Chereads / Peace Hunter / Chapter 470 - Chapter 470 : Tekanan Aura Yang Tidak Disadari part 2

Chapter 470 - Chapter 470 : Tekanan Aura Yang Tidak Disadari part 2

Masih di sebuah lorong yang ada di White Palace.

Orang-orang yang sebelumnya tertidur karena kekuatan nona Laviena pun satu persatu mulai sadarkan diri. Charles, yang juga berada di lorong itu pun juga mulai sadarkan diri. Charles terlihat bingung ketika dia baru saja terbangun.

"Ada apa ini? Kenapa aku sebelumnya tergeletak di lantai? Apa sebelumnya aku tertidur?," tanya Charles.

Charles tahu kalau sebelumnya dia sedang terbaring di lantai karena setelah dia sudah sadarkan diri, tubuhnya masih terbaring di lantai. Kini dia sedang duduk sambil melihat ke sekelilingnya. Beberapa orang yang ada di lorong itu terlihat masih terbaring di lantai meskipun mereka sudah sadarkan diri. Sementara sisanya terlihat sedang duduk di lantai. Tidak ada dari mereka yang sedang berdiri di lorong itu. Mereka masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka karena mereka tiba-tiba sadarkan diri dengan kondisi tubuh yang sudah terbaring di lantai.

Setelah melihat ke sekeliling lorong itu, Charles lalu menoleh ke samping untuk melihat Chloe dan Caroline. Ketika Charles sudah menoleh ke samping, Charles melihat Chloe dan Caroline yang masih terbaring di lantai. Meski begitu, mereka berdua terlihat sudah sadarkan diri.

"Chloe, Carol, apa kalian juga tertidur sebelumnya?," tanya Charles.

Chloe yang masih terbaring di lantai, secara perlahan mulai bangun. Setelah bangun, kini dia pun duduk di lantai sama seperti Charles.

"Tertidur? Aku tidak tahu. Yang jelas aku merasa kalau aku baru saja terbangun dan tahu-tahu tubuhku sudah terbaring di lantai," ucap Chloe.

"Aku juga merasa sama seperti kakak Chloe," ucap Caroline yang masih terbaring di lantai.

Setelah mendengar perkataan mereka berdua, Charles pun terdiam sambil memikirkan sesuatu.

"Ini aneh, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada kami? Tidak hanya kami bertiga saja, tetapi semua orang yang ada di lorong ini seperti merasa baru saja tertidur. Dengan tubuh kami yang terbaring di lantai ketika kami baru saja terbangun, itu membuktikan kalau kami memang telah tertidur. Tetapi apa penyebab kami bisa tertidur?," pikir Charles.

Charles terus memikirkan tentang hal itu. Ketika sedang memikirkan tentang hal itu, tiba-tiba Charles teringat akan sesuatu.

"Aku ingat. Sebelum aku terbangun, aku mendengar suara senandung wanita di lorong ini. Setelah aku mendengar suara senandung itu, aku tidak ingat apa-apa lagi. Yang aku ingat setelah itu adalah aku tiba-tiba terbangun dengan tubuh yang sedang terbaring di lantai,"

"Apa suara senandung itu yang membuat semua orang di lorong ini tertidur? Jika benar, siapa orang yang telah melakukan itu," pikir Charles.

Setelah Charles memikirkan itu, Charles lalu melihat kembali ke arah Chloe dan Caroline.

"Chloe, Carol, apa kalian ingat kalau sebelumnya ada suara senandung wanita di ruangan ini?," tanya Charles.

Chloe dan Caroline terdiam sesaat setelah mendengar perkataan Charles. Tidak lama kemudian, mereka pun mulai berbicara.

"Iya, aku ingat. Ketika itu, semua orang yang ada di lorong ini terlihat bingung dengan suara senandung itu. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi dan tahu-tahu aku terbangun dengan tubuh yang terbaring di lantai," ucap Chloe.

"Aku juga ingat tentang itu dan aku juga merasakan hal yang sama dengan kakak Chloe," ucap Caroline.

"Iya, aku pun juga sama. Sepertinya suara senandung wanita itu yang telah membuat kita semua tertidur. Tetapi aku masih belum tahu siapa yang melakukan itu dan apa tujuannya," ucap Charles.

Setelah Charles mengatakan itu, tiba-tiba suasana di lorong itu menjadi sedikit heboh. Charles, Chloe dan Caroline pun sedikit terkejut dengan perubahan suasana di lorong itu. Mereka pun mencari tahu apa penyebab perubahan suasana itu. Mereka melihat kalau semua orang yang ada di ruangan itu sedang melihat ke arah yang sama yaitu ke salah satu ujung lorong. Mereka bertiga pun juga melihat ke arah yang sama dengan orang-orang itu. Ketika mereka melihat ke arah ujung lorong itu, mereka melihat Ratu Kayana, Duke Louis, Duchess Arlet dan yang lainnya sedang berjalan untuk mendekati mereka. Ternyata mereka lah penyebab perubahan suasana di lorong itu.

"Ibunda?," tanya Charles.

Ratu Kayana terus berjalan untuk menghampiri Charles, Chloe dan Caroline. Tidak lama kemudian, Ratu Kayana pun sudah berada di hadapan mereka bertiga. Disaat Ratu Kayana berdiri di hadapan Charles, Chloe dan Caroline, orang-orang yang ikut bersama Ratu Kayana seperti Duke Louis, Duchess Arlet dan yang lainnya terlihat sedang menghampiri orang-orang yang mereka kenal yang berada di lorong itu.

Setelah Ratu Kayana sudah berada dihadapan mereka bertiga, Charles lalu menanyakan sesuatu kepada Ratu Kayana.

"Ibunda, kenapa ibunda datang kesini? Bukannya ibunda sedang mengadakan rapat dengan para Duke, Duchess dan komandan prajurit?," tanya Charles.

"Iya, awalnya kami memang sedang mengadakan rapat. Tetapi kami memutuskan untuk keluar sebentar dan memeriksa kondisi di sekitar istana ini. Daripada itu, kalian baik-baik saja, kan?," tanya Ratu Kayana.

"Iya, aku baik-baik saja, ibunda," ucap Chloe.

"Aku juga baik-baik saja, ibunda. Meski saat ini aku masih berbaring di lantai tetapi ini bukan karena aku tidak baik-baik saja. Aku hanya merasa nyaman seperti ini makanya aku terus berbaring," ucap Caronlie.

Ratu Kayana terlihat tersenyum setelah mendengar perkataan Caroline.

"Aku juga baik-baik saja, Ibunda. Daripada itu, mendengar ibunda yang menanyakan apakah kami baik-baik saja atau tidak, kelihatannya ada sesuatu yang terjadi disini," ucap Charles.

"Tidak ada sesuatu yang terjadi disini, Charles. Aku menanyakan tentang itu karena menurutku wajar bagiku yang merupakan ibu kalian untuk menanyakan apakah kalian baik-baik saja atau tidak," ucap Ratu Kayana.

"Jangan berbohong, ibunda. Aku tahu kalau sebenarnya ada sesuatu yang terjadi disini," ucap Charles.

Ratu Kayana pun terdiam setelah mendengar perkataan Charles.

"Semua orang di lorong ini merasa bingung karena mereka tiba-tiba terbangun dengan tubuh yang terbaring di lantai. Aku pun sama, aku juga merasa bingung. Kelihatannya kami semua yang ada di lorong ini telah tertidur karena ulah seseorang. Sebelumnya, aku, Chloe dan Caroline mengingat kalau ada suara senandung wanita yang terdengar di lorong ini. Setelah itu, kami tidak ingat apa-apa lagi dan tahu-tahu kami terbangun dengan tubuh yang terbaring dari lantai,"

"Lalu setelah mendengar ibunda yang menanyakan kalau kami baik-baik saja atau tidak, itu semakin membuktikan kalau disini memang telah terjadi sesuatu. Ibunda tidak perlu berbohong soal itu, aku tahu kalau memang ada sesuatu yang telah terjadi disini," ucap Charles.

Ratu Kayana masih terdiam setelah mendengar perkataan Charles. Namun tidak lama kemudian, Ratu Kayana pun mulai berbicara kembali.

"Memang benar kalau baru saja ada sesuatu yang terjadi disini. Tetapi aku minta maaf, aku tidak bisa memberitahumu lebih lanjut tentang sesuatu yang terjadi ini. Tetapi kamu tidak perlu khawatir, sesuatu yang baru saja terjadi disini bukanlah sesuatu yang berbahaya," ucap Ratu Kayana.

Charles pun terdiam setelah mendengar perkataan Ratu Kayana. Tidak lama kemudian, Charles pun kembali berbicara.

"Baiklah jika ibunda tidak mau memberitahunya. Aku tahu kalau ibunda pastinya punya alasan kenapa tidak memberitahu soal itu," ucap Charles.

"Terima kasih karena sudah mengerti, Charles," ucap Ratu Kayana.

Setelah itu, Charles, Chloe dan Caroline secara perlahan mulai berdiri. Kemudian, mereka pun lalu mulai berbincang dengan Ratu Kayana.

-

Sementara itu, di sisi lain dari lorong tempat mereka berada saat ini.

Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat sedang berbincang dengan komandan Mina dan beberapa prajurit Duke San Lucia ada di lorong itu.

"Tuan Duke, nona Duchess, sebenarnya apa yang telah terjadi? Tiba-tiba aku dan para prajurit terbangun dengan posisi terbaring di lantai," ucap komandan Mina.

"Memang ada sesuatu yang telah terjadi. Tetapi aku minta maaf, Mina, aku sudah berjanji dengan Yang Mulia Ratu untuk memberitahunya secara detail," ucap Duke Louis.

"Baiklah jika anda bilang begitu. Tetapi kondisi anda dan nona Duchess baik-baik saja, kan?," tanya komandan Mina.

"Iya, aku baik-baik saja. Kamu bisa melihatnya sendiri," ucap Duke Louis.

"Aku juga baik-baik saja," ucap Duchess Arlet.

"Syukurlah kalau begitu," ucap komandan Mina.

Setelah itu, komandan Mina, Duke Louis, Duchess Arlet dan beberapa prajurit Duke San Lucia pun mulai berbincang. Orang-orang yang ikut bersama dengan Ratu Kayana ke lorong itu pun terlihat juga sedang berbincang dengan orang yang mereka kenal di lorong itu. Mereka berbincang cukup lama di lorong itu.

Lalu, setelah mereka selesai berbincang, Ratu Kayana dan yang lainnya pun kembali bergerak untuk melihat situasi yang terjadi di seluruh White Palace. Mereka semua mulai bergerak untuk memeriksa seluruh bagian dari White Palace seperti pintu masuk utama ke White Palace, halaman White Palace bahkan hingga ke gerbang masuk wilayah White Palace.

Setiap tempat di White Palace yang mereka datangi, terdapat orang-orang yang masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kebingungan mereka sama dengan yang dialami oleh orang-orang di lorong sebelumnya yaitu mereka tiba-tiba terbangun dengan kondisi terbaring di lantai atau tanah. Dengan melihat kondisi mereka secara langsung, Ratu Kayana dan yang lainnya pun meyakini kalau nona Laviena benar-benar telah membuat semua orang yang ada di White Palace tertidur dengan kemampuan khusus yang berasal dari rasnya.

"Komandan Holy Knights itu benar-benar kuat. Sesuai perkataannya, dia benar-benar telah membuat semua orang yang ada di istana ini tertidur," pikir Ratu Kayana.

Setelah mendatangi setiap tempat yang ada di White Palace dan menjelaskan situasinya kepada mereka yang masih bingung, Ratu Kayana dan yang lainnya lalu kembali ke ruangan tempat mereka berdiskusi sebelumnya. Setelah sampai di ruangan itu, terlihat Duchess Hazel dan Duchess Ecrin telah sadarkan diri. Melihat Duchess Hazel dan Duchess Ecrin telah sadarkan diri, Ratu Kayana lalu meminta kepada semua orang yang ada di ruangan itu untuk duduk.

"Karena nona Hazel dan nona Ecrin telah sadarkan diri, aku meminta kalian semua untuk duduk di tempat duduk kalian masing-masing. Kita akan melanjutkan diskusi kita tentang insiden penyerangan yang terjadi di kerajaan ini," ucap Ratu Kayana.

-

Sementara itu, di halaman depan kediaman Duke Louis, tempat Rid berada.

Setelah selesainya pembicaraan antara aku dan Duke Louis lewat kristal komunikasi, aku, Irene dan senior Nadine pun kembali berbincang tentang hal yang kami bahas sebelumnya. Sementara itu, para prajurit Duke San Lucia yang ada di sekitar kami terlihat mulai pergi untuk melakukan tugas yang diberikan oleh Irene.

Awalnya tepat setelah Duke Louis mengakhiri panggilan lewat kristal komunikasi, aku menyadari kalau beberapa prajurit terlihat berada tidak jauh dariku untuk mendengarkan percakapanku dengan Duke Louis dan juga Ratu Kayana. Tetapi setelah itu, Irene langsung memerintahkan mereka untuk berhenti menguping dan melakukan tugas mereka masing-masing. Mereka pun langsung menuruti perintah Irene dan saat ini mereka mulai pergi untuk melakukan tugas mereka masing-masing.

"Aku masih tidak menyangka kalau aku mengeluarkan tekanan aura tanpa sadar," ucapku.

"Dari yang aku rasakan, aku sudah merasakan tekanan aura yang kamu keluarkan sebanyak 4 kali. Pertama, saat aku menemanimu ke Desa Aston setelah insiden penyerangan di kampung halamanmu itu. Kedua, di Akademi saat tuan Duke Remy melakukan penyerangan. Ketiga, saat kamu membunuh High Priest Julian tadi. Keempat, tekanan aura yang baru saja kamu keluarkan di tempat ini," ucap Irene.

"Aku ingat, saat di Desa Aston, tiba-tiba kamu memelukku dan memintaku untuk mengubah tekanan udara yang tiba-tiba menjadi berat di tempat itu. Jadi saat itu aku sedang mengeluarkan tekanan aura ya," ucapku.

"Iya. Saat itu kamu bilang kalau kamu merasakan kalau tekanan udaranya tidak berubah. Kamu juga tidak melakukan apa-apa terhadap tekanan udara yang berubah itu. Maka dari itu aku berhenti untuk menanyaimu tentang itu. Saat kamu menanyaiku apakah aku mengalami halusinasi atau tidak, aku terpaksa menjawab 'iya' karena aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi sekarang aku yakin kalau memang kamu lah yang telah merubah tekanan udara saat kita berada di desa Aston. Kamu telah merubah tekanan udara secara tidak sadar ketika berada di tempat itu," ucap Irene.

"Begitu ya. Saat itu, pantas saja nona Karina juga menanyaiku apakah aku yang telah mengeluarkan tekanan aura saat disana. Nona Karina juga menyadari kalau memang aku lah yang telah mengeluarkan tekanan aura itu. Tetapi aku sama sekali tidak menyadari kalau aku telah mengeluarkan tekanan aura. Yang aku ingat saat itu aku sedang marah ketika melihat makam para warga Desa Aston yang telah tewas akibat diserang," ucapku.

"Kemarahanmu itu sepertinya merupakan pemicu yang membuatmu mengeluarkan tekanan aura tanpa sadar. Sama seperti saat kamu membunuh High Priest Julian, kamu saat itu sedang marah kan?," tanya Irene.

"Iya, aku saat itu sedang marah," ucapku.

"Lalu saat kamu berbicara dengan High Priest Theodor lewat kristal komunikasi, kamu saat itu juga sedang marah kan?," tanya Irene.

"Iya," ucapku.

"Berarti pemicunya memang karena kemarahanmu, Rid," ucap Irene.

Aku pun terdiam sambil terus memikirkan perkataan Irene. Ketika aku sedang terdiam, senior Nadine pun mulai berbicara.

"Dari yang aku tahu, semua perasaan mempengaruhi keluarnya tekanan aura. Jadi bukan kemarahan saja yang memicu keluarnya tekanan auramu itu, Rid. Bisa saja perasaan lain yang ada pada dirimu juga akan menjadi pemicunya. Cuma saat ini hanya perasaan marahmu saja yang menjadi pemicunya,"

"Karena kamu sekarang sudah mengetahui kalau kamu bisa mengeluarkan tekanan aura, kamu harus belajar untuk mengendalikannya, Rid. Tekanan aura yang kamu keluarkan sangatlah dahsyat, akan sangat berbahaya apabila kamu terus mengeluarkan tekanan aura itu tanpa sadar," ucapku.

Aku yang sebelumnya terdiam pun langsung menanggapi perkataan senior Nadine.

"Iya, kamu benar, senior. Aku harus mengendalikan tekanan aura yang aku miliki. Aku tidak mau merepotkan atau membahayakan orang-orang yang ada di sekitarku apabila aku mengeluarkan tekanan aura tanpa sadar lagi. Sebelumnya aku pernah membaca informasi tentang tekanan aura di salah satu buku milik kakekku, mungkin aku bisa mendapatkan informasi tentang cara mengendalikannya dari buku itu," ucapku.

"Kamu juga bisa belajar mengendalikannya secara langsung dari orang yang bisa mengendalikan tekanan aura. Tidak semua orang bisa mengeluarkan tekanan aura, apalagi mengendalikannya. Di kerajaan ini, yang aku tahu bisa mengeluarkan tekanan aura dan mengendalikannya hanyalah Yang Mulia Ratu. Aku tidak tahu apakah tuan Louis dan nona Arlet bisa mengeluarkan tekanan aura atau tidak karena sampai saat ini aku belum pernah merasakan mereka mengeluarkan tekanan aura," ucap senior Nadine.

"Untuk ibunda, ibunda pernah memberitahuku kalau ibunda bisa mengeluarkan Mana dari seluruh tubuhnya. Sepertinya mengeluarkan Mana yang dimaksud oleh ibunda ini sama saja seperti mengeluarkan tekanan aura. Jadi itu berarti ibunda juga sepertinya bisa mengeluarkan tekanan aura meskipun aku sendiri juga tidak pernah merasakannya sepertimu, Nadine," ucap Irene.

"Terima kasih atas informasinya, Irene, senior Nadine. Nanti setelah bibi Arlet pulang, aku akan mencoba untuk bertanya kepadanya. Aku juga akan bertanya kepada Yang Mulia Ratu apabila aku bertemu dengan beliau nanti. Aku pastikan kalau aku akan berusaha untuk mengendalikan tekanan aura yang aku miliki," ucapku.

Setelah itu, kami pun selesai berbincang. Kemudian, aku dan senior Nadine lalu mulai membantu para prajurit Duke San Lucia yang sedang melaksanakan tugas mereka masing-masing, sementara Irene juga ikut membantu sambil memberikan tugas dan arahan kepada para prajurit itu. Kami terus melakukan tugas kami masing-masing di halaman depan kediaman Duke Louis sambil menunggu Duke Louis dan Duchess Arlet kembali dari White Palace.

-Bersambung