Di tempat latihan yang berada di kediaman Duke San Lucia.
Para prajurit dan pelayan yang berada di pinggir tempat latihan itu terlihat sedang terkejut dengan apa yang mereka lihat di arena tempat latihan. Mereka terkejut karena di arena tempat latihan itu sedang terjadi pertarungan sengit antara Irene dan Duchess Arlet. Irene dan Duchess Arlet saat ini sedang beradu serangan dengan menggunakan rapier mereka masing-masing.
Saat ini, baik Irene dan Duchess Arlet terlihat sudah kelelahan. Mereka pun juga sudah mendapatkan beberapa luka di tubuh mereka. Meski begitu, masing-masing dari mereka berdua tidak berhenti dan terus menyerang satu sama lain.
~Glacier Strike~
Duchess Arlet melancarkan sebuah serangan dengan menggunakan rapiernya ke arah Irene.
~Glacier Strike~
Irene pun membalasnya dengan serangan yang sama. Kedua serangan itu lalu beradu.
*CLANG
Hembusan angin yang cukup kencang pun langsung tercipta setelah kedua serangan itu beradu. Duchess Arlet dan Irene beradu serangan itu cukup lama. Lalu tidak lama kemudian, masing-masing dari mereka pun mundur beberapa langkah ke belakang. Setelah mundur, mereka berdua pun bersiap untuk melakukan serangan lagi.
~San Lucia Art : Snow Blade Dance Technique~
Duchess Arlet dan Irene lalu menciptakan 10 buah rapier yang terbuat dari es. 10 rapier es itu kini sedang melayang mengelilingi mereka. Setelah itu, baik Irene dan Duchess Arlet mulai melesat ke depan lalu menyerang satu sama lain dengan menggunakan rapier yang dipegang mereka dan rapeir es yang mengelilingi mereka.
*Clang *Clang *Clang
Suara rapier yang sedang beradu terus terdengar seiring mereka yang terus saling beradu serangan. Adu serangan antara Irene dan Duchess Arlet terlihat imbang, tidak ada satupun dari mereka yang mendominasi sedikitpun pada adu serangan itu. Selain imbang, adu serangan itu pun juga berlangsung sengit. Saking sengitnya, tidak ada satupun serangan yang mereka lakukan mengenai tubuh lawan mereka. Semua serangan itu hanya mengenai dan tertahan di masing-masing senjata mereka.
Lalu, setelah cukup lama beradu serangan dengan rapier mereka baik itu rapier yang dipegang mereka ataupun rapier es yang mengelilingi mereka, mereka berdua lalu melancarkan serangan pamungkas.
~San Lucia Art : Multiple Freezing Air Slash~
Mereka berdua melancarkan serangan pamungkas yang sama. Mereka sama-sama menyerang dengan menggunakan rapier yang dipegang mereka dan rapier es yang mengelilingi tubuh mereka. Lalu setelah itu, kedua serangan pamungkas yang sama itu pun saling beradu.
*CLANGGGG
*BUMMM
Setelah serangan pamungkas itu beradu, suara dentuman yang cukup keras pun langsung terdengar. Suara dentuman itu merupakan dampak dari beradunya serangan pamungkas itu.
Dampak dari beradunya serangan pamungkas itu tidak hanya itu saja, karena saat ini di arena tempat latihan itu sedang diselimuti oleh kabut asap berwarna putih yang juga merupakan dampak dari beradunya serangan pamungkas itu. Munculnya kabut asap berwarna putih itu membuat para prajurit dan pelayan yang berada di pinggir tempat latihan itu menjadi bingung. Mereka bingung karena mereka tidak tahu kondisi di arena tempat latihan karena arena itu sedang diselimuti oleh kabut asap. Apalagi di arena tempat latihan yang sedang diselimuti kabut asap itu juga tidak terdengar suara apapun. Tidak ada suara senjata yang beradu atau suara lainnya dan itu membuat mereka menjadi bingung.
"Kabut asap yang tiba-tiba muncul ini membuat kita tidak bisa melihat ke arena tempat latihan. Selain itu, tidak terdengar suara apapun dari arena tempat latihan. Apa latih tandingnya sudah selesai?," tanya prajurit A.
"Jika latih tandingnya sudah selesai, siapa yang memenangkan latih tanding kali ini? Apakah putri Irene atau nona Duchess?," tanya prajurit B.
Mereka yang berada di pinggir tempat latihan masih bertanya-tanya tentang situasi di arena tempat latihan yang sedang diselimuti oleh kabut asap. Lalu beberapa detik kemudian, kabut asap berwarna putih yang menyelimuti arena tempat latihan itu secara perlahan mulai menghilang. Seiring kabut asap itu secara perlahan mulai menghilang, arena tempat latihan itu pun secara perlahan mulai dapat dilihat kembali oleh orang-orang yang berada di pinggir lapangan.
Mulanya arena tempat latihan yang dapat dilihat kembali adalah bagian pinggir yang dekat dengan tempat mereka berada. Lalu secara perlahan bagian tempat latihan yang dapat dilihat kembali menjadi luas hingga ke bagian yang dekat dengan bagian tengah tempat latihan. Ketika bagian tengah tempat latihan sudah sedikit dapat dilihat kembali, orang-orang yang ada di pinggir tempat latihan merelihat ada 2 sosok siluet yang berada di balik kabut asap yang masih menyelimuti bagian tengah tempat latihan. 1 sosok siluet terlihat sedang terduduk di lantai tempat latihan, sementara 1 sosok lainnya sedang berdiri sambil mengacungkan sebuah rapier ke sosok yang sedang terduduk itu. Orang-orang yang berada di pinggir tempat latihan pun penasaran dengan kedua sosok siluet itu. Meski begitu, mereka bukan penasaran dengan wujud asli kedua sosok siluet itu karena mereka tahu kalau kedua sosok siluet itu adalah Irene dan Duchess Arlet. Mereka lebih penasaran dengan siapa yang berada dalam posisi terduduk dan siapa yang berada dalam posisi berdiri sambil mengacungkan rapiernya.
Lalu tidak lama kemudian, kabut asap yang menyelimuti bagian tengah tempat latihan pun mulai menghilang. Kedua sosok siluet yang berada di bagian tengah pun kini dapat terlihat jelas. Kedua sosok siluet itu memang adalah Irene dan Duchess Arlet. Begitu sosok mereka berdua sudah terlihat jelas, beberapa orang yang berada di pinggir lapangan terlihat terkejut, sementara sisanya terlihat kecewa. Mereka kecewa karena mungkin hasil latihan tanding itu tidak sesuai dengan harapan mereka. Mereka sepertinya mengharapkan Irene untuk menang dalam latihan tanding kali ini, namun malah sebaliknya. Dalam latihan tanding kali ini, Duchess Arlet lah yang kembali memenangkannya karena Duchess Arlet lah yang sedang mengacungkan rapiernya ke arah Irene yang sedang terduduk.
"Sial, lagi-lagi putri Irene kalah. Padahal sudah setahun penuh putri Irene terus berlatih tanding dengan nona Duchess, tetapi sampai sekarang putri Irene belum pernah menang sekalipun. Apakah mengalahkan nona Duchess memang sangat sulit bagi putri Irene?," ucap prajurit A.
"Yah mau bagaimana lagi, nona Duchess merupakan orang terkuat di keluarga San Lucia. Tentunya sangat sulit bagi putri Irene untuk mengalahkan beliau. Meski begitu, melihat pertandingan tadi, sepertinya hanya tinggal menunggu waktu saja bagi putri Irene untuk bisa mengalahkan nona Duchess," ucap prajurit B.
"Iya, kamu benar. Putri Irene sekarang sudah bisa membuat nona Duchess kelelahan dan bahkan terluka. Bisa dibilang, putri Irene sekarang sudah bisa mengimbangi nona Duchess. Jika putri Irene bisa mempertahankan performanya atau bahkan meningkatkan performanya ini untuk latihan tanding selanjutnya, maka bisa dipastikan kekalahan nona Duchess akan terjadi dalam waktu dekat,' ucap prajurit C.
Sementara itu, ketika orang-orang yang berada di pinggir tempat latihan sedang terkejut dan kecewa, Duchess Arlet yang saat ini sedang mengacungkan rapiernya ke arah Irene yang sedang terduduk kemudian mengatakan sesuatu kepada Irene.
"Aku menang lagi, sayang sekali ya, Irene. Meski begitu, yang barusan itu hampir saja. Kamu hampir bisa mengalahkanku, Irene," ucap Duchess Arlet.
"Iya, benar-benar disayangkan. Tetapi di latihan tanding selanjutnya aku pasti akan menang, ibunda," ucap Irene sambil menatap serius ke arah Duchess Arlet.
Duchess Arlet pun tersenyum setelah mendengar perkataan Irene itu. Setelah itu, Duchess Arlet melihat ke pinggir tempat latihan. Di bagian pinggir tempat latihan yang dilihat oleh Duchess Arlet, terlihat ada Leandra dan Lily disana. Duchess Arlet lalu memanggil mereka berdua.
"Leandra, Lily, segera bantu dan rawat Irene," ucap Duchess Arlet.
Leandra dan Lily pun langsung menuruti perkataan dari Duchess Arlet itu.
"Baik, nona Duchess," ucap Leandra dan Lily.
Leandra dan Lily pun langsung berlari untuk menghampiri Irene yang masih terduduk di depan Duchess Arlet. Sementara Duchess Arlet, setelah memanggil Leandra dan Lily, dia lalu menaruh kembali rapiernya di pinggangnya.
Tidak lama kemudian, Leandra dan Lily pun sampai di tempat mereka berada. Leandra dan Lily lalu membantu Irene untuk berdiri kembali. Selain membantu Irene untuk berdiri kembali, Lily juga membantu mengambil rapier Irene yang tergeletak tidak jauh dari tempat Irene terduduk.
Lalu, Irene pun kini sudah berdiri kembali dengan dibantu oleh Leandra dan Lily. Irene kemudian mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua.
"Terima kasih karena telah membantuku, Leandra, Lily. Aku saat ini sangat lelah sampai tidak bisa bangun sendiri. Saking lelahnya, aku juga tidak bisa menggunakan sihir penyembuhan untuk memulihkan tubuhku sendiri," ucap Irene.
"Tidak perlu berterima kasih, nona. Lagipula ini merupakan salah satu tugas kami sebagai asistenmu," ucap Leandra.
"Itu benar, nona," ucap Lily.
Setelah Leandra dan Lily sudah membantu Irene untuk berdiri, Duchess Arlet lalu kembali mengatakan sesuatu kepada Leandra dan Lily.
"Leandra, Lily, segera bawa Irene ke pinggir tempat latihan. Setelah itu, segera panggilkan pelayan yang bisa menggunakan sihir penyembuhan untuk menyembuhkan Irene,"
"Ah benar juga, Leandra, panggilkan ibumu saja. Ibumu merupakan salah satu dari pelayan yang bisa menggunakan sihir penyembuhan," ucap Duchess Arlet.
Mendengar perkataan Duchess Arlet, Leandra langsung menanggapinya.
"Tidak perlu, nona Duchess," ucap Leandra.
Duchess Arlet terlihat sedikit bingung dengan perkataan Leandra.
"Tidak perlu? Kenapa?," tanya Duchess Arlet.
"Tidak perlu memanggil pelayan yang bisa menggunakan sihir penyembuhan karena saya sendiri bisa menggunakan sihir penyembuhan. Saya sendiri yang akan menyembuhkan nona Irene," ucap Leandra.
Duchess Arlet terlihat sedikit terkejut setelah mendengar perkataan Leandra.
"Kamu bisa menggunakan sihir penyembuhan? Aku baru tahu soal ini. Apa mungkin kamu bisa menggunakan sihir penyembuhan berkat latihanmu dengan ibumu selama setahun ini?," tanya Duchess Arlet.
"Itu benar, nona Duchess. Saya bisa menggunakan sihir penyembuhan berkat latihan saya bersama dengan ibu saya. Ibu saya sendiri yang mengajari saya sihir penyembuhan," ucap Leandra.
"Begitu ya. Ya sudah, jika kamu sendiri yang ingin menyembuhkan Irene maka lakukan saja," ucap Duchess Arlet.
"Baik, nona Duchess," ucap Leandra.
"Iya, sekarang kalian segera bawa Irene ke pinggir tempat latihan," ucap Duchess Arlet.
"Baik, nona Duchess. Tetapi bagaimana dengan nona Duchess sendiri?," tanya Leandra.
Duchess Arlet terlihat bingung dengan pertanyaan Leandra.
"Bagaimana denganku sendiri? Apa maksudmu, Leandra?," tanya Duchess Arlet.
"Nona Duchess saat ini juga terluka dan kelelahan, sama seperti nona Irene. Jika saya dan Lily membawa nona Irene ke pinggir tempat latihan, bagaimana dengan nona Duchess sendiri? Siapa yang membantu nona Duchess untuk pergi ke pinggir tempat latihan disaat nona Duchess sedang terluka dan kelelahan seperti ini?," tanya Leandra.
"Benar kata Lea, nona Duchess. Jika diperbolehkan, saya dapat membantu nona Duchess untuk pergi ke pinggir tempat latihan. Sementara nona Irene bisa dibawa sendiri oleh Lea ke pinggir tempat latihan," ucap Lily.
"Benar kata Lily, nona Duchess. Saya bisa membawa nona Irene sendiri, sementara Lily bisa membantu anda untuk pergi ke pinggir tempat latihan," ucap Leandra.
"Begitu ya, jadi kalian berdua khawatir kepadaku setelah melihat kondisiku ini. Aku berterima kasih karena kalian telah khawatir kepadaku, tetapi kalian tenang saja, aku bisa jalan sendiri ke pinggir tempat latihan," ucap Duchess Arlet.
"Tetapi nona Duchess-," ucap Lily.
Sebelum Lily menyelesaikan perkataannya, Duchess Arlet telah lebih dulu memotong perkataannya itu.
"Kamu bantu Leandra untuk membawa Irene ke pinggir tempat latihan saja, Lily. Kamu tidak perlu membantuku, lagipula aku masih bisa berjalan sendiri," ucap Duchess Arlet.
Lily pun terdiam setelah mendengar perkataan Duchess Arlet. Tidak hanya Lily saja, Leandra yang sebelumnya juga mengkhawatirkan Duchess Arlet juga terdiam.
Lalu ketika mereka berdua sedang terdiam, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sedang berjalan menghampiri mereka. Suara langkah kaki itu kemudian diiringi oleh suara seorang pria.
"Jika kalian berdua masih khawatir maka kalian tenang saja, biar aku sendiri yang membantunya," ucap pria tersebut.
Duchess Arlet, Leandra, Lily dan Irene yang mendengar suara itu langsung menoleh ke asal suara pria itu. Suara pria itu berasal dari belakang Duchess Arlet. Ketika mereka sudah menoleh ke asal suara pria itu, mereka pun terlihat sedikit terkejut. Mereka sedikit terkejut karena pria yang berbicara barusan ternyata adalah Duke Louis. Mereka awalnya sudah menyadari kalau suara itu adalah suara Duke Louis, tetapi yang membuat mereka terkejut adalah karena Duke Louis tiba-tiba ada di tempat latihan itu. Biasanya ketika Irene dan Duchess Arlet sedang berlatih tanding, dia tidak datang ke tempat latihan untuk menonton karena dia sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya sebagai seorang Duke. Tetapi kali ini Duke Louis datang ke tempat latihan dan itu membuat mereka terkejut.
"Ayahanda!?," ucap Irene.
"Tuan Duke!?," ucap Leandra dan Lily.
"Sayang!? ucap Duchess Arlet.
Duke Louis terlihat bingung ketika melihat mereka yang terkejut.
"Ada apa? Kenapa kalian terkejut ketika melihatku?," tanya Duke Louis.
"Wajar kalau kami terkejut karena kami baru melihatmu lagi datang ke tempat latihan ini ketika latihan tanding antara aku dan Irene sedang berlangsung," ucap Duchess Arlet.
Leandra dan Lily pun mengangguk setuju.
"Begitu ya, jadi itu yang membuat kalian terkejut," ucap Duke Louis.
"Daripada itu, bukannya kamu seharusnya ada pekerjaan yang harus dikerjakan? Apa tidak apa-apa bagimu untuk datang kesini?," tanya Duchess Arlet.
"Kebetulan tugas yang harus aku kerjakan hari ini dapat aku selesaikan dengan lebih cepat, jadi aku bisa meluangkan waktu untuk menonton latihan tanding kalian. Tetapi sayangnya begitu aku tiba, latihan tanding kalian malah sudah selesai. Ketika aku tiba, kamu sedang mengacungkan rapiermu itu ke arah Irene yang sedang terduduk," ucap Duke Louis.
"Maaf, jika aku tahu kalau kamu akan datang, mungkin aku akan sedikit memperpanjang durasi latihan tandingnya," ucap Duchess Arlet.
"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu minta maaf," ucap Duke Louis.
Setelah itu, Duke Louis lalu menoleh dan melihat ke arah Irene yang sedang dipapah oleh Leandra dan Lily.
"Sayang sekali ya, Irene. Padahal hari ini merupakan hari peringatan 1 tahun berlangsungnya latihan tandingmu dengan ibumu. Hari ini, tepat 1 tahun yang lalu merupakan hari pertama kamu memulai latihan dan berlatih tanding dengan ibumu. Meski sudah 1 tahun berlalu tetapi kamu masih belum bisa mengalahkan ibumu,"
"Yah menurutku itu wajar, selama 1 tahun ini bukan hanya kamu saja yang bertambah kuat, Irene. Tetapi ibumu juga bertambah kuat dari latihan tanding denganmu. Jika hanya kamu saja yang bertambah kuat, kamu mungkin sudah bisa mengalahkan ibumu hanya dalam beberapa bulan. Tetapi karena ibumu juga ikut bertambah kuat, hal itulah yang membuatmu kesulitan dalam mengalahkan ibumu meskipun kamu terus berlatih tanding dengan ibumu selama setahun ini," ucap Duke Louis.
Irene yang sebelumnya terdiam lalu menanggapi perkataan Duke Louis.
"Iya, aku tahu, ayahanda. Saat ini aku memang kalah lagi dari ibunda, tetapi selanjutnya aku pasti akan menang," ucap Irene.
Duke Louis pun tersenyum setelah mendengar perkataan Irene. Setelah itu, dia lalu berbicara kembali.
"Leandra, Lily, sekarang kalian segera bawa Irene ke pinggir tempat latihan. Setelah itu, tolong langsung rawat Irene. Tentang Arlet, kalian tidak perlu khawatir, aku yang akan membantunya untuk pergi ke pinggir tempat latihan," ucap Duke Louis.
"Baik, tuan Duke," ucap Leandra dan Lily.
Setelah itu, Leandra dan Lily pun langsung membawa Irene untuk pergi ke pinggir tempat latihan. Setelah Irene sudah dibawah pergi oleh Leandra dan Lily, Duke Louis lalu mulai memapah Duchess Arlet untuk membantunya berjalan menuju pinggir tempat latihan. Duchess Arlet terlihat sedikit terkejut karena Duke Louis tiba-tiba memapahnya.
"Kamu tidak perlu membantuku, sayang. Aku masih bisa berjalan sendiri," ucap Duchess Arlet.
"Kamu tidak perlu memaksakan diri, sayang. Kondisimu saat ini baik dari faktor kelelahan dan faktor luka itu hampir sama seperti Irene. Aku tahu sebenarnya kamu kesulitan untuk berjalan sendiri. Tidak hanya berjalan sendiri saja, bahkan untuk berdiri pun kamu juga kesulitan. Tetapi kamu memaksakan diri agar yang lainnya tidak khawatir," ucap Duke Louis.
Duchess Arlet pun terdiam setelah mendengar perkataan Duke Louis.
"Karena kamu hanya diam saja itu berarti apa yang aku katakan barusan itu adalah benar. Maka dari itu biarkan aku membantumu berjalan dengan memapahmu. Atau mungkin kamu mau aku gendong sampai ke pinggir tempat latihan?," tanya Duke Louis.
"T-tidak perlu, dipapah saja sudah cukup," ucap Duchess Arlet.
Ekspresi Duchess Arlet terlihat malu saat mengatakan itu. Sementara Duke Louis langsung tertawa setelah mendengar perkataan Duchess Arlet itu. Kemudian, Duke Louis lalu membantu Duchess Arlet berjalan menuju pinggir tempat latihan. Ketika sedang berjalan menuju pinggir tempat latihan, Duke Louis kembali berbicara dengan Duchess Arlet.
"Melihatmu yang babak belur seperti ini, sepertinya putri kita sudah menjadi lebih kuat dari yang sebelumnya," ucap Duke Louis.
"Iya. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, Irene yang saat ini sudah menjadi sangat kuat. Meski kali ini aku berhasil menang lagi dari Irene, tetapi tadi ada suatu momen dimana Irene hampir saja bisa mengalahkanku,"
"Kali ini, bisa dibilang kalau aku menang secara beruntung. Tetapi di latihan tanding selanjutnya, bukan tidak mungkin kalau Irene akan benar-benar mengalahkanku," ucap Duchess Arlet.
Duke Louis terdiam sesaat setelah mendengar perkataan Duchess Arlet. Tidak lama kemudian, dia pun mulai berbicara kembali.
"Jika Irene memenangkan latihan tanding denganmu, itu berarti kamu mengizinkan Irene untuk pergi dengan Rid dalam mewujudkan impiannya?," tanya Duke Louis.
"Iya. Lagipula itu adalah syarat yang aku berikan kepadanya. Tidak mungkin aku membatalkan syarat itu secara tiba-tiba. Jadi begitu Irene menang melawanku, aku akan mengizinkannya untuk pergi dengan Rid," ucap Duchess Arlet.
Setelah mendengar perkataan Duchess Arlet, Duke Louis pun kembali terdiam. Melihat Duke Louis yang terdiam, Duchess Arlet pun kembali berbicara dengan Duke Louis. Duchess Arlet tahu kenapa Duke Louis tiba-tiba terdiam kembali.
"Kamu tidak perlu khawatir, sayang. Jika Irene bisa menang melawanku, itu berarti Irene sudah menjadi lebih kuat. Dengan dia yang sudah menjadi lebih kuat, kita sebagai orang tuanya seharusnya tidak perlu khawatir lagi apabila Irene ingin ikut pergi dengan Rid. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Selain itu, Rid sebagai pacarnya juga pasti akan menjaga dan melindungi dirinya dari bahaya," ucap Duchess Arlet.
Duke Louis yang sebelumnya terdiam kini mulai berbicara kembali untuk menanggapi perkataan Duchess Arlet.
"Ya, kamu ada benarnya," ucap Duke Louis.
Tidak lama kemudian, Duke Louis dan Duchess Arlet pun sampai di pinggir tempat latihan. Bagian pinggir tempat latihan yang didatangi Duke Louis dan Duchess Arlet merupakan bagian pinggir tempat latihan yang berbeda dengan yang didatangi oleh Leandra, Lily dan Irene.
Setelah Duke Louis dan Duchess Arlet sampai di pinggir tempat latihan itu, para prajurit dan pelayan yang juga berada di tempat itu pun langsung menghampiri mereka berdua.
"Nona Duchess, apa anda tidak apa-apa?," tanya prajurit A.
"Anda terlihat kelelahan, apa anda butuh minum, nona Duchess? Kebetulan saya membawa air minum," ucap pelayan A.
Para prajurit dan pelayan yang menghampiri Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat khawatir dengan keadaan Duchess Arlet. Melihat mereka yang khawatir, Duchess Arlet pun mencoba untuk menenangkan mereka.
"Tenang semuanya. Aku saat ini baik-baik saja jadi kalian semua tidak perlu khawatir," ucap Duchess Arlet.
Setelah mendengar perkataan Duchess Arlet, sebagian dari prajurit dan pelayan itu pun menjadi tenang. Sementara sebagian sisanya terlihat masih khawatir. Mereka yang masih khawatir itu terus menanyakan tentang keadaan dan kondisi Duchess Arlet.
Lalu, ketika para prajurit dan pelayan itu masih sedang mengerumuni Duke Louis dan Duchess Arlet, sebuah cahaya yang bersinar terang tiba-tiba muncul dari dalam saku pakaian Duke Louis. Cahaya itu seperti cahaya yang muncul ketika ada yang melakukan panggilan lewat kristal komunikasi.
Begitu Duke Louis menyadari cahaya itu, Duke Louis pun langsung memeriksa saku pakaian tempat cahaya itu muncul. Duke Louis lalu mengambil benda yang bercahaya itu dari saku pakaiannya. Dan ternyata benar, benda yang bercahaya itu adalah kristal komunikasi. Duchess Arlet yang melihat kristal komunikasi itu sedang bercahaya lalu menanyakan sesuatu kepada Duke Louis.
"Siapa yang sedang menghubungimu itu?," tanya Duchess Arlet.
"Entahlah, mungkin Yang Mulia Ratu atau para Duke yang lain. Aku akan menjawab panggilan ini dulu, kamu tetap disini saja, sayang," ucap Duke Louis.
"Baiklah," ucap Duchess Arlet.
Setelah itu, Duke Louis melihat ke para prajurit dan pelayan yang sedang mengerumuni mereka.
"Kalian semua, bagi kalian yang bisa menggunakan sihir penyembuhan, tolong segera untuk menyembuhkan Arlet. Lalu bagi kalian yang tidak bisa melakukan apa-apa, aku minta tolong untuk tidak mengerumuni Arlet terlebih dahulu. Biarkan dia untuk istirahat sejenak," ucap Duke Louis.
Para prajurit dan pelayan itu pun langsung mematuhi perkataan Duke Louis.
"Baik, tuan Duke," ucap para prajurit dan pelayan.
Setelah itu, para pelayan atau prajurit yang bisa menggunakan sihir penyembuhan mulai menghampiri Duchess Arlet untuk menyembuhkannya. Sementara Duke Louis terlihat mulai berjalan menjauh dari tempat Duchess Arlet berada untuk menjawab panggilan dari kristal komunikasinya. Duke Louis pergi ke bagian pojok tempat latihan yang mana di tempat itu terlihat sangat sepi. Tidak ada orang sama sekali di tempat itu kecuali Duke Louis. Setelah sampai di tempat itu, Duke Louis lalu mulai menjawab panggilan dari kristal komunikasi itu.
"Halo?," ucap Duke Louis.
"Tuan Louis, ini aku," ucap suara seorang wanita.
Suara wanita itu terdengar seperti suara Ratu Kayana.
"Yang Mulia Ratu? Ada apa, Yang Mulia Ratu?," tanya Duke Louis.
"Apa Rid saat ini ada di kediaman anda? Aku ada perlu dengannya," ucap Ratu Kayana.
"Rid? Rid saat ini sedang tidak berada di kediaman saya, Yang Mulia Ratu. Dia saat ini sedang latihan di luar kediaman saya," ucap Duke Louis.
"Begitu ya. Pantas saja ketika sebelumnya aku menghubungi dia dengan menggunakan kristal komunikasi, dia tidak menjawabnya. Jadi dia sedang latihan ya," ucap Ratu Kayana.
"Iya, ketika latihan Rid memang tidak membawa kristal komunikasinya. Dia benar-benar fokus untuk menjalani latihannya itu tanpa ingin diganggu," ucap Duke Louis.
"Ya, sebelumnya dia juga bilang kalau dia benar-benar ingin fokus untuk latihan sebelum menjadi komandan prajurit yang baru," ucap Ratu Kayana.
"Soal anda yang ada perlu dengan Rid, apa anda ingin membahas soal penunjukan komandan prajurit yang baru itu dengan Rid?," tanya Duke Louis.
"Iya, aku ingin membahas soal itu. Lagipula ini sudah setahun sejak Rid bilang kalau dia ingin latihan selama setahun penuh terlebih dahulu sebelum menjadi komandan prajurit yang baru. Ini waktunya untuk membahas kembali soal penunjukan komandan prajurit yang baru itu," ucap Ratu Kayana.
"Begitu ya. Karena anda tidak bisa menghubungi atau memberitahu Rid secara langsung, maka biar saya saja yang akan memberitahunya nanti, Yang Mulia Ratu. Saya akan memberitahunya nanti kalau anda ada perlu dengannya," ucap Duke Louis.
"Terima kasih, tuan Louis," ucap Ratu Kayana.
"Sama-sama, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis.
Setelah itu, Ratu Kayana dan Duke Louis pun melanjutkan pembicaraannya.
"Ngomong-ngomong, apakah Rid masih latihan di dekat perbatasan pegunungan Orokho yang berada di sebelah utara kota San Lucia?," tanya Ratu Kayana.
"Iya, Yang Mulia Ratu. Tetapi Rid bilang dia tidak hanya latihan di dekat pegunungan Orokho yang berada di sebelah utara kota San Lucia saja, dia juga pergi ke dekat pegunungan Orokho yang berada di barat laut dan timur laut dari kota San Lucia. Alasan dia berpindah tempat dari tempat awal yang berada di sebelah utara kota San Lucia karena sebelumnya dia bilang di tempat itu sudah tidak ada hewan buas atau monster lagi. Dia sudah menghabisi semua hewan buas atau monster yang ada di tempat itu," ucap Duke Louis.
Ratu Kayana yang mendengar perkataan Duke Louis pun langsung tertawa.
"Ahahaha, bisa-bisanya dia menghabisi semua monster dan hewan buas yang ada di tempat itu. Tetapi, monster dan hewan buas yang dia habisi adalah monster dan hewan buas yang berada di dekat atau perbatasan gunung Orokho saja kan? Dia tidak menghabisi hewan buas atau monster yang berada di pegunungan Orokho-nya?," tanya Ratu Kayana.
"Iya, Yang Mulia Ratu. Sejak awal, saya sudah memperingati Rid untuk latihan di dekat atau perbatasan pegunungan Orokho saja. Saya melarang dia memasuki wilayah pegunungan Orokho karena wilayah itu sangat berbahaya. Selain karena suhu di pegunungan itu sangatlah dingin, para monster yang ada di pegunungan itu pun juga sangat buas dan berbahaya. Selain itu, ada juga 'makhluk menyerupai naga es' yang masih tinggal di pegunungan itu," ucap Duke Louis.
"Makhluk yang telah menghabisi pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh nona Arlet itu ya," ucap Ratu Kayana.
"Iya, makanya saya melarang Rid untuk memasuki wilayah pegunungan Orokho," ucap Duke Louis.
"Baguslah kalau anda telah melarang Rid untuk memasuki pegunungan Orokho. Jika anda tidak melarangnya, ditakutkan Rid malah pergi memasuki wilayah pegunungan Orokho karena para hewan buas dan monster yang berada di dekat perbatasan pegunungan Orokho sudah habis," ucap Ratu Kayana.
Duke Louis pun terdiam sesaat setelah mendengar perkataan Ratu Kayana. Tidak lama kemudian, dia pun mulai berbicara kembali.
"Saya memang bilang kalau hewan buas dan monster yang berada di tempat awal Rid latihan yaitu di sebelah utara kota San Lucia telah habis dan musnah. Tetapi itu terjadi sekitar 2-3 bulan yang lalu. Kini dalam beberapa hari terakhir, monster dan hewan buas itu kembali muncul di tempat awal Rid latihan. Mereka datang dari pegunungan Orokho dan jumlah mereka kini sangatlah banyak,"
"Tidak hanya di tempat awal Rid latihan yang berada di sebelah utara kota San Lucia saja, tetapi monster dan hewan buas yang berasal dari pegunungan Orokho juga turun di perbatasan yang berada di sebelah barat laut dan timur laut kota San Lucia. Jumlah para monster dan hewan buas yang turun itu sama banyaknya dengan yang berada di perbatasan sebelah utara kota San Lucia," ucap Duke Louis.
"Apa!?," ucap Ratu Kayana.
Suara Ratu Kayana terdengar terkejut setelah mendengar perkataan Duke Louis.
"Apa ada sesuatu yang terjadi di pegunungan Orokho sehingga membuat banyak monster dan hewan buas yang berasal dari pegunungan itu turun ke perbatasan? Apalagi monster dan hewan buas yang turun itu jumlahnya sangat banyak," ucap Ratu Kayana.
"Kemungkinan besar memang ada sesuatu yang terjadi, Yang Mulia Ratu. Jika para monster dan hewan buas yang turun ke perbatasan jumlahnya hanya sedikit, bisa dibilang itu hanyalah kejadian umum karena memang beberapa monster atau hewan buas yang berasal dari sana sering turun ke perbatasan. Tetapi jika jumlah yang turun sangatlah banyak, sudah jelas ada sesuatu yang terjadi di pegunungan Orokho," ucap Duke Louis.
"Kenapa baru sekarang anda memberitahuku soal ini?," tanya Ratu Kayana.
"Meskipun monster dan hewan buas yang turun ke perbatasan jumlahnya sangat banyak, tetapi hingga saat ini tidak ada penyerangan yang dilakukan oleh monster dan hewan buas itu ke desa atau kota kecil yang berada di dekat perbatasan pegunungan Orokho. Itu karena para prajurit Storm Leopard yang dipimpin oleh komandan Allister sudah bersiaga di sekitar desa atau kota yang berada di dekat perbatasan pegunungan Orokho. Para prajurit yang bersiaga itu akan langsung menghabisi para hewan buas dan monster yang mendekat ke desa atau kota tempat mereka bersiaga,"
"Tentang monster dan hewan buas yang jumlahnya sangat banyak itu, komandan Allister mengatakan selama situasinya belum mengkhawatirkan, tidak perlu untuk melaporkannya kepada anda. Saat ini situasinya juga belum mengkhawatirkan. Alasan saya memberitahu kepada anda sekarang karena kebetulan kita sedang membicarakan tentang para monster dan hewan buas itu,"
"Saat ini meskipun monster dan hewan buas yang berada di perbatasan jumlahnya sangat banyak, situasinya masih terkendali. Karena selain para prajurit Strom Leopard yang bersiaga dan bersiap untuk membasmi para monster dan hewan buas itu, Rid sendiri juga turun tangan untuk membasmi para hewan buas dan monster itu sebagai bagian dari latihannya," ucap Duke Louis.
-
Sementara itu, di sebuah tempat yang dekat dengan pegunungan Orokho.
Tempat itu terlihat berbeda dengan tempat yang biasanya dijadikan tempat latihan oleh Rid. Meski begitu, melihat pegunungan Orokho yang terlihat jelas dari tempat itu, bisa dipastikan kalau tempat itu adalah daerah perbatasan pegunungan Orokho dengan kota San Lucia.
Di tempat itu terlihat ada beberapa prajurit yang mengenakan seragam berlambang macan tutul. Beberapa prajurit itu merupakan prajurit Storm Leopard. Beberapa prajurit itu terlihat dipimpin oleh seorang prajurit wanita yang tidak asing. Prajurit wanita itu adalah Agneta yang merupakan wakil komandan Storm Leopard.
Saat ini, Agneta dan beberapa prajurit Storm Leopard yang dipimpinnya terlihat sangat terkejut ketika sedang menyaksikan sesuatu di hadapan mereka. Di hadapan mereka ada banyak sekali mayat hewan buas dan monster yang berasal dari pegunungan Orokho. Kondisi mayat hewan buas dan monster itu sangat beragam. Ada yang bagian tubuhnya terpotong-potong, ada yang terbakar hingga hangus, ada yang membeku, ada yang tubuhnya masih utuh tetapi dipenuhi oleh banyak luka dan ada juga yang tubuhnya ditusuk-tusuk oleh banyak pedang yang terbuat dari berbagai sihir elemen yang masih menusuk tubuh mereka.
"Meskipun aku sudah beberapa kali melihat ini ketika sedang berpatroli di perbatasan pegunungan Orokho, tetapi tetap saja aku masih belum terbiasa dengan hal ini,"
"Rid Archie, lagi-lagi dia berhasil membunuh para monster dan hewan buas ini seorang diri dengan mudahnya," ucap wakil komandan Agneta.
-
Kembali ke tempat latihan keluarga San Lucia, tempat Duke Louis berada.
Duke Louis terlihat masih berbicara dengan Ratu Kayana lewat kristal komunikasi.
"Soal kemungkinan ada sesuatu yang terjadi di pegunungan Orokho, sepertinya keluarga San Lucia harus memeriksanya kesana. Karena ancaman terhadap keluarga San Lucia sudah tidak ada lagi, sepertinya sudah waktunya bagi keluarga San Lucia untuk kembali melakukan 'itu'," ucap Duke Louis.
"Melakukan 'itu'? Jangan-jangan anda berniat untuk kembali melakukan ekspedisi disana?," tanya Ratu Kayana.
"Iya, Yang Mulia Ratu. Saya selalu kepala keluarga San Lucia berniat untuk kembali melakukan ekspedisi di pegunungan Orokho," ucap Duke Louis.
-
Sementara itu di jalanan ibukota San Estella.
Terlihat Alisha dan Sophie yang merupakan senior Rid dan yang lainnya saat di akademi sedang menjalankan tugas mereka sebagai prajurit dengan berpatroli di jalanan itu. Mereka berdua terus berjalan menyusuri jalanan itu. Lalu di depan mereka, tepatnya di sisi kanan mereka ada sebuah jalan kecil. Mereka tidak memperdulikan jalan kecil itu, mereka hanya melewati jalan kecil itu dan tidak memasukinya. Alasannya karena tugas patroli mereka hanyalah di jalanan utama yang sedang mereka susuri itu, jalanan kecil yang ada di beberapa titik di samping jalanan utama bukan tempat mereka berpatroli.
Namun, ketika mereka sedang melewati jalanan itu, Sophie yang pandangannya ke depan sekilas melihat ada seseorang yang mengenakan jubah yang berada di jalan kecil itu. Setelah melewati jalan kecil itu, Sophie pun langsung berhenti. Alisha terlihat bingung kenapa Sophie tiba-tiba berhenti.
"Ada apa, Sophie? Kenapa kamu tiba-tiba berhenti?," tanya Alisha.
"Di jalanan kecil yang berada di sisi kanan jalan yang barusan kita lewati. Aku sekilas melihat ada orang yang mengenakan jubah sedang berdiri di jalanan itu. Apa kamu melihatnya, Alisha?," tanya Sophie.
"Orang yang mengenakan jubah? Tidak, aku tidak melihatnya. Sejak tadi aku hanya melihat ke depan jadi aku tidak melihat ke jalan kecil yang berada di sisi kanan itu," ucap Alisha.
"Begitu ya," ucap Sophie.
"Apa kamu yakin kalau yang kamu lihat di jalan kecil itu adalah seseorang yang mengenakan jubah? Bisa saja kamu salah lihat," ucap Alisha.
"Tidak, aku tidak salah lihat. Aku akan memeriksanya lagi," ucap Sophie.
Setelah itu, Sophie tiba-tiba berlari ke belakang lagi tepatnya ke depan jalan kecil itu. Alisha yang melihat Sophie tiba-tiba berlari ke belakang pun terkejut.
"Tunggu, Sophie!," ucap Alisha.
Tak lama kemudian, Sophie pun tiba di depan jalan kecil itu. Dia pun langsung melihat ke jalan kecil itu. Di jalan kecil itu, terlihat tidak ada seorang pun termasuk orang yang mengenakan jubah yang sebelumnya sekilas dilihat oleh Sophie. Sophie pun langsung bingung ketika melihat tidak ada siapapun disana.
"Ini aneh. Meskipun hanya sekilas, aku yakin kalau barusan aku melihat ada seseorang yang mengenakan jubah di jalan kecil ini," ucap Sophie.
"Seperti yang aku katakan tadi, mungkin kamu hanya salah liat saja, Sophie," ucap Alisha yang kini sudah berada di dekat Sophie.
Setelah Sophie berlari tadi, Alisha langsung menyusulnya ke depan jalan kecil tempat mereka berada saat ini. Setelah itu, Sophie pun terdiam sesaat. Tidak lama kemudian, dia mulai berbicara kembali.
"Aku akan memeriksa jalan kecil ini untuk membuktikan apakah aku salah lihat atau tidak. Mungkin saja aku sebenarnya tidak salah lihat tadi. Tetapi ketika aku memeriksanya lagi, orang itu tidak ada karena dia sudah bersembunyi lebih dulu,"
"Kalau tidak salah, jalan kecil ini bukanlah jalan lurus. Di ujung sana ada jalan lain di sebelah kanan. Kemungkinan dia sedang bersembunyi disana. Aku akan memeriksanya, kamu tunggu disini saja, Alisha," ucap Sophie.
"Aku rasa kamu tidak perlu memeriksanya karena aku tidak merasakan adanya kehadiran seseorang di jalan ini. Jadi sudah pasti tidak ada orang di jalan ini," ucap Alisha.
"Bagaimana jika orang itu memiliki kemampuan yang bisa menghapus atau menyembunyikan kehadirannya? Pokoknya aku akan tetap memeriksanya, kamu tunggu disini saja," ucap Sophie.
"Ya sudah, terserah kamu saja. Aku akan tunggu disini," ucap Alisha.
"Oke," ucap Sophie.
Setelah itu, Sophie pun berjalan memasuki jalan kecil itu, sementara Alisha menunggu di depan jalan kecil itu. Sophie terus berjalan lurus menyusuri jalan kecil itu hingga akhirnya dia sampai di ujung jalan. Di ujung jalan itu hanya ada sebuah dinding, tetapi ada jalan lain di sebelah kanannya. Sophie pun kemudian berbelok ke kanan dan mulai menyusuri jalan itu. Sama seperti di jalan kecil yang baru Sophie lewati barusan, di jalan itu juga tidak ada siapapun.
"Ini aneh. Meski hanya sekilas, tetapi aku benar-benar melihat ada seseorang yang mengenakan jubah di jalan ini. Kemana dia pergi? Apa mungkin aku memang salah lihat?," tanya Sophie.
Meski Sophie mulai meragukan apa yang dia lihat sebelumnya, dia terus menyusuri jalan kecil itu. Lalu beberapa saat kemudian, ketika Sophie sedang menyusuri jalan kecil itu, muncul seseorang yang mengenakan jubah di belakang Sophie. Sophie sangat terkejut karena dia tiba-tiba baru merasakan kehadiran orang itu. Sophie yang sebelumnya melihat ke depan pun langsung menoleh ke belakang. Tetapi, belum sempat dia menoleh ke belakang, orang yang mengenakan jubah itu langsung menembaki Sophie dengan sihir elemen yang keluar dari 2 jari tangan kanannya. Tembakan sihir itu langsung mengenai serta melubangi dada kiri dan kepala Sophie. Sophie pun langsung tewas seketika. Sophie tewas dengan kondisi kepala dan dada kiri yang berlubang. Darah pun langsung mengalir keluar dengan deras dari bagian tubuh Sophie yang berlubang itu.
Setelah orang yang mengenakan jubah itu membunuh Sophie, orang itu lalu melepas jubah yang dikenakannya. Setelah jubah yang dikenakannya terlepas, terlihat dengan jelas siapa orang itu. Orang itu adalah seorang wanita yang memiliki telinga panjang seperti telinga Elf. Tetapi wanita itu bukanlah Elf, karena wanita itu memiliki sepasang sayap seperti sayap kupu-kupu berukuran besar dan berwarna hijau. Wanita itu adalah Fee, seorang dari ras Peri yang merupakan salah satu dari komandan Engill Forstorelse. Fee juga merupakan salah satu orang yang ikut dalam penyerangan di San Fulgen Akademiya sekitar 4 tahun yang lalu.
Setelah melepaskan jubahnya itu, Fee lalu menghampiri jasad Sophie yang sudah tergeletak di depannya. Setelah itu, dia lalu berjongkok dan memegang wajah Sophie dengan tangannya.
~Mimicry~
Setelah itu, tubuh Fee yang sebelumnya masih berwujud seperti Peri, tiba-tiba langsung berganti wujud menjadi wujud Sophie. Wujud Sophie yang digunakan Fee itu benar-benar sangat sempurna. Fee benar-benar terlihat seperti Sophie.
Lalu setelah Fee telah berubah menjadi Sophie, Fee lalu berdiri kembali. Setelah berdiri, dia kemudian mengarahkan tangan kanannya ke arah Sophie.
~Fire Magic : Funus Ignis~
Setelah itu, Fee membakar jasad Sophie dengan menggunakan sihir apinya. Jasad Sophie yang sedang terbakar itu lalu secara perlahan mulai hangus dan berubah menjadi abu. Tidak lama kemudian, seluruh jasad Sophie pun kini telah berubah menjadi abu. Setelah melenyapkan jasad Sophie, Fee yang kini memakai wujud Sophie lalu berjalan pergi meninggalkan tempat itu.
Sementara itu, di depan jalan kecil tempat Alisha berada.
Alisha terlihat masih menunggu di depan jalan kecil itu. Dia terus menunggu sambil melihat ke arah jalan kecil itu. Beberapa saat kemudian, dia melihat 'Sophie' yang baru saja kembali dari jalan yang berada di sisi kanan dari ujung jalan kecil yang dilihatnya itu. 'Sophie' kemudian terus berjalan untuk menghampiri Alisha. Ketika 'Sophie' sudah berada di dekatnya, Alisha lalu mengatakan sesuatu kepada 'Sophie'.
"Bagaimana, Sophie? Apa kamu menemukan orang yang mencurigakan itu?," tanya Alisha.
"Tidak, aku tidak menemukannya," ucap 'Sophie'.
"Aku sudah bilang tadi kalau kamu mungkin salah lihat. Tetapi kamu tidak percaya dan bersikeras untuk memeriksanya. Ya sudah karena orang mencurigakannya tidak ada, lebih baik kita lanjut berpatroli," ucap Alisha.
"Iya," ucap 'Sophie'.
Setelah itu, Alisha dan 'Sophie' pun kembali berjalan menyusuri jalanan utama untuk berpatroli. Ketika mereka berdua sedang berjalan di jalanan utama itu, 'Sophie' terlihat berjalan sambil melihat ke arah White Palace yang kebetulan bisa dilihat dari jalanan tempat mereka berada. 'Sophie' melihat dan menatap White Palace dengan tatapan yang sangat tajam.
-Bersambung