Sore hari menjelang malam, di gerbang depan kediaman Duke Louis.
Orang-orang yang penasaran tentang penyerangan yang terjadi di kediaman Duke Louis terlihat mulai membubarkan diri satu persatu. Alasan mereka membubarkan diri bukan karena waktu yang sudah mau memasuki malam hari, melainkan mereka sudah lelah dan capek terus berdiam diri di gerbang depan kediaman Duke Louis tanpa mendapatkan informasi yang jelas tentang penyerangan yang terjadi di kediaman itu. Para prajurit Duke San Lucia yang berjaga di gerbang depan itulah yang membuat mereka tidak bisa mendapatkan informasi. Para prajurit itu melarang orang-orang yang penasaran itu untuk masuk ke dalam wilayah kediaman Duke Louis. Karena terus dilarang oleh para prajurit itu, mereka pun mulai membubarkan diri termasuk dengan beberapa orang dari Diganta yang terlihat sedikit kecewa karena mereka tidak mendapatkan bahan untuk membuat surat kabar.
Ketika orang-orang yang penasaran itu sudah mulai membubarkan diri, beberapa kereta kuda tiba-tiba muncul dari ujung jalan yang berlawanan dengan gerbang depan kediaman Duke Louis. Beberapa kereta kuda itu terlihat sedang bergerak untuk menuju ke gerbang depan kediaman Duke Louis. Beberapa orang yang masih berada di depan gerbang kediaman Duke Louis langsung menepi untuk memberi jalan bagi beberapa kuda itu. Mereka menepi karena mereka mengenal beberapa kereta kuda itu. Beberapa kereta kuda itu adalah kereta kuda yang biasanya digunakan oleh Duke Louis dan juga kereta kuda lainnya merupakan kereta kuda yang digunakan oleh prajurit Duke San Lucia yang bertugas untuk mengawal Duke Louis. Meski begitu, ada juga beberapa kereta kuda yang mereka tidak kenal. Beberapa kereta kuda itu sepertinya bukan kereta kuda yang dinaiki oleh Duke Louis ataupun prajurit Duke San Lucia.
Tidak lama kemudian, beberapa kereta kuda itu pun telah tiba di depan gerbang kediaman Duke Louis. Beberapa kereta kuda itu pun lalu berhenti dan orang-orang yang menaikinya pun langsung turun dari kereta kuda itu. Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Mina terlihat telah turun dari kereta kuda khusus yang biasanya digunakan oleh Duke Louis. Lalu para prajurit Duke San Lucia yang ikut mengawal Duke Louis dan Duchess Arlet pun juga terlihat telah turun dari kereta kuda yang mereka naiki.
Sementara itu, dari beberapa kereta kuda yang tidak dikenali oleh orang-orang yang masih berada di sekitar gerbang depan kediaman Duke Louis, terlihat komandan Asier telah turun dari salah satu kereta kuda itu. Komandan Ivana pun juga turun dari salah satu kereta kuda yang lain. Orang-orang yang masih berada di sekitar pun terkejut sekaligus bingung setelah melihat komandan Asier dan komandan Ivana yang juga ikut datang ke kediaman Duke Louis bersama Duke Louis dan Duchess Arlet. Orang-orang itu pun mulai berasumsi kalau alasan mereka berdua datang untuk memeriksa keadaan kediaman Duke Louis yang baru saja diserang.
Melihat datangnya komandan Asier dan komandan Ivana, beberapa orang dari Diganta yang masih berada di sekitar tempat itu pun langsung menghampiri komandan Asier dan komandan Ivana untuk mendapatkan informasi.
"Komandan Asier, kenapa anda datang kesini? Bukankah anda seharusnya kembali ke kota San Angela yang merupakan tempat penjagaan pasukan anda? Apakah alasan anda datang kesini karena anda telah mendengar kabar bahwa kediaman tuan Duke Louis telah diserang oleh gereja Sancta Lux? Maka dari itu anda memutuskan untuk datang dan memeriksa keadaannya?," tanya salah satu orang dari Diganta.
"Komandan Ivana juga, apa anda sama seperti komandan Asier?," tanya orang Diganta lainnya.
Mendengar pertanyaan orang dari Diganta itu, komandan Asier dan komandan Ivana pun langsung menjawabnya.
"Aku datang kesini hanya untuk berkunjung ke kediaman orang tuanku. Apakah ada hal yang salah dengan hal itu? Dan lagi, aku tidak mendengar adanya penyerangan di kediaman orang tuaku. Mungkin itu hanyalah suatu salah paham saja," ucap komandan Asier.
"Seperti kata Asier, aku datang kesini juga untuk berkunjung. Lagipula tuan Louis merupakan kepala keluarga utama dari keluargaku. Apa salah bagiku untuk berkunjung ke kediaman beliau?," tanya komandan Ivana.
Orang-orang dari Diganta itu pun terdiam setelah mendengar perkataan komandan Asier dan komandan Ivana. Setelah itu, komandan Asier dan komandan Ivana pun pergi berjalan untuk menghampiri Duke Louis dan Duchess Arlet yang telah turun dari kereta kuda. Duke Louis dan Duchess Arlet terlihat juga sedang ditanyai oleh beberapa orang Diganta yang lainnya. Beberapa prajurit Duke San Lucia terlihat sedang berbaris di depan Duke Louis dan Duchess Arlet. Mereka melakukan itu untuk melindungi Duke Louis dan Duchess Arlet dari orang-orang Diganta yang mencoba menanyai mereka dari jarak yang dekat. Para prajurit itu tidak mau ada hal buruk yang terjadi apabila orang-orang itu menanyai mereka berdua dari jarak dekat.
"Sesuai yang aku katakan barusan, tidak ada penyerangan yang terjadi di kediaman ini. Ini hanyalah sebuah kesalahpahaman saja. Lagipula, jika memang gereja Sancta Lux menyerang kediaman ini, apa alasan mereka melakukan itu? Orang-orang di kediaman kami tidak pernah sedikitpun berseteru dengan mereka, jadi tidak mungkin mereka menyerang kami tanpa alasan. Jadi gereja Sancta Lux sama sekali tidak melakukan penyerangan di kediaman ini, semua ini hanyalah sebuah salah paham," ucap Duke Louis kepada orang-orang dari Diganta.
Setelah mengatakan itu, Duke Louis mulai pergi meninggalkan orang-orang itu untuk menuju ke dalam gerbang depan kediamannya. Duchess Arlet pun juga pergi mengikuti Duke Louis, begitupun juga dengan komandan Mina. Komandan Asier dan komandan Ivana yang melihat Duke Louis telah pergi lebih dulu pun langsung bergegas menghampirinya. Setelah mereka berhasil menghampiri Duke Louis, mereka pun lalu berbicara dengan Duke Louis.
"Menutupi fakta kalau kediaman kita telah diserang sepertinya sulit juga ya, ayahanda. Sepertinya orang-orang dari Diganta itu mendapatkan informasi dari orang yang berada atau tinggal di sekitar kediaman kita. Orang-orang itu pastinya melihat langsung saat kediaman kita sedang diserang," ucap komandan Asier.
"Iya, maka dari mereka tetap ngotot kalau kediaman kita telah diserang. Tetapi untungnya bukti-bukti kalau kediaman kita telah diserang sudah diamankan di halaman depan. Mereka pun tidak diperbolehkan masuk untuk melihat bukti-bukti itu," ucap Duke Louis.
Setelah itu, Duke Louis, Duchess Arlet, komandan Mina, komandan Asier dan komandan Ivana pun terus berjalan untuk menuju ke dalam gerbang depan kediaman. Sesampainya di gerbang depan, para prajurit yang berjaga di tempat itu pun langsung menyambut Duke Louis dan yang lainnya.
"Selamat datang kembali, tuan Duke, nona Duchess," ucap para prajurit itu.
"Iya, kami kembali," ucap Duke Louis.
Setelah itu, beberapa prajurit yang ada di tempat itu terlihat sedikit terkejut karena komandan Asier dan komandan Ivana juga ikut bersama dengan Duke Louis dan Duchess Arlet.
"Tuan muda dan nona Ivana?!," ucap beberapa prajurit yang terkejut.
"Halo, kalian. Aku datang kesini untuk berkunjung," ucap komandan Asier.
"Aku juga," ucap komandan Ivana.
Setelah itu, Duke Louis dan yang lainnya pun langsung masuk ke dalam wilayah kediaman. Mereka pun lalu tiba di halaman depan kediaman. Kemudian, mereka lalu melihat ke sekitar halaman depan kediaman itu. Ketika mereka sedang melihat ke sekitar halaman depan kediaman, mereka melihat Rid, Irene dan yang lainnya sedang berbincang di salah satu sisi halaman. Setelah melihat Rid dan yang lainnya, mereka pun langsung pergi untuk menghampiri Rid dan yang lainnya.
-
Sementara itu, aku yang sedang berbincang dengan Irene, senior Nadine, nona Elsie, Leandra dan Lily, tiba-tiba mendengar suara kehebohan di sekitar halaman tempat kami berada saat ini. Kami pun memutuskan untuk memeriksa darimana tentang suara kehebohan tersebut. Kami pun langsung melihat ke sekeliling dan kami melihat para prajurit dan orang-orang yang ada di sekitar halaman ini sedang melihat ke arah yang sama. Kemudian, kami pun juga ikut melihat ke arah yang sama dengan yang dilihat oleh orang-orang itu. Kami kemudian melihat Duke Louis dan Duchess Arlet di arah yang sama dengan yang dilihat oleh orang-orang itu. Duke Louis dan Duchess Arlet saat ini sedang berjalan ke arah tempat kami berada.
"Ayahanda, ibunda. Jadi mereka berdua lah yang membuat heboh orang-orang di sekitar tempat ini," ucap Irene.
Tidak lama kemudian, mereka berdua pun sampai di tempat kami berada. Ketika mereka sampai di tempat kami, kami pun langsung menyambut mereka.
"Selamat datang kembali, paman Louis, bibi Arlet," ucapku.
"Selamat datang kembali, ayahanda, ibunda," ucap Irene.
"Iya, kami kembali," ucap Duke Louis.
"Ngomong-ngomong....," ucap Irene.
Setelah itu, Irene melihat ke dua sosok orang yang ada di belakang Duke Louis dan Duchess Arlet. Dua sosok itu merupakan komandan Asier dan komandan Ivana.
"...Kenapa kakak Asier dan kakak Ivana juga datang kemari?," tanya Irene.
"Aku datang kesini untuk memeriksa keadaan kediaman ini. Aku dengar kalau kediaman ini diserang oleh orang-orang dari gereja Sancta Lux. Selain itu, aku datang kesini sekalian untuk berkunjung," ucap komandan Asier.
"Aku sama seperti Asier," ucap komandan Ivana.
"Begitu ya," ucap Irene.
"Daripada itu, apa kamu baik-baik saja, Irene? Aku dengar kamu hampir dibunuh oleh High Priest Julian," ucap komandan Asier.
"Aku baik-baik saja. Memang benar kalau High Priest Julian berusaha untuk membunuhku, tetapi aku telah diselamatkan oleh Rid," ucap Irene.
"Begitu ya, syukurlah," ucap komandan Asier.
Setelah itu, komandan Asier tiba-tiba berjalan menghampiriku.
"Terima kasih karena telah menyelamatkan adikku, Rid," ucap komandan Asier dengan sedikit membungkuk.
Setelah komandan Asier mengatakan itu, tiba-tiba Duke Louis dan Duchess Arlet juga ikut membungkuk sama seperti komandan Asier.
"Terima kasih karena telah menyelamatkan putri kami, Rid," ucap Duke Louis.
"Terima kasih, Rid," ucap Duchess Arlet.
Aku yang melihat mereka membungkuk pun sedikit terkejut.
"Aku tahu kalau kalian bertiga ingin mengucapkan terima kasih kepadaku. Tetapi tolong jangan sambil membungkuk kepadaku, aku merasa sedikit tidak nyaman," ucapku.
Setelah aku mengatakan itu, mereka bertiga pun berhenti membungkuk.
"Maaf, Rid. Pokoknya terima kasih karena telah menyelamatkan Irene," ucap Duke Louis.
"Iya, sama-sama, paman Louis," ucapku.
Setelah itu, Duchess Arlet tiba-tiba melihat ke seseorang yang menarik perhatiannya. Seseorang itu adalah orang yang saat ini sedang bersamaku yaitu nona Elsie.
"Kamu...., kamu Priest yang waktu itu. Sedang apa kamu disini?," tanya Duchess Arlet.
Duchess Arlet terlihat sedikit marah ketika menanyakan hal itu. Duchess Arlet masih belum tahu tentang situasi nona Elsie. Karena itu aku pun langsung menjelaskan situasi nona Elsie kepada Duchess Arlet. Duchess Arlet pun langsung mengerti setelah aku jelaskan situasinya.
"Begitu ya, jadi dia merupakan orang yang dipaksa untuk menjadi seorang Priest," ucap Duchess Arlet.
"Iya, bibi Arlet," ucapku.
"Baiklah, aku paham situasinya," ucap Duchess Arlet.
Setelah itu, Duchess Arlet menoleh ke arah nona Elsie.
"Namamu adalah Elsie kan? Setelah ini apa kamu senggang? Ada yang ingin aku bicarakan dan diskusikan denganmu," ucap Duchess Arlet.
"Setelah ini saya senggang, nona Duchess," ucap nona Elsie.
"Baguslah kalau begitu," ucap Duchess Arlet.
Setelah itu, Duchess Arlet menoleh ke arah Duke Louis.
"Sayang, sekarang sudah waktunya bagi kita untuk mengambil alih pekerjaan dan urusan yang sebelumnya diberikan kepada Irene dan yang lainnya," ucap Duchess Arlet.
"Kamu benar," ucap Duke Louis.
Setelah itu, Duke Louis melihat ke arah kami.
"Rid, Irene dan yang lain, sekarang kalian boleh masuk dan beristirahat ke dalam. Semua pekerjaan dan urusan yang tersisa biar kami yang ambil alih," ucap Duke Louis.
Aku yang mendengar hal itu pun langsung mengatakan sesuatu kepada Duke Louis.
"Tetapi paman Louis, anda baru saja kembali dari ibukota San Estella. Anda baru saja melakukan perjalanan panjang setelah kembali dari sana. Lebih baik anda dan bibi Arlet saja yang beristirahat," ucapku.
"Perkataan Rid benar, lebih baik ayahanda dan ibunda saja yang beristirahat," ucap Irene.
"Lelah yang aku rasakan masih sedikit dibandingkan kalian. Pertama, kalian harus melawan orang-orang gereja Sancta Lux yang menyerang kediaman ini. Lalu setelah itu kalian juga harus mengurus dampak setelah terjadinya penyerangan itu. Lebih baik kalian saja yang beristirahat. Sisanya biar kami yang urus," ucap Duke Louis.
"Itu benar, Rid, Irene. Kalian istirahat saja, kami juga akan ikut membantu," ucap komandan Ivana.
"Baiklah. Jika kalian berkata begitu, maka aku tidak bisa memaksa," ucapku.
"Baguslah kalau kamu mengerti. Sekarang, kamu dan yang lainnya segera masuk ke dalam dan beristirahat. Aku akan memerintahkan para pelayan untuk menyiapkan segala sesuatu yang kalian butuhkan untuk beristirahat seperti makanan dan yang lainnya," ucap Duke Louis.
"Baik, paman Louis. Kalau begitu, kami masuk ke dalam dulu," ucapku.
"Iya," ucap Duke Louis.
Setelah itu, aku dan yang lainnya berniat untuk masuk ke dalam kediaman Duke Louis. Tetapi sebelum aku berjalan pergi, tiba-tiba Duchess Arlet mengatakan sesuatu kepadaku.
"Rid, malam nanti, tolong luangkan waktumu sejenak. Ada yang ingin kami bicarakan denganmu," ucap Duchess Arlet.
Aku pun langsung menanggapi perkataan Duchess Arlet.
"Baik, bibi Arlet. Kebetulan sekali aku juga memiliki sesuatu yang ingin dibicarakan dengan anda," ucapku.
Setelah itu, aku, Irene dan yang lainnya pun langsung masuk ke dalam kediaman Duke Louis.
-
Sementara itu, di sebuah pantai yang ada di suatu tempat.
Langit di tempat itu saat ini sedang gelap. Langit itu sedang gelap karena awan hitam dengan banyak petir yang menggelegar sedang menyelimuti langit di tempat itu. Ombak yang ada di pantai itu pun terlihat sedang mengganas. Tidak hanya ombak di pantai itu saja, tetapi ombak di seluruh lautan yang ada di dekat tempat itu saat ini sedang mengganas seperti sedang ada badai.
Lalu di bibir pantai di tempat itu, terlihat ada beberapa orang yang sedang berkumpul. Orang-orang yang berkumpul itu terlihat sedang mengenakan seragam yang mirip dengan seragam prajurit. Beberapa orang yang sedang berkumpul itu terlihat seperti manusia, tetapi memiliki tanduk. Ada yang memiliki 1 tanduk saja dan ada juga yang memiliki 2 tanduk di kepalanya. Selain itu, ada juga yang menyerupai seperti Elf, tetapi Elf itu memiliki kulit gelap, berbeda dengan Elf pada umumnya yang memiliki kulit berwarna putih. Meskipun mereka terlihat berbeda-beda karena ada yang mirip manusia dan ada yang mirip Elf, namun ada kesamaan yang dimiliki oleh orang-orang itu. Orang-orang itu sama-sama memiliki tato bercorak berwarna hitam di salah satu bagian tubuh mereka. Mereka juga memiliki mata berwarna hitam dengan bola mata berwarna merah darah dengan bentuk pupil yang bermacam-macam. Mereka semua adalah ras Iblis.
Di depan para iblis yang sedang berkumpul itu, ada seseorang yang memakai seragam yang berbeda dengan para iblis yang ada di belakangnya. Orang itu memiliki 2 tanduk di kepalanya dan terdapat sebuah pedang di pinggangnya. Orang itu juga memiliki tato bercorak berwarna hitam di beberapa bagian tubuhnya, salah satunya di leher hingga ke pipinya. Orang itu saat ini sedang melihat ke arah sebuah portal yang ada di hadapannya.
Setelah itu, orang itu tiba-tiba berbicara.
"Portalnya sudah disiapkan, Yang Mulia Ratu," ucap orang itu.
Setelah orang itu berbicara, tiba-tiba terdengar suara di telinga orang itu.
"Bagus. Aku sebentar lagi akan sampai," ucap suara itu.
Suara itu terdengar seperti suara wanita.
"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap orang itu.
Sementara itu, cukup jauh dari bibir pantai tempat para iblis itu berkumpul, ada sebuah hutan yang cukup lebat.
Di belakang salah satu pohon yang ada di hutan itu, terlihat ada seseorang yang sedang mengintip dan melihat ke arah para iblis yang sedang berkumpul itu. Orang itu terlihat seperti manusia yang mengenakan sebuah topi yang mirip seperti topi koboi di kepalanya. Orang itu juga memiliki pedang dan dua senapan kecil di pinggangnya.
"Iblis-iblis itu tidak terlihat seperti iblis tanpa akal yang biasanya aku temukan. Aku tahu kalau ini adalah wilayah blis tetapi aku jarang melihat iblis yang memiliki akal berkumpul di perbatasan antara benua utara dan benua selatan. Apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan?," tanya orang itu.
-Bersambung