Chereads / Peace Hunter / Chapter 497 - Chapter 497 : Syarat Dari Duchess Arlet

Chapter 497 - Chapter 497 : Syarat Dari Duchess Arlet

Malam harinya, di kediaman Duke Louis.

Aku saat ini sedang berada di ruangan Duke Louis bersama dengan Duke Louis dan juga Duchess Arlet. Alasan aku berada di ruangan Duke Louis karena aku sedang memberitahu tentang pertemuanku dengan Ratu Kayana tadi siang kepada Duke Louis dan Duchess Arlet. Mereka berdua kelihatannya sangat penasaran tentang pertemuanku dengan Ratu Kayana. Mereka bahkan langsung menanyaiku tentang hal itu begitu aku kembali ke kediaman mereka. Tetapi meskipun mereka penasaran, mereka masih bisa menahan diri karena mereka mempersilahkanku untuk istirahat sejenak terlebih dahulu karena aku baru saja kembali dari White Palace.

Lalu setelah aku selesai memberitahu dan menjelaskan tentang pertemuanku dengan Ratu Kayana, mereka berdua pun langsung menanggapi penjelasanku.

"Jadi pedang berwarna biru dan putih yang ada di pinggangmu itu merupakan pedang hadiah dari Yang Mulia Ratu atas kontribusimu dalam insiden penyerangan di akademi sebelumnya ya. Aku tidak menyangka kalau Yang Mulia Ratu akan memberikanmu sebuah pedang, bahkan pedang yang diberikan merupakan salah satu dari harta kerajaan San Fulgen," ucap Duke Louis.

"Aku sendiri juga tidak menyangka kalau aku akan diberikan pedang yang merupakan salah satu harta kerajaan, paman," ucapku.

"Padahal kami sudah berniat untuk membuatkanmu sebuah pedang yang baru, Rid. Tetapi ternyata Yang Mulia Ratu malah sudah memberikanmu sebuah pedang yang baru. Sayang sekali," ucap Duchess Arlet.

"Iya, itu benar. Sayang sekali kami jadi tidak bisa membuatkanmu sebuah pedang yang baru," ucap Duke Louis.

Aku sedikit terkejut karena ternyata Duke Louis dan Duchess Arlet berniat untuk membuatkanku sebuah pedang yang baru. Karena aku sudah diberikan pedang oleh Ratu Kayana, mereka pun batal untuk membuatkanku sebuah pedang baru. Meskipun mereka tetap membuatkanku sebuah pedang yang baru, mungkin aku akan menolaknya karena aku khawatir pedang itu tidak akan kupakai. Saat ini aku sudah diberikan pedang oleh Yang Mulia Ratu. Selain itu, aku juga memiliki 2 buah pedang yang merupakan pedang peninggalan orang tuaku. Jika aku mendapatkan sebuah pedang lagi, sudah pasti kalau pedang itu tidak akan kupakai.

Setelah mendengar perkataan mereka berdua, aku memutuskan untuk meminta maaf.

"Maafkan aku, paman Louis, bibi Arlet," ucapku sambil sedikit membungkuk.

Aku meminta maaf kepada mereka berdua karena gara-gara aku yang menerima pedang dari Ratu Kayana, mereka berdua jadi batal untuk membuatkanku sebuah pedang. Meski aku seharusnya tidak bersalah karena aku hanya menerima hadiah yang diberikan oleh Ratu Kayana tetapi entah kenapa aku berpikir kalau aku harus meminta maaf.

Setelah mendengar permintaan maafku, Duke Louis dan Duchess Arlet pun menanggapi permintaan maafku dengan sedikit terkejut.

"Tidak apa-apa, Rid. Kamu tidak perlu minta maaf," ucap Duchess Arlet.

"Itu benar. Kamu tidak perlu minta maaf, Rid," ucap Duke Louis.

Setelah mendengar perkataan mereka itu, aku menjadi sedikit lega.

"Baiklah, paman Louis, bibi Arlet," ucapku.

"Daripada itu, aku tidak menyangka kalau Yang Mulia Ratu akan mendukungmu untuk mewujudkan impianmu. Bahkan beliau akan menunjukmu sebagai komandan prajurit baru yang akan ditugaskan untuk membangun hubungan baik antara kerajaan San Fulgen dengan kerajaan atau negara lain. Tugas komandan prajurit itu benar-benar sesuai dengan impian yang ingin kamu wujudkan," ucap Duke Louis.

"Iya, aku juga tidak menyangkanya. Melihat Ratu Kayana yang selalu mendukungmu, entah kenapa Ratu Kayana jadi terlihat seperti ibumu," ucap Duchess Arlet.

"Bibi Arlet bisa saja. Aku sendiri pun juga tidak menyangka kalau Ratu Kayana akan mendukungku bahkan sampai menunjukku untuk menjadi komandan prajurit baru yang tugasnya sesuai dengan impian yang aku wujudkan," ucapku.

"Karena kamu akan menjadi komandan prajurit nanti, itu berarti akan memiliki pasukanmu sendiri. Apa kamu sudah terpikirkan siapa orang-orang yang akan menjadi anggota pasukanmu nanti?," tanya Duke Louis.

"Belum, paman Louis. Lagipula aku baru resmi ditunjuk sebagai komandan prajurit yang baru itu di tahun depan. Aku sudah memberitahu kepada Ratu Kayana kalau selama 1 tahun ini aku akan fokus untuk berlatih agar aku menjadi lebih kuat. Jadi aku belum terpikirkan apa-apa soal posisi komandan prajurit baru itu dan juga pasukannya," ucapku.

"Hmmm begitu ya," ucap Duke Louis.

Setelah itu, aku melanjutkan pembicaraanku dengan Duke Louis dan Duchess Arlet. Hal-hal yang aku bicarakan dengan mereka kebanyakan adalah tentang pertemuanku dengan Ratu Kayana di White Palace tadi. Meski begitu, kami tetap membicarakan hal lain seperti Duchess Arlet yang menanyakan kepadaku apakah aku sudah menanyakan kepada Ratu Kayana tentang cara mengendalikan tekanan aura. Soal itu, aku memberitahu kepada Duchess Arlet kalau aku lupa untuk menanyakan hal itu. Itu karena ketika melakukan pertemuan dengan Ratu Kayana, banyak hal mengejutkan yang terjadi seperti Ratu Kayana yang tiba-tiba menunjukku sebagai komandan prajurit yang baru. Tidak hanya itu, beliau yang memberikanku pedang yang merupakan harta kerajaan sebagai hadiah kontribusi juga membuatku terkejut. Hal-hal mengejutkan itu yang membuatku lupa untuk menanyakan soal itu kepada Ratu Kayana.

Meski aku lupa untuk menanyakan soal itu saat pertemuan tadi, aku masih bisa menanyakan soal itu lewat kristal komunikasi. Aku hanya bisa berharap ketika aku menghubungi Ratu Kayana lewat kristal komunikasi, beliau sedang tidak sibuk.

Lalu sekitar 30 menit kemudian, karena pembicaraan antara aku dengan Duke Louis dan Duchess Arlet telah berakhir, aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu.

"Kalau begitu aku permisi dulu, paman Louis, bibi Arlet. Selamat malam," ucapku.

"Selamat malam, Rid," ucap Duke Louis dan Duchess Arlet.

Setelah itu, aku melangkahkan kakiku menuju pintu ruangan itu. Kemudian aku membuka pintu itu dan segera pergi keluar dari ruangan itu.

Sementara itu, setelah Rid pergi meninggalkan ruangan itu, Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat membicarakan sesuatu.

"Jadi Rid akan ditunjuk sebagai komandan prajurit yang baru oleh Yang Mulia Ratu ya. Yang Mulia Ratu memang belum memberitahu soal itu, tetapi sebentar lagi beliau pasti akan memberitahunya. Tidak hanya memberitahuku saja, beliau pasti akan memberitahu Duke yang lain. Beliau kemudian akan membicarakan dengan kami selaku para Duke tentang penunjukan Rid itu. Aku sendiri setuju dengan penunjukan Rid sebagai komandan prajurit yang baru. Aku yakin para Duke yang lain juga setuju apalagi Rid telah banyak berkontribusi di kerajaan ini," ucap Duke Louis.

"Iya, kamu benar. Para Duke yang lain pastinya akan setuju tentang penunjukan Rid menjadi komandan prajurit yang baru," ucap Duchess Arlet.

"Iya. Daripada itu, Rid akan segera mewujudkan impiannya tahun depan ya. Itu berarti di tahun depan Rid akan meninggalkan kerajaan ini untuk memulai perjalanannya dalam mewujudkan impiannya," ucap Duke Louis.

"Iya. Tetapi meskipun dia akan meninggalkan kerajaan ini untuk mewujudkan impiannya, dia pasti akan kembali lagi, apalagi dia telah ditunjuk untuk menjadi komandan prajurit yang baru oleh Yang Mulia Ratu. Tugasnya sebagai komandan prajurit yang baru memang untuk membangun hubungan yang baik dengan kerajaan atau negara lain sehingga membuatnya harus meninggalkan kerajaan ini. Karena tugasnya sebagai komandan prajurit yang baru itu, mungkin setiap dia selesai membangun hubungan yang baik dengan 1 atau 2 kerajaan lain, dia akan kembali ke kerajaan ini untuk memberikan laporan kepada Yang Mulia Ratu," ucap Duchess Arlet.

"Kamu benar juga, pasti Rid akan sering-sering kembali kesini untuk memberikan laporan setelah menyelesaikan tugasnya itu. Setelah membangun hubungan yang baik dengan 1 atau 2 kerajaan lain, dia tidak akan langsung pergi lagi ke kerajaan atau negara lainnya," ucap Duke Louis.

"Iya. Jika memang begitu, jika Irene memutuskan untuk ikut dengan Rid, mungkin aku-," ucap Duchess Arlet.

Duchess Arlet tiba-tiba berhenti berbicara karena tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

*Tok *Tok *Tok

Suara ketukan itu berasal dari balik pintu ruangan tempat mereka berada. Duke Louis dan Duchess Arlet pun langsung menoleh ke arah pintu ruangan itu.

"Siapa?," tanya Duke Louis setelah menoleh ke arah pintu ruangan itu.

"Ayahanda, ini aku. Boleh aku masuk?," tanya suara seorang wanita.

Dari suaranya itu, suara itu adalah Irene.

"Irene? Masuk saja, Irene," ucap Duke Louis.

Setelah itu, pintu ruangan itu pun terbuka. Setelah pintu itu terbuka, Irene yang sebelumnya berada di balik pintu itu pun langsung masuk ke dalam ruangan tempat Duke Louis dan Duchess Arlet berada. Irene lalu berjalan menghampiri Duke Louis dan Duchess Arlet.

"Ada apa, Irene?," tanya Duke Louis.

Irene yang sebelumnya berjalan kini telah berhenti karena dia kini sudah berada di hadapan Duke Louis dan Duchess Arlet.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan ayahanda dan ibunda," ucap Irene.

Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat sedikit bingung dengan perkataan Irene.

"Ada yang ingin kamu bicarakan dengan kami?," tanya Duke Louis.

"Iya. Tetapi sebelum itu, aku ingin menanyakan sesuatu. Ketika ayahanda dan ibunda memanggil Rid ke ruangan ini barusan, apakah Rid memberitahukan tentang hasil pertemuannya dengan Yang Mulia Ratu di White Palace?," tanya Irene.

Duke Louis tanpa basa-basi langsung menjawabnya.

"Iya, Rid memberitahu soal itu," ucap Duke Louis.

"Begitu ya," ucap Irene.

Duchess Arlet yang sebelumnya hanya diam kini mulai ikut dalam percakapan mereka berdua.

"Memangnya ada apa, Irene? Apa kamu ingin tahu tentang pertemuan Rid dan Yang Mulia Ratu di White Palace?," tanya Duchess Arlet.

"Tidak, ibunda. Aku tidak ingin tahu karena aku sudah tahu lebih dulu. Rid telah memberitahuku lebih dulu ketika dia beristirahat sejenak di kamarnya setelah baru kembali dari White Palace. Aku kebetulan juga berada di kamar Rid saat dia sedang beristirahat disana," ucap Irene.

"Begitu ya. Jadi Rid telah memberitahumu lebih dahulu," ucap Duchess Arlet.

"Iya, ibunda,"

"Daripada itu, karena baik aku, ayahanda dan ibunda telah tahu tentang hasil pembicaraan Rid dengan Yang Mulia Ratu. Maka aku akan langsung mengatakan hal yang ingin kubicarakan sebelumnya. Aku ingin bergabung ke dalam pasukan Rid nanti untuk ikut bersamanya dalam membangun hubungan baik dengan kerajaan dan negara lainnya. Singkatnya, aku akan ikut dengan Rid untuk mewujudkan impiannya," ucap Irene.

Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat sedikit terkejut dengan perkataan Irene. Duke Louis dan Duchess Arlet awalnya tahu kalau kemungkinan Irene akan ikut bersama Rid, apalagi Rid saat ini merupakan pacar atau kekasihnya. Tetapi meski mereka tahu, mereka tetap terkejut setelah mendengar langsung dari Irene.

"Apa kamu serius, Irene?," tanya Duke Louis.

"Iya, aku serius, ayahanda," ucap Irene.

"Seharusnya kamu tahu kalau impian Rid itu sulit untuk diwujudkan. Apalagi perjalanan dalam mewujudkan impiannya itu akan dipenuhi oleh banyak bahaya. Kamu mungkin akan terlibat konflik dengan kerajaan atau negara lain. Kamu juga mungkin akan terjebak konflik dengan ras lain, apalagi karena impian Rid adalah untuk menyatukan dunia ini, kamu mungkin akan terlibat konflik dengan ras terkuat yang ada di dunia ini yaitu ras malaikat dan ras iblis. Apa kamu masih ingin tetap ikut dengan Rid?," tanya Duke Louis.

Irene tanpa basa-basi langsung menjawabnya.

"Iya, aku tetap ingin ikut dengan Rid," ucap Irene.

"Jika kamu ingin tetap ikut dengan Rid, apabila kamu terlihat dalam konflik berbahaya atau berada dalam situasi yang berbahaya, apa kamu yang sekarang akan dapat mengatasinya?,"

"Lebih baik kamu tetap di kerajaan ini saja dan tidak perlu ikut dengan Rid. Lagipula Rid pasti akan sering-sering kembali kesini. Dia pergi ke kerajaan atau negara lain bukan hanya untuk mewujudkan impiannya saja, melainkan untuk melaksanakan tugasnya sebagai komandan prajurit yang ditugaskan untuk membangun hubungan yang baik dengan kerajaan atau negara lain. Begitu dia selesai melaksanakan tugasnya, dia pasti akan kembali kesini untuk melaporkannya kepada Yang Mulia Ratu,"

"Jadi lebih baik kamu disini saja, Irene. Kami tidak ingin kamu terlibat atau berada dalam situasi yang berbahaya," ucap Duke Louis.

Lagi-lagi, Irene langsung menanggapi perkataan Duke Louis tanpa basa-basi.

"Tidak, aku akan tetap ikut dengan Rid," ucap Irene.

Mendengar itu, Duke Louis tampak sedikit kesal.

"Irene!," ucap Duke Louis.

Melihat Duke Louis yang sedikit kesal, Duchess Arlet langsung menenangkannya dengan memegang pundaknya. Duke Louis pun secara perlahan mulai tenang. 

Setelah itu, Irene mulai berbicara kembali.

"Aku tahu ayahanda dan ibunda khawatir denganku, makanya kalian ingin agar aku tetap berada disini. Tetapi aku tetap ingin ikut dengan Rid. Aku ingin melihat secara langsung bagaimana dia mewujudkan impiannya itu," ucap Irene.

Duke Louis dan Duchess Arlet pun terdiam setelah mendengar perkataan Irene. Meski mereka berdua terdiam, Irene terus melanjutkan perkataannya.

"Aku tahu kalau saat ini aku masihlah lemah. Meski begitu, aku akan terus latihan agar aku bisa bertambah kuat meskipun hanya sedikit,"

"Rid akan memulai perjalanannya dalam mewujudkan impiannya 1 tahun lagi. Sampai dia memulai perjalanannya, dia akan fokus berlatih selama setahun untuk menjadi semakin kuat. Aku pun juga, selama setahun ini aku akan fokus berlatih untuk menjadi semakin kuat,"

"Aku setiap hari sudah meminta Rid untuk melatih dan mengajariku teknik atau sihir yang baru sebelum dia pergi untuk berlatih sendiri secara rahasia. Aku juga memintanya untuk berlatih tanding setelah dia mengajariku. Meski begitu, aku tahu kalau ini belum cukup untuk membuatku menjadi semakin kuat. Oleh karena itu.....," ucap Irene.

Setelah itu, Irene tiba-tiba membungkuk ke arah Duke Louis dan Duchess Arlet.

"....Ayahanda, ibunda, tolong latih aku agar aku bisa menjadi semakin kuat," ucap Irene.

Duke Louis dan Duchess Arlet pun terkejut setelah melihat Irene membungkuk dan mengatakan hal itu. 

"Irene....," ucap Duke Louis.

"Ayahanda dan ibunda adalah salah satu dari orang terkuat di keluarga San Lucia. Aku ingin menjadi kuat seperti kalian. Tidak, aku ingin menjadi lebih kuat dari kalian. Oleh karena itu, tolong latih dan ajari aku, ayahanda, ibunda," ucap Duchess Arlet.

Duke Louis dan Duchess Arlet pun terdiam setelah mendengar perkataan Irene. Sementara Irene masih terus membungkuk di depan mereka berdua. 

Lalu tidak lama kemudian, Duchess Arlet tiba-tiba mulai berbicara kembali.

"Ayahmu tidak akan bisa melatihmu karena dia akan sibuk dengan pekerjaannya sebagai Duke, Irene. Sebagai ganti ayahmu, aku sendiri yang akan melatihmu dan mengajarimu," ucap Duchess Arlet.

Duke Louis pun terkejut setelah mendengar perkataan Duchess Arlet. Sementara Irene tidak terlihat terkejut sama sekali. Dia kemudian langsung berhenti membungkuk setelah mendengar perkataan Duchess Arlet.

"Apa kamu serius, sayang!?," tanya Duke Louis.

"Iya. Meskipun aku adalah seorang Duchess, tetapi pekerjaanku tidak sebanyak kamu, sayang. Aku bisa meluangkan waktuku setiap harinya untuk berlatih dan mengajari, Irene," ucap Duchess Arlet.

"Jika kamu setuju untuk melatih dan mengajari Irene, itu berarti kamu ingin Irene menjadi kuat?," tanya Duke Louis.

"Iya, aku akan membuat Irene menjadi kuat. Aku akan melatih dan mengajari Irene semua teknik keluarga San Lucia," ucap Duchess Arlet.

"Jika kamu ingin Irene menjadi kuat, apa itu berarti kamu mengizinkan Irene untuk ikut pergi dengan Rid?," tanya Duke Louis.

Duchess Arlet pun terdiam sesaat setelah mendengar perkataan Duke Louis. Tidak lama kemudian, dia mulai berbicara kembali.

"Aku tidak akan langsung mengizinkannya. Aku akan memberikan syarat kepada Irene apabila dia mau ikut pergi dengan Rid," ucap Duchess Arlet.

Duke Louis terlihat sedikit bingung setelah mendengar perkataan Duchess Arlet.

"Syarat?," tanya Duke Louis.

"Iya," ucap Duchess Arlet.

Setelah itu, Duchess Arlet melihat ke arah Irene yang sudah berdiri tegak setelah sebelumnya membungkuk.

"Mulai besok, aku akan melatih dan mengajarimu, Irene. Aku akan melatih dan mengajarimu di waktu Rid telah selesai melatih dan mengajarimu. Aku akan melatih dan mengajarimu semua teknik keluarga San Lucia, baik itu teknik rahasianya ataupun teknik terlarangnya," ucap Duchess Arlet.

Duke Louis pun kembali terkejut setelah mendengar perkataan Duchess Arlet.

"Apa kamu yakin, sayang?! Kamu akan mengajari Irene semua teknik keluarga San Lucia bahkan teknik terlarangnya?," tanya Duke Louis.

Setelah mendengar pertanyaan Duke Louis, Duchess Arlet lalu menoleh dan melihat ke arah Duke Louis.

"Iya. Aku pikir ini sudah waktunya bagi Irene untuk mewarisi dan menguasai semua teknik keluarga San Lucia. Kamu tenang saja, meskipun nanti aku mengajari Irene teknik terlarang keluarga San Lucia, aku pastikan aku tidak akan membahayakan Irene," ucap Duchess Arlet.

"Baiklah jika kamu bilang begitu," ucap Duke Louis.

"Syukurlah kalau kamu mengerti," ucap Duchess Arlet.

Setelah itu, Duchess Arlet kembali melihat ke arah Irene.

"Jadi, Irene, kamu harus bersiap untuk besok," ucap Duchess Arlet.

"Baik, ibunda. Lalu, terima kasih karena sudah mau melatih dan mengajariku," ucap Irene sambil sedikit membungkuk.

"Iya. Ngomong-ngomong, aku tidak hanya melatih atau mengajarimu saja. Sama seperti Rid, aku juga akan berlatih tanding denganmu. Saat latih tanding itu, aku akan memberikanmu syarat yang harus kamu lakukan agar aku mengizinkanmu untuk ikut pergi dengan Rid,"

"Syaratnya adalah....," ucap Duchess Arlet.

-

Keesokan paginya, di tempat yang berada di sebelah utara kota San Lucia, sebuah tempat yang dekat dengan pegunungan Orokho.

Saat ini, aku baru saja telah mengalahkan beberapa hewan buas dan monster yang ada di tempat itu dengan menggunakan pedang yang diberikan oleh Ratu Kayana. Setelah mengalahkan mereka semua, aku lalu melihat dan memperhatikan pedangku itu. 

Pedang yang aku gunakan ini ternyata benar-benar berkualitas. Tidak salah kalau pedang ini termasuk salah satu pedang harta kerajaan. Apalagi pedang itu katanya merupakan pedang rampasan dari 'Great Holy War'. Pemilik pedang ini sebelumnya mungkin adalah orang yang hebat saat 'Great Holy War'.

Aku penasaran dengan nama pedang ini. Yang Mulia Ratu sendiri bahkan tidak tahu nama pedang ini. Aku bisa saja memberikan nama baru untuk pedang ini, tetapi aku memutuskan untuk tidak memberikannya nama baru. Biarlah pedang ini terikat dengan nama aslinya meskipun aku belum tahu nama asli dari pedang ini.

Setelah melihat dan memperhatikan pedangku itu, aku kembali melihat ke sekelilingku. Ketika melihat ke sekelilingku, aku ternyata sudah dikepung kembali oleh beberapa monster seperti Ice Yeti dan Ice Lizard serta beberapa hewan buas.

"Kalian terus saja berdatangan. Tetapi itu bagus, aku bisa menggunakan kalian sebagai sarana latihanku. Aku sudah cukup untuk berlatih dengan menggunakan pedang ini. Sekarang saatnya berlatih dengan menggunakan pedangku yang lain," ucapku.

Aku lalu membuka ~Storage~. Kemudian aku menaruh pedang yang aku pedang itu ke dalam ~Storage~. Setelah sudah menaruh pedang itu, aku kemudian mengambil pedangku yang lain di dalam ~Storage~. Aku mengambil sebuah pedang berwarna dominan putih dengan campuran sedikit warna emas. Pedang itu adalah pedang yang aku gunakan ketika aku melawan Duke Remy.

Setelah aku sudah mengambil pedang itu, aku lalu menarik pedang itu keluar dari sarung pedang yang membalutnya. Setelah pedang itu aku tarik keluar, sebuah cahaya yang terang tiba-tiba muncul dari pedang yang baru saja aku tarik itu. Saking terangnya cahaya itu, para monster dan hewan buas yang saat ini sedang mengelilingiku pun tidak mampu untuk melihat cahaya itu.

Setelah itu, aku lalu bersiap untuk menyerang para monster dan hewan buas itu dengan menggunakan pedangku itu.

"Sekarang waktunya untuk berlatih dengan menggunakan pedang ini sekaligus melatih ~Light Magic~ku," ucapku.

-

Disaat yang sama, di tempat latihan yang berada di kediaman Duke Louis.

 Irene terlihat sedang bersiap untuk menyerang seseorang yang ada di hadapannya dengan menggunakan rapier miliknya. Orang yang ada di hadapannya itu ternyata adalah Duchess Arlet. Duchess Arlet saat ini tidak mengenakan gaun bangsawan seperti yang biasanya dia kenakan. Dia saat ini mengenakan pakaian yang lain yang digunakan khusus untuk bertarung. Duchess Arlet saat ini juga sedang bersiap untuk menyerang Irene yang ada di hadapannya dengan rapier miliknya.

"Kamu sudah tahu syaratnya kan, Irene? Jika kamu keberatan dengan syarat itu, kamu bisa memilih untuk tidak menyetujuinya. Tetapi jika kamu tidak setuju, aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk ikut pergi dengan Rid," ucap Duchess Arlet.

"Tidak, aku tidak keberatan sama sekali. Aku pasti akan mengalahkanmu, ibunda. Meski aku tidak bisa mengalahkanmu sekarang, selama 1 tahun ini sebelum Rid memulai perjalanannya, aku pasti akan mengalahkanmu saat kita melakukan latih tanding,"

"Aku akan mengalahkanmu dan membuatmu mengizinkanku untuk ikut pergi dengan Rid, ibunda," ucap Irene.

-Bersambung