Chereads / heimr : The Unforgiven / Chapter 4 - Chapter 3 : The Beginning after the End

Chapter 4 - Chapter 3 : The Beginning after the End

Dikegelapan yang tak berujung, sebuah dimensi  yang  hanya ada kehampaan disana.

Sepi.... sunyi ..... gelap .... hanya kalimat itu yang cocok untuk mendeskripsikan dimensi ini.

VOID.

Itulah sebutan dari dimensi ini. Tidak ada apapun didalamnya. aliran waktu, bahkan cahaya pun tak terlihat sama sekali . Sebuah dimensi tanpa batas yang sama sekali tidak memiliki konsep kehidupan dan kematian.

Didalam kehampaan itu sebuah jiwa melayang tanpa arah tujuan mengarungi kegelapan tanpa batas, entah bagaimana jiwa ini bisa sampai ke dimensi yang seharusnya tidak ada apapun didalamnya.

Sebuah bola cahaya putih namun redup dengan kabut hitam yang sangat pekat mengelilinginya, iblis pun akan tertarik melihat jiwa ini, Karena butuh puluhan tahun menyiksa manusia agar bisa Memanifestasikan kebencian, dendam dan penderitaan yang sama seperti jiwa tersebut

"benci...."

"benci benci benci benci benci benci benci benci benci benci benci benci benci benci "

"aku membenci mereka semua..."

Kebencian yang sangat dalam meliputi jiwa itu, sehingga membuatnya sedikit demi sedikit menjadi gelap.

Entah penderitaan seperti apa yang telah jiwa ini lalui, sehingga membuatnya tidak kembali ke dalam siklus reinkarnasi yang seharusnya, akan tetapi melayang tanpa tujuan didalam void.

tiba tiba sebuah retakan yang sangat luas muncul, membentang menutupi hampir seluruh Void hingga menggetarkan ruang kosong di sekitarnya.

Sebuah Entitas dengan tinggi sekitar 60 meter dengan sayap hitam legam lebih panjang dari tubuhnya muncul.

Dengan aura gelap menyelimuti disekeliling makhluk tersebut, dua tanduk panjang dan melengkung seperti domba di kepalanya membuat makhluk itu memiliki kesan menyeramkan namun tampak mulia secara bersamaan.

Sosok itu dengan perlahan mengambil jiwa kesepian itu. mungkin dia tertarik dengan dendam dan penderitaan yang ada di dalamnya, atau karena jiwa itu tidak pada tempat seharusnya.

Tiba-tiba kabut hitam pekat meledak keluar dari dalam jiwa itu. kabut pekat yang dipenuhi dengan dendam dan kebencian.

Perlahan jiwa itu menghilang. Beberapa saat kemudian kabut hitam dan jiwa itu menghilang entah ke mana.

"TAKDIR AKAN MEMPERTEMUKAN KITA LAGI.... "

Tak lama setelah jiwa itu menghilang, suara besar yang Agung menggelegar dan menggetarkan kekosongan yang ada di sekitarnya. namun dalam sekejap semuanya menghilang seperti tak terjadi apa-apa.

___________________________

Ditengah malam, di sebuah rumah kecil dan sederhana, terdengar teriakan bayi yang sedang menangis.

"oeeee....."

"oeeeee....."

Menandakan sebuah kehidupan baru telah lahir.

Kebahagiaan memenuhi wajah pasangan itu karena menyadari bahwa anak mereka telah  lahir dengan sehat.

Fiora, wanita paruh baya  yang membantu proses persalinan kemudian mengangkat bayi mereka, memotong ari arinya dan membersihkan bekas ketuban yang tersisa di bayi itu,lalu secara perlahan dia menyerahkannya kepada Chris.

Chris sang ayah yang meneteskan air mata haru karena menggendong anaknya untuk pertama kali.

Secara ajaib anaknya yang tengah menangis tiba tiba menjadi tenang saat digendong ayahnya.

"anakku...."

"anak kita, Sena lihatlah putra kita"

"rambut yang indah"

"dia mewarisi rambut putih sama seperti milikmu"

Chris kemudian mendekatkan anaknya ke samping istrinya.

Sena yang kelelahan melihatnya, kemudian dia memeluk bayinya yang mungil.

"wajahnya rupawan sepertimu chris"

"apa kau sudah memikirkan sebuah nama?"

Chris termenung dan menjawab.

"belum, bagaimana denganmu?"

Sena kemudian melihat wajah anaknya, terbesit dalam pikirannya sebuah nama.

"Felix.... bagaimana dengan Felix?"

Chris mengelus dahi anaknya secara lembut dan kemudian mengecup keningnya.

"Felix yah...? yang berarti Keberuntungan dan Kesuksesan"

"hmm.. kurasa itu nama yang bagus"

Chris menjawabnya dengan tersenyum, kemudian berterima kasih pada Fiora karena telah membantu istrinya dalam proses persalinannya.

Fiora dengan tersenyum menjawab.

"tidak masalah, aku juga senang melihat anak kalian terlahir dengan sehat"

"kalau begitu aku akan pamit, beberapa kebutuhan yang kalian mungkin butuhkan sudah aku siapkan"

"bila terjadi sesuatu kalian bisa memanggilku kapanpun"

Chris dan Sena kemudian berterima kasih pada Fiora karena sudah membantu mereka.

"clak..."

Suara pintu tertutup setelah Fiora pergi.

Sena yang lelah kemudian mendekatkan dirinya pada Felix dan membisikinya.

"tumbuhlah dengan kuat dan bahagia Felix...."