Noir dan Laviena pun langsung terkejut setelah mendengar perkataan Holy Maiden.
"Orang-orang yang selamat dari kerajaan Framtida!?," tanya Noir.
"Kerajaan Framtida!? Bukankah itu kerajaan yang dihancurkan oleh ras Malaikat!?," tanya Laviena.
"Iya. Kerajaan itu merupakan kerajaan yang dihancurkan oleh ras Malaikat. Tentu kalian pasti tahu kenapa kerajaan itu dihancurkan oleh ras Malaikat," ucap Holy Maiden.
"Itu karena di kerajaan itu ada salah satu komandan pasukan iblis yang sedang mengacau," ucap Laviena.
"Benar. Dari tragedi itu, semakin membuktikan kalau ras Malaikat hanya bergerak jika iblis tingkat tinggi mengacau atau melakukan penyerangan di benua utara," ucap Holy Maiden.
"Saya masih tidak menyangka kalau ada orang yang selamat dari tragedi hancurnya kerajaan Framtida. Bukankah seluruh penduduknya telah tewas setelah terkena serangan dari 'Sang Malaikat Agung' yang sekaligus langsung menghancurkan kerajaan itu tanpa sisa?," tanya Noir.
"Memang seluruh penduduk kerajaan Framtida telah tewas karena serangan itu, tetapi mereka yang telah tewas merupakan mereka yang sedang berada di kerajaan itu. Ada beberapa dari mereka yang selamat karena mereka sedang berada di luar kerajaan itu saat penyerangan yang dilakukan oleh ras Malaikat sedang berlangsung,"
"Namun mereka yang selamat itu jumlahnya hanya sedikit. Mungkin paling banyak berjumlah kurang dari 100 orang saja. Meski begitu, jika mereka bersatu, mereka bisa menjadi ancaman serius bagi ras Malaikat. Mereka sangatlah membenci ras Malaikat karena ras Malaikat telah membunuh keluarga mereka dan menghancurkan kerajaan tempat mereka tinggal. Mereka pasti akan melakukan apapun untuk bisa membalas dendam kepada ras Malaikat," ucap Holy Maiden.
Setelah mendengar perkataan Holy Maiden, Noir mulai berbicara kembali.
"Saya paham kenapa mereka ingin membalas dendam, tetapi bukankah ras Malaikat dan juga 'Sang Malaikat Agung' tidak punya pilihan lain selain menghancurkan kerajaan Framtida? Jika kerajaan Framtida tidak dihancurkan saat itu, dampaknya akan menyebar ke kerajaan yang ada di sekitarnya," ucap Noir.
"Memang, tetapi jika kamu berada di posisi yang sama dengan mereka, apa kamu akan menerimanya begitu saja? Apa kamu tidak memiliki niat sedikitpun untuk membalas dendam kepada mereka yang telah membunuh seluruh keluargamu dan menghancurkan tempatmu tinggal?," tanya Holy Maiden.
Noir pun terdiam setelah mendengar perkataan Holy Maiden.
"Mereka yang selamat itu pastinya tahu, entah diberi tahu oleh orang lain atau mengetahuinya sendiri. Mereka tahu akan resiko yang terjadi apabila kerajaan itu tidak dihancurkan. Tetapi mereka tetap tidak terima begitu saja atas apa yang dilakukan oleh ras Malaikat. Mereka tetap akan membalas dendam kepada ras Malaikat,"
"Jika tujuan dari organisasi itu memang untuk menyerang ras Malaikat, maka bisa dipastikan kalau pemimpin organisasi itu merupakan orang yang selamat dari tragedi hancurnya kerajaan Framtida. Semua orang yang selamat itu mungkin juga telah bergabung dengan organisasi itu,"
"Kalian mungkin merasa sedikit simpati dengan mereka setelah mendengar perkataanku barusan. Meski begitu, kalian tidak boleh goyah. Kita, Holy Kingdom merupakan pelayan ras Malaikat. Sudah tugas kita untuk menjadi garda terdepan dalam melindungi mereka. Kita akan melawan semua orang yang berniat untuk menyerang ras Malaikat meskipun alasan mereka adalah untuk membalas dendam akan kematian keluarga dan hancurnya tempat tinggal mereka," ucap Holy Maiden.
Setelah sebelumnya terdiam, Noir dan Laviena pun mulai berbicara kembali.
"Baik, nona Maiden," ucap Noir dan Laviena.
"Bagus, sekarang kita kembali ke masalah sebelumnya," ucap Holy Maiden.
Setelah mengatakan itu, Holy Maiden lalu menoleh ke arah Laviena.
"Soal Undine dan organisasinya, ke depannya kamu dan para Holy Knights yang berasal dari ras Siren harus lebih berhati-hati, Laviena. Mereka mungkin akan kembali mendatangimu untuk mendapatkan informasi tentang akses masuk ke kerajaan Siren. Aku juga akan memberitahu para Holy Priest yang berasal dari ras Siren untuk lebih berhati-hati," ucap Holy Maiden.
"Baik, nona. Ke depannya saya akan lebih berhati-hati, terutama ketika saya ditugaskan kembali ke luar Holy Kingdom," ucap Laviena.
"Bagus. Sebelumnya ketika kamu berada di kerajaan San Fulgen, aku memberitahumu untuk lekas kembali karena ada tugas baru yang ingin aku berikan kepadamu. Tetapi karena kamu baru saja diserang oleh Undine, aku akan memberikan tugas baru ini kepadamu besok. Untuk sekarang, kamu dan para Holy Knights bawahanmu istirahat saja," ucap Holy Maiden.
"Baik, nona Maiden," ucap Laviena.
Setelah itu, Holy Maiden lalu menoleh ke arah Noir.
"Lalu Noir, meskipun kamu baru saja kembali setelah menyelesaikan tugas yang aku berikan, aku ingin meminta tolong kepadamu lagi," ucap Holy Maiden
"Minta tolong apa, nona Maiden?," tanya Noir.
"Pergilah ke tempat Undine yang melakukan penyerangan kepada Laviena. Penyerangan itu terjadi di bagian sungai Leith dimana di kedua sisi sungai itu terdapat tebing yang tinggi. Bagian sungai itu jaraknya cukup jauh dari laut," ucap Holy Maiden.
"Hmmm tempat itu ya. Baik, nona Maiden, saya akan segera kesana," ucap Noir.
"Bawa orang-orang yang berasal dari ras Dwarf. Saat ini, tempat itu mungkin sudah mengalami kerusakan yang sangat parah karena tempat itu telah menjadi tempat pertarungan antara Terra dengan Undine. Terra yang datang ke tempat itu untuk menyelamatkan Laviena bilang kepada Laviena kalau dia akan menahan diri ketika melawan Undine, tetapi aku tidak yakin kalau dia akan benar-benar menahan diri. Pertarungan yang terjadi antara Divine Elemental Spirits pasti selalu menimbulkan kerusakan yang sangat parah,"
"Begitu kamu sampai di tempat itu bersama dengan orang-orang yang berasal dari ras Dwarf itu, apabila pertarungan antara Terra dan Undine telah berhenti, kamu langsung perintahkan para ras Dwarf itu untuk langsung memulihkan tempat itu dengan menggunakan sihir atau Artifact yang mereka miliki. Tempat itu memang bukan bagian dari wilayah Holy Kingdom, tetapi Holy Kingdom harus bertanggung jawab untuk memulihkan tempat itu. Itu karena penyebab rusaknya tempat itu adalah karena pertarungan di tempat itu melibatkan Terra yang merupakan bagian dari Holy Kingdom. Sebelumnya Laviena juga sempat bertarung dengan Undine, jadi tempat itu pastinya sudah mengalami kerusakan lebih dulu sebelum Terra mengambil alih untuk melawan Undine. Jadi kerusakan di tempat itu merupakan tanggung jawab kita," ucap Holy Maiden.
"Baik, nona Maiden. Saya akan pergi dengan membawa orang-orang dari ras Dwarf itu. Kalau begitu, saya akan pergi sekarang, nona Maiden," ucap Noir.
"Iya," ucap Holy Maiden.
Setelah itu, Noir pun langsung pergi meninggalkan Holy Maiden dan Laviena serta sekaligus pergi meninggalkan ruangan tempat mereka berada. Setelah Noir pergi, Remia dan Willa yang masih berada di dekat Laviena terlihat sedang membicarakan sesuatu.
"Tuan Noir keren sekali ya, Remia. Suaranya sangat pria sekali. Aku penasaran bagaimana rupa wajahnya karena selama ini tuan Noir selalu mengenakan armor. Bahkan para Holy Knights bawahan tuan Noir sendiri bilang kalau mereka tidak pernah melihat wajah tuan Noir karena beliau selalu mengenakan armor yang melindungi seluruh tubuhnya," ucap Willa.
"Suaranya memang terdengar seperti pria, tetapi bagaimana jika sebenarnya yang ada di dalam armor itu adalah seorang wanita?," tanya Remia.
Willa pun langsung tertawa setelah mendengar perkataan Remia.
"Ahahaha mana mungkin. Kamu ada-ada saja, Remia," ucap Willa.
Mendengar Willa yang tertawa, Holy Maiden pun langsung menoleh ke arah Willa. Willa yang sedang tertawa pun langsung berhenti tertawa setelah melihat Holy Maiden sedang melihat ke arahnya. Willa pun langsung membungkuk dan meminta maaf kepada Holy Maiden.
"Maafkan saya, nona Maiden," ucap Willa.
"Tidak, tidak apa-apa," ucap Holy Maiden.
Setelah mengatakan itu, Holy Maiden menoleh kembali ke arah Laviena.
"Ya sudah sekarang kamu istirahat saja bersama dengan para Holy Knights bawahanmu, Laviena. Aku juga sudah memeriksa orang-orang yang kamu bawa, jadi aku akan kembali ke ruanganku. Aku harus mengatur pertemuan dengan perwakilan ras malaikat untuk membahas tentang adanya salah satu komandan pasukan iblis yang ingin merebut kerajaan di benua utara ini dan juga membahas tentang ras iblis yang ingin mendeklarasikan 'Great Holy War' kembali," ucap Holy Maiden dengan ekspresi yang serius.
Holy Maiden lalu mulai berjalan secara perlahan untuk meninggalkan ruangan itu. Tetapi baru sebentar dia berjalan, Laviena langsung menghentikannya.
"Tunggu sebentar, nona Maiden," ucap Laviena.
Setelah mendengar perkataan Laviena, Holy Maiden pun langsung berhenti melangkah dan berbalik ke arah Laviena.
"Ada apa, Laviena?," tanya Holy Maiden.
"Saya belum memberikan buku catatan informasi yang dicatat oleh Remia dan juga Willa ketika kami sedang berdiskusi dengan para pemimpin kerajaan San Fulgen," ucap Laviena.
Setelah mengatakan itu, Laviena lalu mengambil sesuatu dari saku pakaiannya. Sesuatu itu adalah 2 buku catatan berukuran kecil. Setelah mengambil 2 buku itu, Laviena lalu memberikannya kepada Holy Maiden.
"Ini, nona. Sebelumnya buku ini sempat basah ketika aku sedang bertarung dengan Undine, tetapi aku sudah mengeringkannya dengan kekuatanku," ucap Laviena.
Kemudian, Holy Maiden pun menerima 2 buku catatan itu.
"Baiklah. Terima kasih, Laviena," ucap Holy Maiden.
"Sama-sama, nona Maiden. Lalu....." ucap Laviena.
Laviena mengambil kembali sesuatu dari saku pakaiannya. Sesuatu yang diambil itu terlihat seperti surat kabar yang telah dilipat menjadi lebih kecil. Laviena lalu memberikan itu kepada Holy Maiden.
"...Aku juga membawa surat kabar dari kerajaan itu. Surat kabar ini terbit setelah terjadinya penyerangan yang terjadi di kerajaan itu. Nona Maiden mungkin membutuhkannya karena di surat kabar ini juga terdapat informasi tentang insiden penyerangan itu. Selain itu, di surat kabar ini juga terdapat informasi tentang Rid Archie yang sebelumnya aku berniat untuk merekrutnya," ucap Laviena.
Holy Maiden lalu menerima surat kabar yang diberikan oleh Laviena.
"Baiklah, aku terima. Terima kasih, Laviena," ucap Holy Maiden.
"Sama-sama, nona Maiden," ucap Laviena.
Setelah menerima surat kabar yang telah dilipat itu, Holy Maiden lalu membuka lipatan pada surat kabar itu. Setelah itu, Holy Maiden lalu mulai melihat dan membaca surat kabar itu. Di halaman utama atau halaman pertama surat kabar itu, terlihat ada banyak sekali foto Rid. Holy Maiden yang baru sebentar melihat foto Rid, tiba-tiba langsung terkejut.
"Orang ini!?!?," ucap Holy Maiden.
Laviena yang melihat Holy Maiden tiba-tiba terkejut pun juga ikut terkejut.
"Ada apa, nona Maiden? Kenapa anda terkejut?," tanya Laviena.
Holy Maiden pun langsung berhenti setelah mendengar perkataan Laviena.
"Tidak apa-apa, Laviena. Lupakan saja tentang apa yang kamu lihat barusan," ucap Holy Maiden.
Laviena pun terlihat bingung dengan perkataan Holy Maiden itu. Sementara Holy Maiden terus melihat dan membaca surat kabar yang sedang dia pegang itu.
"Kenapa wajah orang ini mirip sekali dengan 'pangeran dari ras Iblis' yang muncul pada 'Great Holy War' yang terjadi lebih dari 100 tahun yang lalu itu?," pikir Holy Maiden sambil membaca surat kabar itu.
-
Sementara itu, pagi harinya di kediaman Duke San Lucia.
Setelah semalam telah melakukan persiapan, pagi ini aku bersiap untuk berangkat kembali ke akademi bersama dengan Irene, Leandra dan Lily karena besok akademi akan dibuka kembali. Karena waktu kami di akademi hanya tinggal beberapa hari saja sebelum hari kelulusan, jadi kami hanya membawa sedikit barang saja ke akademi.
Setelah semuanya sudah bersiap, kami pun langsung menuju gerbang kediaman Duke San Lucia karena kereta kuda yang akan mengantarkan kami sudah bersiap disana. Setelah sampai di gerbang kediaman, kami pun langsung bergegas masuk ke kereta kuda yang akan mengantarkan kami. Tetapi sebelum itu, kami memutuskan untuk berpamitan dengan Duke Louis dan Duchess Arlet yang ikut mengantarkan kami ke gerbang kediaman.
"Kami pergi dulu, paman Louis, bibi Arlet," ucapku.
"Aku berangkat, ayahanda, ibunda," ucap Irene.
"Iya, hati-hati, kalian semua," ucap Duke Louis.
"Hati-hati di jalan," ucap Duchess Arlet.
Setelah itu, kami semua pun langsung masuk dan menaiki kereta kuda yang akan mengantarkan kami. Nadine juga ikut masuk ke kereta kuda karena dia ditugaskan oleh Duke Louis untuk mengantar sekaligus mengawal kami. Setelah kami semua sudah masuk ke kereta kuda, kereta kuda yang kami naiki pun mulai bergerak secara perlahan. Kereta kuda kami terus berjalan menyusuri jalanan kota San Lucia untuk menuju ibukota San Estella.
-
Sekitar 3 jam kemudian.
Kami pun akhirnya sampai di San Fulgen Akademiya yang berada di ibukota San Estella. Begitu kami sampai, kami langsung turun dan membawa barang-barang kami.
"Apa semua barang-barang kalian sudah dibawa?," tanya Nadine.
"Sudah, senior," ucapku.
"Baiklah. Karena aku sudah selesai mengantar kalian, kalau begitu aku akan langsung kembali," ucap Nadine.
"Terima kasih karena sudah mengantarkan kami, senior," ucapku.
"Iya, sama-sama," ucap Nadine.
Setelah itu, Nadine pun langsung kembali ke kota San Lucia dengan menaiki kereta kuda yang sama dengan yang mengantarkan kami.
Lalu setelah itu, kami pun langsung bergegas menuju ke gerbang akademi untuk masuk ke wilayah akademi. Di gerbang akademi, terlihat ada beberapa murid akademi yang baru saja datang. Mereka sepertinya sudah melakukan persiapan untuk kembali ke akademi karena mereka telah datang ke akademi hari ini meskipun akademi baru akan dibuka kembali besok.
Ketika kami tiba di gerbang akademi, beberapa murid dan juga para prajurit yang berjaga disana langsung menoleh ke arahku. Kehadiranku sepertinya telah menarik perhatian mereka. Apalagi saat ini aku semakin dikenal gara-gara surat kabar yang memberitakan tentangku. Lalu, begitu mereka semua menoleh ke arahku, mereka pun langsung menyapaku. Aku pun langsung membalas sapaan mereka.
Setelah itu, aku dan yang lainnya pun langsung masuk ke wilayah akademi. Kami pun langsung bergegas untuk menuju ke asrama akademi tempat kami tinggal untuk menaruh barang-barang kami. Begitu kami sampai di asrama akademi, terlihat keseluruhan gedung asrama itu sudah pulih kembali. Tidak ada sedikitpun kerusakan yang masih ada di gedung asrama itu. Setelah kami sampai di gedung asrama, kami pun langsung bergegas untuk menuju ke kamar asrama kami masing-masing.
Setelah aku sampai di depan kamar asramaku, aku pun langsung masuk ke dalam. Pintunya tidak terkunci jadi aku bisa masuk dengan mudah. Setelah aku masuk, aku lalu mulai menempatkan barang-barang yang aku bawa di kamar asramaku.
-
Seiring waktu, teman-temanku yang lain pun juga mulai berdatangan di hari itu. Dimulai dari Charles, Chloe, Noa, Kotaro, Julie dan juga Lillian.
Karena hari itu akademi belum dibuka, jadi para murid yang telah datang ke akademi lebih dulu dibebaskan untuk melakukan sesuatu. Meskipun dibebaskan untuk melakukan sesuatu, aku memilih waktu bebas itu untuk melakukan diskusi dengan para anggota Elevrad yang lainnya dan juga dengan nona Karina. Diskusi yang kami lakukan itu cukup lama. Kami baru selesai berdiskusi pada sore hari menjelang malam.
Setelah selesai berdiskusi, pada malam harinya baru lah aku menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan atau bermain bersama dengan teman-temanku.
-
Lalu keesokan paginya, San Fulgen Akademiya pun telah resmi dibuka kembali, dan waktu menuju hari kelulusan pun juga semakin dekat.
-Bersambung