Malam harinya, di dalam kediaman Duke Louis.
Aku saat ini sedang berada di ruangan kerja Duke Louis yang berada di kediamannya. Aku tidak sendiri di ruangan itu karena aku bersama dengan Duke Louis dan Duchess Arlet. Aku, Duke Louis dan Duchess Arlet saat ini sedang duduk di tengah ruangan ini. Alasan aku berada di ruangan yang sama dengan mereka berdua karena sebelumnya Duchess Arlet dan Duke Louis ingin membicarakan sesuatu denganku.
"Terima kasih karena telah meluangkan waktumu, Rid. Apa kamu sudah cukup istirahat?," tanya Duke Louis.
"Iya. Aku sudah makan malam, membersihkan diri dan istirahat sebentar, paman," ucapku.
"Baguslah kalau begitu. Sekali lagi, aku berterima kasih karena kamu telah menyelamatkan putri kami yang ingin dibunuh oleh High Priest Julian," ucap Duke Louis.
"Sama-sama, paman. Tetapi seharusnya anda tidak mengucapkan terima kasih kepadaku, paman. Justru aku yang seharusnya minta maaf karena alasan Irene ingin dibunuh adalah karena aku. Sebelumnya High Priest Julian berniat untuk menculik Irene. Alasannya karena Irene saat ini Irene memiliki hubungan denganku. Lalu, alasan kediaman anda diserang juga karena aku yang dirumorkan tinggal di kediaman anda. Jadi semua ini karena salahku. Anda tidak perlu untuk meminta maaf," ucapku.
Setelah aku mengatakan itu, Duke Louis dan Duchess Arlet lalu saling bertatapan. Setelah itu, Duke Louis mulai berbicara kembali.
"Kamu tidak perlu meminta maaf, Rid. Semua ini bukan salahmu. Lagipula aku sendiri yang mengizinkanmu untuk tinggal di kediaman ini. Aku sudah tahu segala resikonya apabila aku mengizinkanmu tinggal di kediaman ini. Jadi kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Duke Louis.
"Itu benar. Lagipula kediaman ini akan baik-baik saja apabila gereja Sancta Lux tidak menyerang meskipun di kediaman ini ada kamu. Jadi pihak yang salah adalah gereja Sancta Lux. Kamu tidak perlu lagi memikirkan tentang hal itu," ucap Duchess Arlet.
"Baik, paman Louis, bibi Arlet," ucapku.
"Sekarang, mari kita fokus pada apa yang ingin kami bicarakan denganmu. Sebelumnya kami telah meminta Irene untuk menjelaskan secara detail tentang penyerangan yang dilakukan oleh gereja Sancta Lux di kediaman ini. Sekarang, kami ingin meminta penjelasan secara detail tentang penyerangan ini,"
"Saat awal penyerangan berlangsung, kamu sedang berada di tempat latihan rahasiamu kan?," tanya Duke Louis.
"Iya, paman," ucapku.
"Kalau begitu tolong jelaskan apa yang terjadi di tempat latihan rahasiamu sampai kamu tiba-tiba bisa berada di depan gerbang kediaman ini untuk menolong Irene," ucap Duke Louis.
"Baik, paman," ucapku.
Setelah itu, aku menjelaskan secara rinci tentang apa yang terjadi kepadaku. Mulai dari aku yang dikejar oleh nona Elsie dan orang-orang yang bersamanya hingga ke tempat latihan rahasiaku sampai aku yang telah membunuh High Priest Julian.
Setelah mendengar penjelasanku, Duke Louis pun kembali berbicara.
"Jadi itu yang terjadi kepadamu. Orang-orang dari gereja Sancta Lux sudah mengejarmu saat kamu ingin pergi ke tempat latihan rahasiamu,"
"Aku bersyukur kamu bisa datang untuk menolong Irene tepat waktu. Jika kamu telat sedikit saja, Irene mungkin sudah mati. Terima kasih, Rid," ucap Duke Louis.
"Sama-sama, paman. Lalu, tolong untuk tidak mengucapkan terima kasih kepadaku lagi. Rasanya anda sudah banyak mengucapkan terima kasih kepadaku," ucapku.
"Hahaha, baiklah," ucap Duke Louis sambil tertawa.
Setelah itu, giliran Duchess Arlet yang mulai berbicara.
"Priest bernama Elsie itu benar-benar berperan penting dalam memberikan informasi kepadamu. Jika Priest itu tidak memberikan informasi kalau kediaman ini sedang diserang, kamu mungkin akan terus berada di tempat latihan rahasiamu itu," ucap Duchess Arlet.
"Iya, anda benar, bibi Arlet. Jika aku tidak mengetahui kalau kediaman kalian telah diserang, mungkin penyerangan masih akan berlangsung dan jumlah korban pun akan meningkat. Irene pastinya akan menjadi salah satu dari korban itu," ucapku.
"Iya, tetapi syukurlah kalau kamu mengetahui kalau kediaman ini telah diserang dan kamu pun bisa datang tepat waktu. Daripada itu, soal Priest bernama Elsie itu, setelah aku selesai berbicara dengannya, dia memintaku untuk menyampaikan salam perpisahan kepadamu. Dia bilang kalau setelah aku selesai berbicara dengannya, dia akan segera pergi untuk kembali ke rumah orang tuanya," ucap Duchess Arlet.
"Begitu ya. Jadi nona Elsie akan langsung pergi ke rumah orang tuanya. Sebelumnya ketika dia memberitahu informasi kalau kediaman kalian telah diserang, aku sudah menyuruhnya untuk langsung pergi ke rumah orang tuanya, tetapi dia malah mengikutiku hingga ke kediaman ini. Aku berharap perjalanannya untuk kembali ke rumah orang tuanya berjalan lancar dan tanpa hambatan,"
"Lalu, apa nona Elsie akan pergi sendiri? Sebelumnya dia bilang kalau dia ingin membujuk beberapa Priest yang terpaksa menjadi Priest seperti dirinya untuk keluar dari gereja Sancta Lux karena saat ini merupakan kesempatan besar bagi mereka untuk keluar. Apa dia menemukan beberapa Priest itu?," tanyaku.
"Dia tidak pergi sendiri. Seperti katamu yang bilang kalau Elsie ingin membujuk beberapa Priest yang terpaksa, Elsie berhasil membujuk beberapa Priest itu. Jumlahnya sekitar belasan Priest. Belasan Priest itu awalnya termasuk dalam Priest yang terluka dan yang kalian tahan setelah selesainya insiden penyerangan itu. Belasan Priest itu pun langsung kami sembuhkan setelah kami mengetahui kalau mereka ingin keluar dari gereja Sancta Lux. Saat ini belasan priest itu beserta Elsie sudah kembali ke tempat asal mereka masing-masing,"
"Kami pun juga memberikan sedikit bantuan dana kepada mereka setelah mengetahui kalau mereka adalah orang-orang yang terpaksa untuk menjadi Priest gereja Sancta Lux," ucap Duchess Arlet.
"Begitu ya, jadi nona Elsie berhasil membujuk belasan Priest yang terpaksa. Cukup banyak juga jumlah yang berhasil dia bujuk. Lalu, kalian bahkan sampai memberi sedikit bantuan dana kepada mereka," ucapku.
"Kami khawatir apabila mereka tidak mempunyai dana untuk pergi, maka dari itu kami memberikan sedikit bantuan dana kepada mereka. Lagipula mereka semua berjanji untuk kembali ke tempat asal mereka masing-masing dan keluar dari gereja Sancta Lux," ucap Duchess Arlet.
"Begitu ya. Lalu bagaimana dengan nasib para Priest yang tidak berhasil dibujuk oleh nona Elsie? Apa mereka masih kalian tahan di halaman depan?," tanyaku.
"Tidak, kami tidak menahan mereka lagi. Saat ini kami sudah membebaskan mereka semua dan mereka pun sudah kembali ke gereja Sancta Lux. Kami tidak mau ada perseteruan lagi dengan gereja Sancta Lux, maka dari itu kami membebaskan mereka. Lagipula pemimpin Holy Kingdom tadi bilang meskipun beliau mengabaikan perbuatanmu yang telah membunuh High Priest Julian, tetapi beliau tetap tidak akan diam saja apabila kamu menyerang gereja Sancta Lux dengan sengaja. Begitu pun juga dengan orang-orang yang memulai perseteruan dengan gereja Sancta Lux dengan sengaja,"
"Kami pun juga meminta para Priest itu untuk pergi dari kediaman ini secara diam-diam agar tidak diketahui oleh orang lain terutama dari pihak Diganta. Jika mereka mengetahui ada banyak Priest gereja Sancta Lux yang keluar dari kediaman ini, hal ini bisa dijadikan bukti kalau memang telah terjadi penyerangan yang dilakukan oleh gereja Sancta Lux di kediaman ini," ucap Duke Louis.
"Iya, anda ada benarnya. Aku setuju dengan anda untuk tidak lagi memulai perseturuan dengan mereka. Sejak awal aku juga tidak mau berseteru dengan mereka jika mereka tidak memulai berseteru lebih dulu," ucapku.
"Iya. Ngomong-ngomong, karena kamu sudah menjelaskan secara detail tentang insiden penyerangan di kediaman ini, kini giliran kami untuk menjelaskan secara detail tentang hal-hal yang terjadi di White Palace,"
"Sebelumnya kamu pasti mendengar beberapa pembicaraan yang terjadi di ruangan tempat kami berada karena kamu dihubungi oleh High Priest Theodor. Kalau begitu kami akan menjelaskan tentang hal-hal yang terjadi yang belum kamu dengar," ucap Duke Louis.
Setelah itu, Duke Louis dan Duchess Arlet pun saling bergantian menjelaskan tentang hal-hal yang terjadi di White Palace. Setelah mendengar penjelasan mereka, aku pun mulai berbicara.
"Jadi komandan Holy Knights yang datang ke White Palace merupakan seorang wanita dari ras Siren. Aku tahu kalau dia adalah seorang wanita dari suaranya tetapi aku tidak menyangka kalau dia adalah ras Siren. Aku dengar ras Siren merupakan ras yang langka karena kebanyakan dari mereka hanya tinggal di dalam laut, khususnya di laut Sangu Mare yang merupakan perbatasan antara benua Utara dan benua Selatan," ucapku.
"Iya, bahkan kami yang melihatnya secara langsung juga terkejut ketika melihat dan mengetahui kalau komandan Holy Knights itu merupakan ras Siren," ucap Duke Louis.
"Selain itu tidak hanya komandan Holy Knights itu saja, 2 orang Holy Knights yang bersamanya juga merupakan ras Siren. Selain itu, ada juga seorang Holy Priest yang berasal dari ras Dwarf," ucapku.
"Iya," ucap Duke Louis.
Setelah itu, aku pun terdiam sambil memikirkan sesuatu.
"Ras Siren yang menjadi Holy Knights dan ras Dwarf yang menjadi Holy Priest. Seperti kata nona Elsie, sepertinya Holy Kingdom memang merupakan kerajaan yang tidak terdapat diskriminasi antar ras," pikirku.
Setelah memikirkan itu, aku pun kembali berbicara.
"Aku masih tidak menyangka kalau pemimpin dari Holy Kingdom tiba-tiba muncul dan ikut dalam pembicaraan. Namun aku lebih tidak menyangka setelah mengetahui kalau High Priest Theodor tiba-tiba dibunuh oleh komandan Holy Knights itu. Dari kristal komunikasi, aku mendengar kalau kalian semua pun juga terkejut," ucapku.
"Iya, kami sangat terkejut. Tetapi kami paham alasan komandan Holy Knights itu membunuh High Priest Theodor. Itu karena High Priest Theodor terus memaksa pemimpin Holy Kingdom untuk merekrutmu. Pemimpin Holy Kingdom itu pastinya merasa risih dan beliau pun langsung memerintah komandan Holy Knights itu untuk membunuh High Priest Theodor," ucap Duke Louis.
"Komandan Holy Knights itu sangatlah kuat, hanya dengan satu serangan dari jari telunjuknya saja, dia dapat membunuh High Priest Theodor dengan mudah dengan menghancurkan kepalanya," ucap Duchess Arlet.
Aku pun terdiam setelah mendengar perkataan Duchess Arlet. Sementara aku terdiam, Duchess Arlet terus melanjutkan perkataannya.
"Komandan Holy Knights itu bisa saja membunuh kita semua dengan mudah, tetapi dia tidak melakukan itu. Dia bahkan hanya mengikat kami yang telah membuat kekacauan dengan sihirnya. Yang Mulia Ratu yang bahkan telah menyerang komandan Holy Knights itu juga hanya diikat saja, tidak dibunuh oleh dia," ucap Duchess Arlet.
Aku yang sebelumnya terdiam lalu menanyakan sesuatu kepada Duchess Arlet.
"Bagaimana kalian dan bahkan Yang Mulia Ratu bisa diikat oleh sihir milik komandan Holy Knights itu? Apakah dia memakai semacam tipuan atau jebakan yang membuat kalian dapat diikat dengan mudah?," tanyaku.
"Tidak, kami tidak terkena tipuan atau jebakan. Kami murni terkena terkena sihirnya itu. Sihirnya itu mengikat kami dengan sangat cepat sampai kami tidak sempat untuk menghindar. Selain itu, sihir yang mengikat kami itu juga tidak bisa dihancurkan atau dipatahkan oleh sihir kami, itu karena sihir yang mengikat kami merupakan sihir cahaya," ucap Duchess Arlet.
Aku sedikit terkejut setelah mendengar perkataan Duchess Arlet.
"Sihir cahaya?," pikirku.
"Iya. Komandan Holy Knights itu bisa menggunakan sihir cahaya. Umumnya, sihir cahaya hanya bisa digunakan oleh ras Malaikat. Tetapi selain Malaikat, ada orang-orang tertentu yang bisa menggunakan sihir cahaya, yaitu orang-orang yang mendapatkan ~Blessing~ dari para Malaikat. Komandan Holy Knights itu merupakan salah satu dari orang-orang yang mendapatkan ~Blessing~ itu. Menurut dia, tidak hanya dia saja yang mendapatkan ~Blessing~, tetapi semua komandan Holy Knights juga mendapatkan ~Blessing~. Itu berarti semua komandan Holy Knights juga bisa menggunakan sihir cahaya," ucap Duchess Arlet.
Aku pun terdiam setelah mendengarkan perkataan Duchess Arlet. Aku terdiam sambil memikirkan sesuatu.
"Komandan Holy Knights itu juga bisa menggunakan sihir cahaya sepertiku. Dan dia bisa menggunakan sihir cahaya karena dia merupakan salah satu orang yang mendapatkan ~Blessing~ dari para Malaikat. Apa itu berarti aku juga termasuk dari salah satu orang itu karena aku juga bisa menggunakan sihir cahaya? Tetapi seingatku, aku tidak pernah bertemu dengan ras Malaikat secara langsung. Aku hanya pernah melihatnya ketika mereka sedang berada di atas langit kerajaan ini setelah aku selesai berbincang dengan komandan pasukan iblis itu," pikirku.
Ketika aku sedang terdiam sambil memikirkan hal itu, Duchess Arlet kembali melanjutkan perkataannya.
"Aku terkejut saat mendengar kamu menyetujui untuk bertarung dengan komandan Holy Knights itu. Aku tahu kalau kamu itu kuat, Rid. Kamu bahkan bisa mengatasi tuan Remy yang sudah berubah menjadi iblis sendirian. Tetapi komandan Holy Knights itu berbeda. Komandan Holy Knights itu lebih kuat dari tuan Remy. Komandan Holy Knights itu bahkan belum mengeluarkan semua kemampuannya tetapi dia sudah mampu mengunci dan membatasi pergerakan kami semua yang ada di ruangan itu,"
"Untungnya pemimpin Holy Kingdom menggagalkan pertarungan itu. Jika pertarungan itu benar-benar terjadi, aku yakin kamu akan kalah, Rid," ucap Duchess Arlet.
Aku pun terdiam setelah mendengar perkataan Duchess Arlet. Tidak lama kemudian, aku pun mulai berbicara kembali.
"Meski begitu, aku tidak bisa diam saja begitu mengetahui kalau kalian sedang disandera di ruangan yang ada di White Palace. Apalagi saat itu High Priest Theodor berniat melakukan sesuatu kepada kalian berdua. Saat itu yang ada di pikiranku hanyalah untuk membebaskan kalian semua, aku tidak peduli apabila harus bertarung dengan komandan Holy Knights itu," ucapku.
"Rid.....," ucap Duchess Arlet.
Setelah mengatakan itu, Duchess Arlet pun terdiam. Duke Louis pun terdiam seperti Duchess Arlet. Namun tidak lama kemudian, Duke Louis mulai berbicara.
"Sudah lupakan saja soal ini. Lagipula kejadian yang terjadi di White Palace sudah berakhir. Sebelumnya aku hanya ingin memberitahu tentang apa yang terjadi di White Palace saja,"
"Itu saja yang ingin aku beritahukan tentang apa yang terjadi di White Palace," ucap Duke Louis.
"Terima kasih karena telah memberitahuku tentang sesuatu yang terjadi di White Palace, paman Louis," ucapku.
"Sama-sama, Rid. Lalu selanjutnya, kamu sebelumnya bilang kalau kamu juga ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan kami. Apa itu?," tanya Duke Louis.
"Maaf, paman. Lebih tepatnya, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan bibi Arlet," ucapku.
"Dengan Arlet?," tanya Duke Louis.
"Denganku?," tanya Duchess Arlet.
Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat bingung setelah mendengar perkataanku.
"Iya, bibi Arlet," ucapku.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Rid? Ah tapi tunggu sebentar. Aku lupa kalau ada yang menitipkan pesan kepadamu," ucap Duchess Arlet.
"Pesan untukku?," tanyaku sedikit penasaran.
"Iya, pesan ini dari kepala akademi. Pesan ini bukan untukmu saja, melainkan juga untuk Irene," ucap Duchess Arlet.
"Pesan dari nona Karina? Selain itu, nona Karina juga menitipkan pesan yang sama kepada Irene? Apa isi pesannya, bibi Arlet?," tanyaku.
"Beliau berpesan agar kamu dan Irene yang masih merupakan anggota Elevrad datang ke akademi. Beliau bilang kalau beliau ingin membicarakan sesuatu dengan para anggota Elevrad," ucap Duchess Arlet.
"Begitu ya. Apa anda sudah menyampaikan pesan itu kepada Irene? Jika belum, aku yang akan menyampaikannya nanti," ucapku.
"Aku belum menyampaikannya kepada Irene, jadi nanti tolong kamu sampaikan kepada Irene," ucap Duchess Arlet.
"Baik, bibi Arlet. Setelah aku menyampaikan pesannya kepada Irene, besok aku akan pergi bersama dengannya ke akademi," ucapku.
"Besok aku juga akan mengutus Leandra dan Lily untuk menemani kalian. Meskipun dari yang aku dengar kalau Leandra dan Lily bukan bagian dari Elevrad, tetapi aku akan mengutus mereka sebagai penjaga kalian di perjalanan. Aku juga akan mengutus beberapa prajurit untuk menjaga kalian,"
"Aku harus melakukan ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Mungkin saja besok ketika kamu sedang berangkat untuk menuju ke akademi, ada pihak seperti gereja Sancta Lux atau yang lainnya yang ingin menyerang kalian. Maka dari itu, aku memutuskan untuk mengutus para prajurit untuk menjaga kalian meskipun aku tahu kalau kamu sebenarnya tidak membutuhkannya," ucap Duchess Arlet.
"Iya, memang. Tetapi jika bibi Arlet maunya seperti itu maka aku tidak akan menolak," ucapku.
"Baguslah jika kamu cepat mengerti. Itu saja pesan yang dititipkan untukmu. Sekarang mari kita membahas tentang hal sebelumnya. Apa yang ingin kamu bicarakan denganku, Rid?," tanya Duchess Arlet.
Setelah mendengar pertanyaan Duchess Arlet, aku pun langsung menjawabnya.
"Aku dengar dari Irene kalau bibi Arlet bisa mengeluarkan tekanan aura. Apa bibi Arlet bisa mengendalikan tekanan aura yang bibi keluarkan? Jika iya, aku minta tolong kepada bibi Arlet untuk memberitahuku cara mengendalikan tekanan aura," ucapku.
-
Sementara itu, kembali ke sebuah pantai tempat para iblis yang sedang berkumpul.
Para iblis itu masih berkumpul di pantai itu sambil melihat ke arah sebuah portal yang ada di hadapan mereka. Seorang iblis yang mengenakan pedang yang berdiri di depan para iblis itu pun juga terus melihat ke arah portal yang ada di hadapannya. Tidak lama kemudian, di dalam portal itu tiba-tiba ada seseorang yang melompat keluar. Seseorang yang melompat keluar itu kini langsung berdiri di hadapan iblis yang mengenakan pedang dan para iblis yang ada di belakangnya. Seseorang yang melompat itu awalnya mengenakan jubah. Namun tidak lama setelah dia berdiri di hadapan para iblis itu, orang itu langsung membuka dan melepaskan jubahnya. Setelah dilepas, orang itu ternyata adalah seorang wanita. Wanita itu adalah nona Leirion yang merupakan salah satu dari komandan prajurit iblis.
Setelah melihat nona Leirion yang sudah ada di hadapan mereka, para iblis itu termasuk iblis yang mengenakan pedang langsung berlutut ke arah nona Leirion.
"Selamat datang kembali, Yang Mulia Ratu," ucap para iblis itu.
"Iya, aku kembali," ucap nona Leirion.
Setelah itu, para iblis yang sebelumnya berlutut pun kemudian mulai berdiri kembali.
"Karena Yang Mulia Ratu sudah kembali, mari kita segera kembali ke kerajaan karena kita harus segera bersiap. Sebelumnya Ya-," ucap iblis yang mengenakan pedang yang ada di depan para iblis itu.
Tetapi sebelum iblis itu menyelesaikan perkataannya, nona Leirion lebih dulu memotong perkataan iblis itu.
"Tunggu sebentar," ucap nona Leirion.
Nona Leirion kemudian melihat ke arah hutan yang jaraknya cukup jauh dari pantai tempat mereka berada saat ini.
"Ada seseorang yang sedang mengintip kita," ucap nona Leirion.
Para iblis itu pun terkejut setelah mendengar perkataan nona Leirion.
"Apa? Ada seseorang yang sedang mengintip kita? Tetapi saya sama sekali tidak merasakan kalau ada yang sedang mengintip kita," ucap iblis yang mengenakan pedang.
Nona Leirion tidak menanggapi perkataan mereka yang sedang terkejut. Dia kemudian berjalan secara perlahan ke arah hutan yang sedang dilihatnya.
"Aku tahu kalau kamu sedang bersembunyi di belakang pohon yang ada disana. Keberadaanmu mungkin tidak bisa dirasakan oleh para anak buahku, tetapi aku bisa merasakan keberadaanmu,"
"Karena kamu sudah ketahuan, lebih baik kamu segera keluar atau aku yang akan menyeretmu keluar secara paksa," ucap nona Leirion sambil terus berjalan ke arah hutan yang sedang dilihatnya.
Setelah nona Leirion mengatakan itu, tidak ada respon sedikitpun dari orang yang sedang mengintip di hutan seperti yang dikatakan olehnya. Namun tidak lama kemudian, ada bayangan seseorang yang sedang berjalan di hutan yang sedang dilihat oleh nona Leirion. Bayangan seseorang itu saat ini sedang berjalan untuk menghampiri nona Leirion.
-Bersambung