Chereads / Peace Hunter / Chapter 498 - Chapter 498 : Orang-Orang Yang Ingin Menjadi Lebih Kuat

Chapter 498 - Chapter 498 : Orang-Orang Yang Ingin Menjadi Lebih Kuat

Beberapa hari kemudian, di tempat latihan yang berada di kediaman Duke Louis.

Irene tiba-tiba terhempas beberapa meter ke belakang. Dia kemudian langsung terjatuh dan terbaring di lantai tempat latihan itu. Ketika sedang terbaring, Irene terlihat sangat kelelahan. Ini dibuktikan dari dia yang bernafas dengan terengah-engah. Selain itu, di tubuhnya juga ada beberapa luka goresan yang tidak terlalu dalam. Sementara di depan Irene yang sedang terbaring, terlihat Duchess Arlet sedang memegang rapier miliknya sambil melihat ke arah Irene yang sedang terbaring. Duchess Arlet tidak terlihat kelelahan sama sekali. Bahkan tubuhnya juga tidak terluka sama sekali.

Sementara itu, di sekitar tempat latihan itu, terlihat ada cukup banyak prajurit dan pelayan. Alasan mereka ada di sekitar tempat latihan itu karena mereka penasaran dengan latihan tanding antara Duchess Arlet dan Irene. Mereka pun jadi ingin melihat dan menontonnya. Mereka sudah melihat dan menonton latihan tanding antara Duchess Arlet dan Irene sejak pertama kali latihan tanding itu dimulai.

"Putri Irene lagi-lagi mengalami kekalahan dalam melawan nona Duchess. Sepertinya memang sulit untuk mengalahkan nona Duchess. Jangankan mengalahkan nona Duchess, untuk melukai nona Duchess kelihatannya juga sulit," ucap prajurit A.

"Aku pernah dengar kalau nona Duchess merupakan orang terkuat di keluarga San Lucia saat ini. Beliau lebih kuat dari tuan Duke, bahkan beliau katanya juga lebih kuat dari tuan Asier dan nona Ivana yang merupakan komandan prajurit San Fulgen. Jika memang benar begitu, tidak mengherankan kalau putri Irene sulit untuk mengalahkan beliau," ucap prajurit B.

"Sejak hari itu, setiap harinya putri Irene terus melakukan latihan tanding dengan nona Duchess. Tetapi sampai saat ini putri Irene belum pernah menang sekalipun. Aku tahu kalau sebelum mereka melakukan latih tanding, nona Duchess sempat melatih dan mengajari putri Irene. Latih tanding ini pun juga bagian dari latihan putri Irene. Tetapi jika putri Irene terus kalah seperti ini, bukankah itu berarti tidak ada kemajuan sedikitpun dalam latihannya?," tanya prajurit C.

"Memang putri Irene terus mengalami kekalahan nona Duchess, tetapi bukan berarti kalau putri Irene tidak mengalami kemajuan. Jika kamu terus mengikuti dan melihat latih tanding antara putri Irene dengan nona Duchess sejak awal, kamu pasti akan tahu kalau putri Irene telah mengalami kemajuan secara perlahan. Meski putri Irene belum pernah menang, tetapi setidaknya dia secara perlahan semakin membuat nona Duchess kerepotan. Jika putri Irene terus mengalami kemajuan sepergi ini meskipun hanya perlahan, bukan tidak mungkin kalau ke depannya dia bisa mengalahkan nona Duchess," ucap prajurit A.

"Iya, itu benar. Aku akan menonton latih tanding antara mereka setiap harinya untuk melihat secara langsung kemenangan pertama putri Irene dalam latih tanding melawan nona Duchess," ucap prajurit D.

Tidak hanya para prajurit saja yang mengomentari latih tanding itu, para pelayan yang melihat dan menonton latih tanding itu juga ikut mengomentarinya.

"Meskipun nona Duchess sempat 'tertidur' selama 11 tahun, tetapi kemampuannya sama sekali tidak hilang. Beliau masih sangat kuat seperti dirinya yang dulu," ucap pelayan A.

"Iya. Meskipun putri Irene itu kuat, dia masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan nona Duchess. Daripada itu, aku penasaran siapa yang akan menang jika nona Duchess melawan Rid," ucap pelayan B.

"Tentang itu, aku bukannya meremehkan nona Duchess. Aku tahu kalau nona Duchess itu sangat kuat, tetapi jika nona Duchess melawan Rid, aku yakin kalau nona Duchess akan kalah,"

"Kita memang belum pernah melihat Rid memakai kekuatan penuhnya. Kita hanya pernah melihat Rid melakukan latih tanding dengan putri Irene. Saat latih tanding itu, aku yakin Rid tidak memakai kekuatannya. Meski begitu, setidaknya kita tahu gambaran soal kekuatan Rid dari surat kabar yang terbit setelah terjadinya insiden penyerangan yang terjadi di kerajaan ini. Di surat kabar itu, dijelaskan kalau Rid telah mengalahkan tuan Duke Remy yang telah berubah menjadi iblis. Rid bisa mengalahkan orang yang tidak mampu dikalahkan oleh tuan Duke, nona Duchess dan bahkan Yang Mulia Ratu. Dari surat kabar itu, dapat dipastikan kalau Rid lebih kuat dari nona Duchess yang merupakan orang terkuat di keluarga San Lucia saat ini," ucap prajurit C.

Sementara itu, kembali ke arena tempat latihan. 

Terlihat Duchess Arlet mulai menaruh rapiernya kembali di pinggangnya. Setelah itu, dia berjalan menghampiri Irene yang masih terbaring di lantai tempat latihan. Kemudian, dia membantu Irene yang sedang terbaring untuk bangun. Irene pun bisa bangun dan berdiri kembali dengan bantuan Duchess Arlet. Meski begitu, Irene terlihat sedikit kesulitan untuk berdiri sendiri, jadi Duchess Arlet membantunya dengan memapahnya.

"Kamu sedikit demi sedikit mulai bisa merepotkanku, Irene. Meski begitu, kamu masih jauh untuk bisa mengimbangiku," ucap Duchess Arlet sambil memapah Irene.

"Lihat saja nanti, ibunda. Aku pasti akan segera mengimbangimu dan kemudian aku akan mengalahkanmu," ucap Irene.

Duchess Arlet pun tersenyum setelah mendengar perkataan Irene.

"Aku menantikannya," ucap Duchess Arlet.

-

Sementara itu, di halaman yang berada di samping kediaman Duke Louis.

Terlihat Lily sedang terbaring di halaman itu dengan kondisi tubuh yang dipenuhi oleh cukup banyak luka. Tidak hanya itu saja, dia juga terlihat sangat kelelahan karena nafasnya terlihat terengah-engah. Sementara di hadapan Lily saat ini, terlihat ada seorang Demi-Human rubah yang mengenakan seragam prajurit Duke San Lucia. Demi-Human itu merupakan ayah Lily. 

Ayah Lily terlihat tidak membawa atau memegang senjata sama sekali. Selain itu, ayah Lily terlihat tidak mengalami luka sedikitpun. Dia pun juga terlihat tidak kelelahan sama sekali.

"Apa kamu sudah menyerah, Lily? Bukankah kamu bilang kalau kamu ingin menjadi lebih kuat agar kamu bisa sedikit mengejar putri Irene?,"

"Saat ini, putri Irene terus berlatih dengan tuan muda Rid dan juga nona Duchess. Dia terus berlatih dengan keras setiap harinya. Jika kamu segini saja sudah menyerah, kamu tidak akan bisa mengejar putri Irene meskipun hanya sedikit," ucap ayah Lily.

Setelah mendengar perkataan ayahnya, Lily pun langsung bangkit kembali.

"Ayah benar, aku harus mengejar nona meskipun hanya sedikit. Disaat nona sedang berlatih dengan keras untuk menjadi lebih kuat, maka aku sebagai asistennya juga harus berlatih dengan keras untuk menjadi lebih kuat juga agar aku bisa terus berguna untuk nona,"

"Ayo kita lanjutkan, ayah," ucap Lily.

Ayah Lily pun langsung tersenyum setelah mendengar perkataan Lily.

"Itu baru putriku. Ayo kita lanjutkan latihannya. Meskipun aku tidak bisa mengajarimu ~Armadura Elemental Animal~, tetapi aku akan tetap membuatmu menjadi lebih kuat dari dirimu yang sekarang," ucap ayah Lily.

"Baik, ayah," ucap Lily.

-

Di sisi lain halaman samping kediaman Duke Louis.

Terlihat Leandra sedang menembakkan bola-bola sihir ciptaannya itu ke atas. Dia tidak hanya sekedar menembakkan bola-bola sihir ciptaannya ke udara saja, melainkan untuk mengenai beberapa target yang sedang melayang di udara.

"Lebih cepat lagi, Lea," ucap seorang Elf wanita yang berada di belakang Leandra.

Elf wanita itu terlihat mengenakan seragam pelayan. Elf wanita itu adalah ibu Leandra.

"Baik, ibu," ucap Leandra.

Setelah itu, bola-bola target yang ditembakkan oleh Leandra tiba-tiba menjadi lebih cepat dari yang sebelumnya. Bola-bola itu pun terus melesat mengenai target yang melayang di udara. Meski begitu, ada beberapa bola-bola sihir yang bergerak meleset dan tidak mengenai target.

"Selain lebih cepat, kamu juga harus lebih akurat dalam menembakkan bola-bola sihir itu. Ayo fokus, Lea, bukankah kamu ingin menjadi lebih kuat agar bisa terus berguna bagi putri Irene?," tanyaibu Leandra.

"Itu benar, ibu. Aku mau terus berguna bagi nona," ucap Leandra.

"Kalau begitu, teruslah fokus. Arahkan bola-bola sihirmu itu dengan cepat ke arah target dan hancurkan target-target itu tanpa meleset sedikitpun," ucap ibu Leandra.

"Baik, ibu," ucap Leandra.

-

Sementara itu, di sebuah tempat latihan yang berada di White Palace.

Terlihat Charles sedang berlutut dengan kondisi yang kelelahan dan juga dipenuhi oleh beberapa luka goresan yang tidak terlalu dalam. Charles berlutut sambil memegang sebuah pedang di tangannya. Sementara di hadapan Charles, terlihat komandan Oliver yang sedang menaruh pedangnya kembali di pinggangnya. Komandan Oliver tidak terlihat terluka sama sekali. Dia pun juga tidak kelelahan sama sekali.

"Latihan hari ini cukup sampai disini saja, pangeran," ucap komandan Oliver.

"Iya. Terima kasih karena telah menemaniku latihan, tuan Oliver," ucap Charles.

Setelah mengatakan itu, Charles yang sedang berlutut secara perlahan mulai berdiri kembali.

"Tidak perlu berterima kasih, lagipula ini memang salah satu tugas saya yaitu untuk membuat pangeran menjadi lebih kuat," ucap komandan Oliver.

Kemudian, setelah Charles sudah berdiri kembali, tiba-tiba ada 3 orang yang menghampirinya. 2 di antara 3 orang itu adalah Chloe dan Caroline. Chloe dan Caroline kondisinya terlihat sama seperti Charles. Di tubuh mereka berdua terlihat ada beberapa luka. Selain itu, mereka berdua juga nampak kelelahan. Lalu, satu orang sisanya adalah orang yang tidak asing bagi mereka. Orang itu adalah Marco, murid senior tahun keempat ketika Charles dan Chloe masih menjadi murid tahun pertama. Selain itu, Marco juga merupakan putra dari komandan Oliver. 

Marco terlihat mengenakan seragam prajurit yang sama dengan yang dikenakan oleh Gretta, Alisha dan Sophie. Seragam prajurit yang dikenakan Marco merupakan seragam prajurit yang ditugaskan untuk menjaga ibukota San Estella.

Ketika Chloe dan Caroline telah menghampiri Charles, mereka pun langsung berbincang.

"Gimana latihannya, kakak?," tanya Caroline.

"Sama seperti biasanya, aku tetap kalah dari tuan Oliver. Bagaimana dengan kalian berdua?," tanya Charles.

"Sama sepertinya biasanya juga. Aku dan kakak Chloe tetap kalah dari kakak Marco. Dia itu benar-benar kuat," ucap Caroline.

"Itu benar, seperti yang diharapkan dari putra tuan Oliver," ucap Chloe.

Marco yang kebetulan mendengar perkataan mereka pun langsung menanggapi perkataan mereka.

"Kalian berdua terlalu berlebihan, aku tidak sekuat yang kalian kira. Dibandingkan dengan ayahanda, aku masih belum ada apa-apanya," ucap Marco.

"Seperti biasa, kakak Marco selalu merendah ketika dipuji. Padahal kakak Marco itu benar-benar kuat,"

"Saking kuatnya kakak Marco, aku jadi penasaran, jika kakak Marco melawan kakak Rid, kira-kira siapa yang akan menang?," tanya Caroline.

Mendengar pertanyaan Caroline, Marco langsung menjawabnya.

"Tentu saja Rid yang akan menang, putri. Meski aku tidak pernah bertarung satu kali pun dengannya ketika kami masih menjadi murid akademi, tetapi aku yakin kalau Rid lah yang akan menang apabila kami bertarung. Rid bahkan bisa mengalahkan tuan Remy yang telah berubah menjadi iblis. Aku mana mungkin bisa mengalahkan tuan Remy," ucap Marco.

"Hmm yah kamu ada benarnya juga, kakak Marco," ucap Caroline.

Setelah itu, mereka pun terus melanjutkan pembicaraan yang terjadi di antara mereka. Chloe, Caroline dan Marco terus berbicara satu sama lain. Sementara Charles terlihat hanya diam saja. Ketika melihat Charles yang terdiam, komandan Oliver memutuskan untuk berbicara dengannya.

"Ada apa, pangeran? Kenapa anda hanya diam saja," tanya komandan Oliver.

Charles yang sebelumnya terdiam kini langsung menjawab pertanyaan komandan Oliver.

"Tidak apa-apa, tuan Oliver. Hanya saja, ketika mendengar Caroline membicarakan tentang Rid, aku jadi mengingat tentang impiannya Rid," ucap Charles.

"Begitu ya," ucap komandan Oliver.

"Anda tahu kan tentang impian Rid? Aku dengar dari ibunda kalau Rid memberitahukan tentang impiannya itu kepada anda, ibunda dan nona Karina ketika kalian sedang berdiskusi," ucap Charles.

"Iya, saya mengetahui tentang impian tuan muda Rid," ucap komandan Oliver.

"Menurut anda, apa impian Rid itu bisa diwujudkan?," tanya Charles.

Komandan Oliver terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan Charles. Tidak lama kemudian, dia mulai menjawab pertanyaan Charles.

"Awalnya saya berpikir kalau impian tuan muda Rid itu mustahil untuk diwujudkan, nona kepala akademi juga berpikiran seperti itu. Tetapi setelah diingatkan oleh Yang Mulia Ratu tentang kontribusi dan peran tuan muda Rid di kerajaan ini, kami jadi berpikir kalau impian tuan muda Rid mungkin bisa diwujudkan meskipun cukup sulit untuk mewujudkannya,"

"Yang Mulia Ratu juga berpikir demikian tetapi beliau yakin kalau tuan muda Rid bisa mewujudkan impiannya itu. Beliau bahkan sangat mendukung Rid untuk mewujudkan impiannya itu," ucap komandan Oliver.

"Iya, aku telah diberitahu oleh ibunda kalau ibunda sangat mendukung Rid untuk mewujudkan impiannya. Bahkan ibunda sampai menunjuk Rid untuk menempati posisi itu. Posisi itu bahkan tugasnya diubah menjadi tugas yang mirip dengan impiannya itu," ucap Charles.

"Iya, saya pun tidak menyangka kalau Yang Mulia Ratu akan melakukan itu," ucap komandan Oliver.

Setelah itu, Charles pun terdiam sesaat sambil memikirkan sesuatu. Komandan Oliver pun bingung ketika melihat Charles yang tiba-tiba terdiam lagi. Setelah itu, komandan Oliver pun bertanya kepada Charles.

"Ada apa lagi, pangeran?," tanya komandan Oliver.

Charles yang sebelumnya terdiam kini langsung menjawab pertanyaan komandan Oliver.

"Tidak apa-apa, tuan Oliver. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu," ucap Charles.

"Hmmm, apa mungkin pangeran sedang memikirkan tentang impian tuan muda Rid lagi?," tanya komandan Oliver.

"Yah begitulah," ucap Charles.

"Apa anda berpikiran untuk ikut dengan tuan muda Rid dalam mewujudkan impiannya itu?," tanya komandan Oliver.

"Tidak, tuan Oliver. Aku sudah berjanji untuk tetap di kerajaan ini untuk membantu obunda dalam mengelola dan membangun kerajaan ini. Lagipula aku adalah pangeran di kerajaan ini, tidak pantas bagiku sebagai pangeran untuk terus bepergian ke kerajaan atau negara lain. Sebagai pangeran, aku harus tetap di kerajaan ini untuk membantu ibunda," ucap Charles.

"Baiklah jika itu adalah keputusan pangeran sendiri," ucap komandan Oliver.

Setelah itu, Caroline secara tiba-tiba menghampiri Charles dan komandan Oliver.

"Kakak Charles lagi-lagi membicarakan tentang impian kakak Rid. Aku sebelumnya mendengar tentang terus bepergian ke kerajaan lain, apa itu ada hubungannya dengan impian kakak Rid? Memangnya impian kakak Rid itu apa?," tanya Caroline.

Setelah mendengar pertanyaan Caroline, Charles pun langsung menjawabnya.

"Aku tidak bisa memberitahunya, Carol. Lagipula Rid sendiri juga sudah bilang kepadamu kalau impiannya itu adalah rahasia," ucap Charles.

"Lagi-lagi kakak Charles tidak mau memberitahuku tentang impian kakak Rid," ucap Caroline.

Setelah itu, Caroline menoleh ke arah komandan Oliver.

"Tuan Oliver, memangnya impian kakak Rid itu apa? Tuan Oliver tahu kan?," tanya Caroline.

Komandan Oliver pun langsung menjawabnya.

"Maaf, putri. Saya tidak bisa memberitahunya," ucap komandan Oliver.

"Bahkan tuan Oliver juga, kenapa tidak ada yang mau memberitahu tentang impian kakak Rid kepadaku?," tanya Caroline dengan sedikit kesal.

Sementara itu, Marco yang sedang berada di dekat komandan Oliver, Charles dan Caroline kebetulan juga mendengar pembicaraan mereka.

"Impian Rid....," ucap Marco.

-

Di sebuah tempat latihan yang berada di akademi.

Terlihat ada beberapa murid akademi baik itu murid laki-laki dan perempuan yang sedang tergeletak di tempat latihan itu. Sementara di sisi samping tempat latihan itu, para murid yang ada disana terlihat terkejut ketika melihat murid-murid yang ada di arena tempat latihan telah tergeletak. Mereka tambah terkejut ketika mengetahui kalau para murid itu tergeletak karena dikalahkan oleh 1 orang. Orang yang mengalahkan mereka saat ini sedang berdiri di tengah arena tempat latihan sambil memegang pedang miliknya. Orang itu adalah Elaina.

"'Putri Pedang' benar-benar kuat, dia dengan mudahnya mengalahkan mereka semua seorang diri," ucap murid A.

"Seperti yang diharapkan dari putri komandan tertinggi kerajaan ini," ucap murid B.

Sementara itu, setelah mengalahkan para murid yang ada di sekitarnya itu, Elaina lalu menaruh pedangnya kembali di pinggangnya.

"Ini masih belum cukup, aku harus terus menjadi lebih kuat," pikir Elaina.

-

Di sebuah tempat yang berada dekat dengan pegunungan Orokho.

Aku baru saja mengalahkan beberapa hewan buas dan monster yang ada di sekitarku dengan pedang berwarna putih peninggalan kedua orang tuaku. Meski aku sudah mengalahkan beberapa hewan buas dan monster, beberapa hewan buas dan monster lainnya kembali berdatangan untuk menyerangku.

"Setelah aku pikirkan, sepertinya aku juga harus berlatih dengan menggunakan 'pedang itu'," pikirku.

Aku lalu membuka ~Storage~ dan menaruh pedang berwarna putih itu ke dalam ~Storage~. Setelah itu, aku mengambil pedangku yang lain di dalam ~Storage~. Pedang yang aku ambil kali ini merupakan pedang berwarna dominan hitam dengan sedikit corak berwarna merah di beberapa bagiannya. Pedang itu merupakan salah satu pedang peninggalan orang tuaku. 

Setelah mengambil pedang itu, aku lalu secara perlahan mulai menarik pedang itu keluar dari sarung pedangnya karena ketika pedang itu baru diambil, pedang itu masih dibalut oleh sarung pedang yang melindunginya. Ketika aku sedang menarik pedang itu secara perlahan dari sarung pedangnya, sebuah aura berwarna hitam yang sangat pekat pun langsung keluar dari dalam pedang itu.

"Komandan iblis itu bilang kalau tidak apa-apa menggunakan sihir ini disini asalkan tidak menggunakan sihir tingkat tingginya. Kalau begitu aku akan menggunakan sihir tingkat rendah dan menengah saja,"

"Sekarang, waktunya untuk berlatih dengan penggunakan pedang ini sekaligus melatih ~Dark Magic~ milikku," ucapku.

-

Lalu, hari-hari pun terus berlalu. Sampai tidak terasa kalau 1 tahun pun telah terlewati.

-Bersambung