI DUNIA INI"
Baginya itu adalah pengalaman yang sangat mengerikan dalam hidupnya. Menanamkan rasa ketakutan dan trauma yang amat mendalam pada Kaji.
Itu mungkin menjadi terakhir kalinya Kaji berbicara dengan ayahnya.
Kaji tumbuh dalam keadaan keluarga yang hancur.
Membuat dia menjadi sosok yang sangat membenci segalanya yang ada di dunia. Bahkan DEWA sekalipun.
Dia tidak peduli pada apapun kecuali dia sendiri.
Kaji memakan sisa roti yang ada di gelas nya dan meminum sisanya. Kemudian dia melihat jam pada smartphone.
"jam 7:45 .... "
Itu adalah waktu saat ini.
Setelah sarapan Kaji mencuci gelas yang telah dia gunakan, kemudian berjalan keluar rumah dan berangkat menuju sekolah.
Rumahnya tidak jauh dari sekolah , hanya 10 menit jika berjalan dari rumah.