Sementara itu di salah satu ruangan yang ada di kediaman Duke Louis.
Pembicaraan yang terjadi antara aku, Duke Louis dan Duchess Arlet masih berlangsung
"Memberitahumu cara mengendalikan tekanan aura?," tanya Duchess Arlet.
"Iya, bibi Arlet," ucapku.
"Begitu ya. Jadi kamu sudah mengetahui kalau kamu bisa mengeluarkan tekanan aura. Aku pernah merasakan tekanan aura yang kamu keluarkan saat terjadinya penyerangan yang dilakukan oleh tuan Remy di akademi,"
"Jujur saja, saat itu aku tidak tahu siapa yang mengeluarkan tekanan aura itu. Tekanan aura yang kurasakan saat itu lebih kuat dari milik Yang Mulia Ratu. Namun Irene bilang kalau dia pernah merasakan tekanan aura itu saat dia berada di kampung halamanmu. Dia bilang tekanan aura itu berasal darimu. Aku tidak menyangka kalau kamu bisa mengeluarkan tekanan aura sebesar itu," ucap Duchess Arlet.
"Aku juga merasakannya saat itu. Tekanan aura yang terasa saat itu memang lebih kuat dari yang biasanya dikeluarkan oleh Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis.
"Aku minta maaf karena telah mengeluarkan tekanan aura yang kuat saat itu. Saat itu, aku benar-benar tidak tahu kalau aku sedang mengeluarkan tekanan aura. Yang aku ingat saat itu aku hanya merasa marah dan segera ingin mengalahkan tuan Remy,"
"Aku baru tahu kalau aku bisa mengeluarkan tekanan aura dari Irene tadi. Bahkan Irene bilang kalau aku sudah 4 kali mengeluarkan tekanan aura saat Irene berada di dekatku, salah satunya ketika aku sedang berbicara dengan High Priest Theodor lewat kristal komunikasi tadi," ucapku.
"Hmmm begitu ya. Sebelumnya para prajurit mengatakan kalau mereka merasakan tekanan udara yang tiba-tiba menjadi berat dan mereka kemudian langsung tidak sadarkan diri. Jadi itu disebabkan oleh tekanan aura yang kamu keluarkan. Baik Irene dan Nadine tidak memberitahuku soal ini sebelumnya," ucap Duchess Arlet.
"Iya. Irene bilang kalau mereka tidak sadarkan diri karena tekanan aura yang aku keluarkan. Aku minta maaf karena telah membuat para prajurit kalian tidak sadarkan diri, bibi Arlet, paman Louis," ucapku.
"Kamu tidak perlu meminta maaf, Rid. Lagipula kamu melakukan itu dengan tidak sengaja," ucap Duchess Arlet.
"Arlet benar, Rid. Kamu tidak perlu minta maaf," ucap Duke Louis.
"Baiklah, paman Louis, bibi Arlet," ucapku.
Setelah itu, Duchess Arlet pun kembali berbicara.
"Jadi saat kamu sedang berbicara dengan High Priest Theodor, kamu juga sedang mengeluarkan tekanan aura tanpa sengaja ya. Kalau diingat lagi, sebelumnya kamu sempat menanyakan sesuatu kepada High Priest Theodor tentang apakah dia sedang mengancammu atau tidak. Saat kamu menanyakan itu, suaramu terdengar berbeda dari yang biasanya. Sepertinya saat itu kamu sudah mengeluarkan tekanan aura," ucap Duchess Arlet.
"Aku juga ingat saat ini. Ketika mendengar suaramu, aku sempat merasa merinding, Rid," ucap Duke Louis.
"Mungkin iya, bibi Arlet. Saat itu aku merasa marah karena High Priest Theodor seperti sedang mengancamku. Irene bilang aku selalu mengeluarkan tekanan aura ketika sedang marah," ucapku.
"Ketika sedang marah ya. Ya memang biasanya tekanan aura bisa muncul dengan sendirinya tergantung dengan emosi atau perasaan orang yang bisa mengeluarkan tekanan aura. Aku pun juga begitu,"
"Lalu soal kamu yang memintaku untuk memberitahumu cara untuk mengendalikan tekanan aura, aku minta maaf, Rid. Aku sepertinya tidak bisa membantumu. Aku memang bisa mengeluarkan tekanan aura. Tetapi aku tidak terlalu bisa mengendalikannya. Tekanan aura yang aku keluarkan masih harus bergantung pada emosiku sendiri. Berbeda dengan orang-orang yang bisa mengendalikan tekanan aura, mereka bisa mengeluarkan tekanan aura semau mereka tanpa bergantung dengan emosi. Contohnya meskipun mereka sedang tidak marah, mereka bisa tetap mengeluarkan tekanan aura untuk mengintimidasi lawan mereka. Satu-satunya orang yang aku tahu bisa melakukan itu di kerajaan ini adalah Yang Mulia Ratu," ucap Duchess Arlet.
"Begitu ya. Sepertinya aku memang harus meminta tolong kepada Yang Mulia Ratu soal ini," ucapku.
"Aku minta maaf karena tidak bisa membantumu, Rid," ucap Duchess Arlet.
"Tidak apa-apa, bibi Arlet. Anda tidak perlu minta maaf. Aku juga memutuskan untuk bertanya kepada anda karena aku mendapatkan informasi dari Irene kalau anda bisa mengeluarkan tekanan aura. Irene hanya bilang kalau anda bisa mengeluarkan tekanan aura saja, dia tidak bilang kalau anda bisa mengendalikannya. Aku sendiri yang berinisiatif untuk menanyakan soal itu kepada anda," ucapku.
"Baiklah jika kamu bilang seperti itu. Ya sudah nanti kamu tunggu saja kesempatan untuk bisa berbicara dengan Yang Mulia Ratu. Sebelumnya Yang Mulia Ratu bilang ingin berbicara denganmu jika ada kesempatan. Saat kesempatan itu tiba, kamu tanyakan kepada beliau cara mengendalikan tekanan aura," ucap Duchess Arlet.
"Baik, bibi Arlet. Karena aku sudah mengetahui kalau aku bisa mengeluarkan tekanan aura, aku harus bisa mengendalikannya. Jika aku bisa mengendalikan tekanan aura, setidaknya ini menandakan kalau aku sudah sedikit bertambah kuat. Aku harus terus bertambah kuat untuk bisa mewujudkan impianku," ucapku.
Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat penasaran dengan perkataanku.
"Impian? Kalau boleh tahu, memangnya apa impianmu, Rid?," tanya Duchess Arlet.
"Impianku adalah untuk merubah dunia ini menjadi damai. Aku akan menyatukan seluruh kerajaan, ras bahkan 2 benua yang saat ini terpisah menjadi satu. Aku akan merubah dunia ini menjadi tempat dimana semua ras bisa hidup berdampingan," ucapku.
-
Kembali ke pantai tempat nona Leirion dan para Iblis berada.
Nona Leirion dan para iblis yang ada di belakangnya saat ini sedang melihat bayangan seseorang yang sedang berjalan menghampirinya. Para iblis yang ada di belakang nona Leirion terlihat sedang waspada dengan orang yang sedang berjalan menghampiri nona Leirion, sementara nona Leirion terlihat hanya bersikap biasa saja. Tidak lama kemudian, wujud orang itu yang sebelumnya hanyalah sebuah bayangan atau siluet saja mulai terlihat secara perlahan. Wujud orang itu adalah seorang manusia yang mengenakan topi seperti sebuah topi koboi. Orang itu terlihat membawa sebuah pedang dan 2 senapan kecil di pinggangnya. Orang itu adalah Nexus, komandan pertama dari Engill Forstorelse.
"Aku tidak menyangka kalau keberadaanku akan bisa diketahui. Padahal aku sudah mengintip dari jarak yang cukup jauh. Dengan kemampuan merasakan keberadaan seseorang dalam ruang lingkup yang jauh, sepertinya kamu merupakan seorang iblis tingkat tinggi," ucap Nexus kepada nona Leirion.
Nona Leirion hanya diam saja sambil melihat ke arah Nexus yang terus berjalan untuk menghampirinya. Nona Leirion mungkin hanya diam saja, tetapi iblis yang membawa pedang yang berada tepat di belakang nona Leirion langsung menanggapi perkataan Nexus.
"Kau, beraninya kau berbicara tidak sopan kepada Ya-," ucap iblis yang membawa pedang itu.
Tetapi sebelum iblis itu menyelesaikan perkataannya, nona Leirion lebih dulu memotong perkataannya itu.
"Diam, Agaris," ucap nona Leirion.
Iblis itu pun terkejut setelah nona Leirion memotong perkataannya. Namun iblis itu langsung menanggapi perkataan nona Leirion.
"Maaf, Yang Mulia Ratu," ucap iblis itu.
Nama iblis yang membawa pedang itu adalah Agaris. Dia merupakan salah satu anak buah terkuat yang dimiliki oleh nona Leirion.
Lalu setelah menyuruh Agaris untuk diam, nona Leirion lalu melihat dan memperhatikan tubuh dari Nexus dengan lebih teliti. Setelah memperhatikan tubuh Nexus, nona Leirion lalu mulai berbicara.
"Manusia, aku tidak melihat adanya tanda pengenal di salah satu bagian tubuhmu yang mudah terlihat. Kamu sepertinya berasal dari benua utara. Untuk apa manusia sepertimu datang ke benua elatan?," tanya nona Leirion.
"Seperti katamu, aku memang berasal dari benua Utara. Aku tahu kalau manusia atau ras lain selain ras iblis yang tinggal di benua selatan memiliki tanda pengenal di salah satu bagian tubuh yang mudah terlihat. Jadi jika ada ras lain yang tidak memiliki tanda pengenal, maka bisa dipastikan kalau ras itu berasal dari benua utara,"
"Alasanku datang kesini adalah untuk mencari informasi tentang kerajaan dari ras Siren yang ada di dalam laut sana....., Laut Sangu Mare," ucap Nexus sambil melihat ke arah laut yang berada tidak jauh darinya.
Seluruh lautan yang Nexus liat terlihat memiliki gelombang ombak yang sangat besar dan dahsyat. Seluruh lautan itu terlihat seperti sedang terjadi badai bahkan seluruh langit yang ada di atas laut itu terlihat gelap dan banyak petir yang menyambar. Tidak ada sedikitpun perairan yang tenang yang dilihat oleh Nexus, semua perairan itu memiliki ombak yang ganas. Laut yang dilihat oleh Nexus itu merupakan laut Sangu Mare. Laut Sangu Mare merupakan perbatasan laut antara benua utara dan benua selatan.
Lalu setelah melihat ke arah laut Sangu Mare, Nexus lu kembali melihat ke arah nona Leirion.
"Aku sudah beberapa tahun mencari informasi tentang kerajaan itu sekaligus mencari jalan masuk untuk menuju kerajaan itu. Tetapi aku sama sekali tidak menemukannya. Apa kamu tahu informasi tentang kerajaan itu dan jalan masuknya, nona iblis?," tanya Nexus.
Nona Leirion pun langsung menanggapinya.
"Aku tidak mengetahuinya," ucap nona Leirion.
"Hmmm begitu ya," ucap Nexus.
Setelah itu, Nexus menatap tajam ke arah nona Leirion. Tidak lama kemudian, Nexus mulai berbicara kembali.
"Kamu terlihat menjawab dengan jujur jadi aku akan percaya dengan perkataanmu. Sepertinya tugas yang diberikan oleh tuan Raven tidak akan selesai-selesai jika aku tidak kunjung mendapatkan informasi tentang kerajaan Siren," ucap Nexus.
"Begitu ya. Jadi alasan kamu ada disini untuk mencari informasi tentang kerajaan Siren. Namun saat kamu sedang mencari informasi itu, secara tidak sengaja kamu melihat kami yang sedang berada di pantai. Kamu pun penasaran dan memutuskan untuk mengintip kami dari hutan itu," ucap nona Leirion.
"Ya, kamu benar, nona iblis," ucap Nexus.
"Jika alasanmu seperti itu, maka aku akan membiarkanmu. Sekarang lebih baik kamu segera pergi dari tempat ini," ucap nona Leirion.
Setelah mendengar perkataan nona Leirion, Nexus pun langsung menanggapinya.
"Tunggu sebentar, nona Iblis. Meskipun tujuanku kesini adalah untuk mencari informasi tentang kerajaan Siren, tetapi karena kebetulan aku bertemu dengan iblis tingkat tinggi sepertimu, maka ada sesuatu yang ingin aku sampaikan," ucap Nexus.
Nona Leirion lalu menatap tajam ke arah Nexus.
"Apa itu?," tanya nona Leirion.
"Kalian sebagai ras iblis tentu sangat memusuhi ras Malaikat. Meskipun saat ini sedang terjadi gencatan senjata antara ras Iblis dan ras Malaikat, tetapi kalian tidak begitu saja menerima gencatan senjata ini kan? Kalian pasti ke depannya berniat untuk mendeklarasikan 'Great Holy War' lagi," ucap Nexus.
Nona Leirion terdiam setelah mendengar perkataan Nexus. Meski begitu, Nexus terus melanjutkan perkataannya.
"Organisasi kami memiliki tujuan untuk memusnahkan ras Malaikat, kalian pun juga sama kan? Dengan musnahnya ras Malaikat, kalian bisa menguasai seluruh dunia ini. Karena tujuan kita sama, maka aku ingin mengajukan tawaran kepada kalian,"
"Bagaimana jika kita bekerja sama untuk memusnahkan ras Malaikat?," tanya Nexus.
-Bersambung