Chereads / Peace Hunter / Chapter 469 - Chapter 469 : Tekanan Aura Yang Tidak Disadari

Chapter 469 - Chapter 469 : Tekanan Aura Yang Tidak Disadari

Aku pun terkejut setelah mendengar perkataan Irene. Meski aku terkejut, tetapi aku tidak menanyakan lebih lanjut tentang hal yang Irene katakan sebelumnya karena ada hal yang harus aku lakukan terlebih dahulu, yaitu menyembuhkan Irene yang terlihat lemas. Meski Irene terlihat lemas, tetapi Irene masih kuat untuk memelukku dari belakang.

Aku memutuskan untuk merubah posisiku agar aku bisa lebih muda melihat dan menyembuhkan Irene. Jadi aku lalu berbalik sehingga Irene kini sedang memelukku dari depan. Setelah itu, aku lalu mengarahkan tangan kananku ke arah Irene.

~Full Healing~

Aku lalu menyembuhkan Irene dengan menggunakan sihir penyembuhanku. Beberapa saat setelah aku menyembuhkan Irene, Irene mulai berbicara kembali.

"Aku sudah tidak lemas lagi?," tanya Irene.

Irene nampak bingung karena tubuhnya sudah tidak lemas lagi. Sepertinya Irene tidak menyadari kalau aku menggunakan sihir penyembuhan kepadanya. Mungkin karena saking lemasnya dia, dia jadi tidak memperhatikan hal itu. Lalu dari cara bicara Irene yang sudah menjadi lancar, dapat dikatakan kalau Irene sudah pulih kembali.

Setelah Irene sudah pulih, Irene lalu melepaskan pelukannya pada tubuhku.

"Sepertinya kamu yang sudah menyembuhkanku. Terima kasih, Rid," ucap Irene.

"Iya, sama-sama," ucapku.

Setelah itu, Irene lalu melihat ke arahku, tepatnya ke wajahku.

"Kelihatannya kamu masih bingung dengan apa yang aku katakan sebelumnya. Baiklah, aku akan menjelaskan maksud dari perkataanku sebelumnya kepadamu," ucap Irene.

Irene terlihat mengetahui kalau aku sedang bingung setelah melihat ke wajahku. Aku memang ingin Irene menjelaskan tentang maksud perkataannya sebelumnya, tetapi sebelum itu masih ada hal lain yang harus dilakukan.

"Tunggu sebentar, Irene. Sebelum kamu menjelaskan tentang itu, aku ingin menyembuhkan semua orang yang tergeletak di tempat ini terlebih dahulu," ucapku.

"....Baiklah," ucap Irene.

Aku tidak tahu apakah sihir penyembuhanku bisa memulihkan mereka yang sedang tergeletak, apalagi aku masih belum tahu pasti penyebab mereka tergeletak. Aku hanya tahu dari Irene kalau mereka tergeletak karena perbuatanku. Meski begitu, aku harus tetap berusaha untuk menyembuhkan mereka.

Aku tidak tahu berapa banyak orang yang tergeletak. Kelihatannya orang-orang yang tergeletak itu tidak hanya berada di halaman depan kediaman Duke Louis saja. Maka dari itu, aku memutuskan untuk menggunakan sihir penyembuhan skala areaku untuk menyembuhkan mereka semua yang tergeletak.

Aku lalu mengarahkan kedua tanganku ke atas dan kemudian mulai melancarkan sihir penyembuhanku.

~Blessing of Full Healing~

Setelah itu, bola-bola berukuran kecil dan berwarna putih mulai muncul dari kedua tanganku yang sedang diarahkan ke atas. Bola-bola putih itu pun lalu bergerak menuju ke arah orang-orang yang tergeletak itu.

-

Sementara itu, di ruangan tempat Ratu Kayana dan yang lainnya berada.

Setelah perginya nona Laviena dan para Priest yang sebelumnya datang ke ruangan itu, Ratu Kayana dan beberapa orang yang sebelumnya berdiri atau berada jauh dari tempat duduk mereka pun kembali duduk ke tempat duduk mereka masing-masing. Mereka semua terlihat masih lemas dan tidak menyangka dengan apa yang barusan terjadi.

"Aku tidak menyangka kalau salah satu dari komandan Holy Knights akan datang ke kerajaan ini. Tetapi aku lebih tidak menyangka kalau pemimpin tertinggi Holy Kingdom akan ikut dalam pembicaraan di ruangan ini. Aku sempat panik karena aku tidak menyangka kalau beliau telah mendengar pembicaraan di ruangan ini sejak komandan Holy Knights itu datang. Apalagi sebelumnya aku telah menyerang komandan Holy Knights itu. Beliau sudah pasti tahu kalau aku telah menyerang komandan Holy Knights itu," ucap Ratu Kayana.

Ratu Kayana mengatakan itu sambil duduk bersandar di kursinya. Ratu Kayana duduk sambil mendongakkan kepalanya ke atas dan juga sambil menaruh tangan kanannya di atas wajahnya hingga menutupi kedua matanya.

"Iya, saya juga, Yang Mulia Ratu. Padahal saya sebelumnya berniat untuk menyerang High Priest Theodor. Saya pun juga sudah bersiap akan segala resiko yang terjadi apabila saya menyerang High Priest Theodor. Tetapi begitu saya tahu kalau ternyata pemimpin tertinggi Holy Kingdom juga mendengar pembicaraan yang terjadi di ruangan ini, entah kenapa saya mendadak menjadi panik. Hanya mendengar suaranya saja, saya merasa sedikit takut," ucap Duke Louis.

Duke Louis terlihat juga sedang duduk sambil bersandar di kursi yang didudukinya.

"Aku juga sama. Entah kenapa pemimpin tertinggi Holy Kingdom itu seperti mempunyai aura dan wibawa yang kuat. Hanya dengan mendengarkan suaranya saja bisa membuat kita sedikit takut dan merinding. Tidak mengherankan kalau beliau bisa menjadi pemimpin tertinggi Holy Kingdom. Orang sekuat komandan Holy Knights barusan saja sampai patuh dengan beliau," ucap Duchess Arlet yang juga sedang duduk sambil bersandar di kursinya.

"Iya, bahkan komandan Holy Knights tadi tidak segan-segan untuk membunuh High Priest Theodor karena telah seenaknya memerintah pemimpin tertinggi Holy Kingdom,"

"Komandan Holy Knights tadi sangat kuat, dia bisa saja membunuh kita dengan mudah. Tetapi dia tidak melakukannya, dia bahkan hanya menahan kita yang telah membuat keributan di ruangan ini. Tetapi jika tadi kita menyinggung pemimpin tertinggi Holy Kingdom atau pemimpin tertinggi Holy Kingdom sendiri yang memerintahkan dia untuk membunuh kita, maka saat ini kita pasti sudah bernasib sama seperti High Priest Theodor," ucap Ratu Kayana.

Setelah Ratu Kayana selesai berbicara, semua orang yang ada di ruangan itu pun terdiam. Mereka masih sedikit lemas dan tidak menyangka dengan apa yang terjadi sebelumnya di ruangan ini.

Sementara disaat semua orang di ruangan itu sedang terdiam, Ratu Kayana yang sebelumnya sedang menutupi kedua matanya dengan tangan kanannya, kini mulai mengangkat tangan kanannya dari atas kedua matanya. Setelah itu, dia lalu menoleh ke arah Duchess Ecrin dan Duchess Hazel yang sedang duduk. Meski mereka berdua sedang duduk, tetapi saat ini mereka masih dalam kondisi tidak sadarkan diri akibat terkena efek tekanan aura yang dikeluarkan oleh nona Laviena. Saat ini, suami mereka sedang memegangi tubuh mereka agar tubuh mereka yang saat ini sedang duduk tidak terjatuh. Lalu di dekat mereka, terlihat nona Karina sedang berusaha untuk menyembuhkan mereka dengan menggunakan sihir tanamannya.

Setelah melihat ke arah Duchess Ecrin dan Duchess Hazel, Ratu Kayana lalu menoleh ke arah Duke Louis yang sedang terduduk lemas.

"Tuan Louis, tolong hubungi Rid. Aku ingin menanyakan tentang kabar disana," ucap Ratu Kayana.

"Ah benar juga. Saya juga berniat untuk menanyakan kabar disana yang baru saja diserang oleh High Priest Julian, tetapi karena saya masih memikirkan tentang apa yang terjadi di ruangan ini sebelumnya, saya jadi lupa. Tunggu sebentar, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis.

Setelah itu, Duke Louis mengambil kristal komunikasi yang ada di saku pakaiannya lalu kemudian mencoba untuk menghubungi Rid.

-

Kembali ke halaman depan kediaman Duke Louis.

Orang-Orang yang sebelumnya tergeletak satu persatu mulai bangun kembali setelah terkena bola-bola putih yang berasal dari sihir penyembuhanku. Leandra, Lily, dan senior Nadine pun juga mulai bangun setelah sebelumnya tergeletak.

"Ada apa ini? Kenapa aku bisa terbaring disini?," tanya Leandra yang bingung.

"Aku juga kenapa bisa terbaring disini? Bukankah sebelumnya kita sedang berdiri sambil mendengarkan Rid yang sedang berbicara dengan High Priest Theodor lewat kristal komunikasi?," tanya Lily.

Setelah mengatakan itu, Lily pun terdiam sesaat. Tidak lama kemudian, Lily pun mulai berbicara kembali.

"Ah benar juga, ketika kita sedang mendengarkan Rid yang sedang berbicara, tiba-tiba tekanan udara yang berada di sekitar kita menjadi berat. Kita pun jadi kesulitan untuk bernafas. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi," ucap Lily.

"Iya, kamu benar. Aku juga mengingat tentang itu, tapi setelah kita merasa kesulitan untuk bernafas, aku jadi tidak ingat apa yang terjadi setelah itu," ucap Leandra.

Sementara itu, senior Nadine yang baru saja bangun terlihat sedang memikirkan sesuatu setelah mendengar perkataan Leandra dan Lily.

"Tekanan udara yang tiba-tiba menjadi berat....., ah benar juga," ucap senior Nadine.

Setelah itu, senior Nadine tiba-tiba langsung berdiri. Senior Nadine lalu melihat ke sekelilingnya seperti sedang mencari seseorang. Senior Nadine terus melihat ke sekeliling sampai akhirnya dia menemukan orang yang dia cari. Senior Nadine pun lalu langsung bergegas menghampiri orang yang dia cari.

"Rid, jadi kamu yang telah mengeluarkan tekanan aura sebesar itu," ucap senior Nadine.

Orang yang dicari oleh senior Nadine merupakan aku.

"Aku mengeluarkan tekanan aura?," tanyaku.

Aku pun merasa bingung dengan apa yang ditanyakan oleh senior Nadine. Aku tahu tentang tekanan aura karena aku pernah beberapa kali membaca informasi tentang itu dari buku yang dimiliki kakekku. Tetapi aku merasa bingung karena tiba-tiba senior Nadine berkata kalau aku telah mengeluarkan tekanan aura yang besar. Aku memang mengetahui tentang tekanan aura tetapi aku belum pernah mempelajari itu. Karena aku hanya fokus untuk mempelajari tentang teknik bertarung dah sihir. Jadi aku bingung kenapa senior Nadine bilang kalau aku telah mengeluarkan tekanan aura.

"Iya, tekanan aura. Kamu kan yang sebelumnya mengeluarkan tekanan aura yang besar. Tidak hanya di tempat ini saja, tetapi juga di tempat kamu mengalahkan High Priest Julian," ucap senior Nadine.

"Tidak, aku tidak mengeluarkan tekanan aura," ucapku.

Senior Nadine terlihat terkejut setelah mendengar perkataanku.

"Apa? Tetapi aku yakin kalau kamu lah yang telah mengeluarkan tekanan aura," ucap senior Nadine.

"Tidak, itu bukan aku," ucapku.

Aku terus membantah perkataan senior Nadine, sedangkan senior Nadine terus berkata kalau yang mengeluarkan tekanan aura adalah aku. Melihat kami yang sedang berdebat, Irene pun ikut berbicara.

"Berhenti, kalian berdua," ucap Irene.

Setelah mendengar perkataan Irene, kami pun langsung berhenti berbicara.

"Nadine, sesuai yang dikatakan oleh Rid, bukan Rid yang mengeluarkan tekanan aura," ucap Irene.

"Apa? Tetapi aku yaki-," ucap senior Nadine.

Tetapi sebelum senior Nadine menyelesaikan perkataannya, Irene lebih dulu memotong perkataan senior Nadine.

"Maksudku, bukan Rid yang secara sadar lah yang mengeluarkan tekanan aura," ucap Irene.

Senior Nadine terlihat sedikit terkejut setelah mendengar perkataan Irene, sementara aku hanya diam sambil memikirkan perkataan Irene.

"Bukan Rid yang secara sadar? Maksudmu memang Rid yang telah mengeluarkan tekanan aura tetapi dia melakukan itu tanpa sadar?," tanya senior Nadine.

"Iya. Tekanan udara yang berat yang kamu sebut sebagai tekanan aura itu, aku sudah beberapa kali merasakannya ketika aku bersama Rid. Jadi aku yakin kalau Rid mengeluarkan tekanan aura itu secara tidak sadar," ucap Irene.

"Jadi begitu ya," ucap senior Nadine.

Setelah itu, senior Nadine pun terdiam sambil memikirkan sesuatu. Setelah Irene berbicara dengan senior Nadine, Irene lalu melihat ke arahku.

"Rid, aku sebelumnya bilang kalau orang-orang yang tergeletak di tempat ini merupakan perbuatanmu. Ya, itu memang perbuatanmu. Mereka tergeletak setelah terkena tekanan aura yang kamu keluarkan tanpa sadar," ucap Irene.

Aku pun sedikit terkejut setelah mendengar perkataan Irene.

"Aku mengeluarkan tekanan aura tanpa sadar?," tanyaku.

Sementara itu, disaat aku sedang terkejut, tiba-tiba muncul sebuah cahaya terang dari saku pakaianku. Cahaya itu seperti berasal dari kristal komunikasi milikku yang ada di saku pakaianku. Aku pun langsung mengambil kristal komunikasi itu karena aku tahu ada yang mau menghubungi aku. Setelah aku mengambil kristal komunikasi yang ada di saku pakaianku, aku lalu berbicara dengan Irene dan senior Nadine terlebih dahulu sebelum menjawab panggilan dari kristal komunikasi milikku.

"Irene, senior Nadine, aku mau menjawab panggilan ini dulu. Jadi kita tunda sebentar pembicaraan yang kita lakukan tadi," ucapku.

"Baiklah," ucap Irene.

Sementara senior Nadine hanya mengangguk saja setelah mendengar perkataanku. Setelah itu, aku lalu menjawab panggilan pada kristal komunikasiku.

"Halo," ucapku.

Tidak lama setelah aku mengatakan itu, kristal komunikasi itu pun mulai bersuara.

"Halo, Rid. Ini aku," ucap seseorang dari kristal komunikasi itu.

Aku mengenali suara itu. Suara itu merupakan suara Duke Louis.

"Paman Louis? Ada perlu apa menghubungiku?," tanyaku.

"Aku hanya ingin mengetahui kabar disana karena sebelumnya aku mendengar kalau High Priest Julian melakukan penyerangan disana. Sebelumnya aku mendengar kalau kamu telah membunuh High Priest Julian tetapi setelah itu kita tidak melakukan pembicaraan lagi," ucap Duke Louis.

"Begitu ya. Keadaan disini sekarang baik-baik saja, paman. Sekarang aku sedang bersama dengan Irene dan senior Nadine," ucapku.

Setelah aku mengatakan itu, Irene dan senior Nadine pun mendekatiku. Mereka berdua mendekatiku karena mereka ingin berbicara dengan Duke Louis lewat kristal komunikasi yang aku pegang.

"Aku baik-baik saja, ayahanda. Ayahanda tidak perlu khawatir," ucap Irene.

"Aku juga baik-baik saja, tuan," ucap senior Nadine.

"Syukurlah kalau kalian baik-baik saja. Aku benar-benar khawatir apalagi setelah mendengar High Priest Julian dan para Priest gereja Sancta Lux melakukan penyerangan disana," ucap Duke Louis.

"Ayahanda tidak perlu khawatir lagi. Sekarang keadaan disini sudah baik-baik saja," ucap Irene.

"Syukurlah kalau begitu. Ngomong-ngomong, apa High Priest Julian benar-benar telah tewas? Lalu bagaimana kondisi para Priest yang juga melakukan penyerangan bersama High Priest Julian?," tanya Duke Louis.

"Iya, High Priest Julian telah tewas, ayahanda. Rid yang telah membunuhnya. Lalu untuk para Priest itu, mereka semua sudah dikalahkan. Beberapa dari mereka telah tewas lalu sisanya hanya terluka saja. Mereka yang terluka saat ini sedang kami tahan agar tidak melarikan diri," ucap Irene.

"Baguslah kalau mereka semua sudah dikalahkan. Itu berarti kondisi disana memang sudah baik-baik saja," ucap Duke Louis.

"Iya, tetapi karena penyerangan yang dilakukan oleh mereka, ada beberapa dari prajurit ayahanda yang tewas. Aku minta maaf, ayahanda," ucap Irene.

"Kamu tidak perlu minta maaf, Irene. Lagipula mereka tewas bukan karena kesalahanmu, melainkan karena ulah para Priest yang telah melakukan penyerangan itu," ucap Duke Louis.

"Baik, ayahanda," ucap Irene.

"Untuk para prajurit yang telah tewas, tolong rawat jasad mereka dengan baik, Irene. Mereka berhak mendapatkan penghormatan terakhir dan pemakaman yang layak. Ketika pulang nanti, aku akan ikut untuk memakamkan mereka," ucap Duke Louis.

"Baik, ayahanda," ucap Irene.

"Ya sudah, itu saja yang ingin aku bicarakan dengan kalian. Aku akan mengakhiri panggilan ini,"

"Ah, tunggu sebentar. Yang Mulia Ratu bilang kalau beliau ingin berbicara denganmu, Rid. Aku akan menyerahkan kristal komunikasiku ini kepada beliau," ucap Duke Louis.

"Yang Mulia Ratu ingin berbicara denganku?," pikirku.

Setelah itu, kristal komunikasi itu pun tidak bersuara selama beberapa saat. Tidak lama kemudian, kristal komunikasi itu pun kembali bersuara.

"Halo, Rid," ucap Ratu Kayana.

Aku bisa langsung mengenali suara beliau karena aku sudah sering mendengar suaranya.

"Halo juga, Yang Mulia Ratu. Paman Louis bilang kalau anda ingin berbicara dengan saya, ada apa memangnya, Yang Mulia Ratu?," tanyaku.

"Iya, memang ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Aku ingin memastikan, apa kamu sebelumnya telah mendengar percakapan dari pemimpin tertinggi Holy Kingdom?," tanya Ratu Kayana.

"Iya, saya mendengar percakapannya, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Itu berarti kamu telah mendengar kalau pemimpin tertinggi Holy Kingdom telah mengabaikan perbuatanmu yang telah membunuh High Priest Julian," ucap Ratu Kayana.

"Iya, saya juga telah mendengar tentang itu," ucapku.

"Kamu harus bersyukur karena adanya situasi darurat yang membuat pemimpin tertinggi Holy Kingdom mengabaikan perbuatanmu yang telah membunuh seorang High Priest. Jika tidak ada situasi darurat itu, kamu sekarang pasti sudah diburu oleh pemimpin tertinggi Holy Kingdom," ucap Ratu Kayana.

"Saya tidak tahu apakah saya harus bersyukur atau tidak. Tetapi meski tidak ada situasi darurat itu, saya tidak cemas apabila saya diburu oleh pemimpin tertinggi Holy Kingdom. Saya hanya tinggal melawan orang-orang yang ingin memburu saya meskipun orang itu adalah salah satu komandan Holy Knights," ucapku.

Ratu Kayana terdiam setelah mendengar perkataanku. Tidak lama kemudian, beliau pun mulai berbicara kembali.

"Aku tidak tahu kamu asal bicara atau tidak, tetapi kamu jangan meremehkan komandan Holy Knights. Komandan Holy Knights yang barusan datang ke ruangan ini sangatlah kuat, aku bisa menjamin itu. Dia bisa saja membunuh kami semua dengan mudah, tetapi dia tidak melakukan itu," ucap Ratu Kayana.

Aku pun terdiam setelah mendengar perkataan Ratu Kayana. Meski aku hanya terdiam, Ratu Kayana terus melanjutkan perkataannya.

"Jadi kamu harus bersyukur kalau kamu sekarang tidak diincar oleh mereka karena pemimpin tertinggi Holy Kingdom telah memutuskan untuk mengabaikan perbuatanmu. Meski begitu, bukan berarti kamu bisa seenaknya membunuh seseorang dari gereja Sancta Lux. Apalagi tadi pemimpin tertinggi Holy Kingdom bilang kalau beliau tidak mempermasalahkan apabila gereja Sancta Lux yang ada di kerajaan ini terus berusaha untuk merekrutmu. Itu berarti ke depannya, gereja Sancta Lux akan terus berusaha merekrutmu entah dengan cara halus atau cara kasar,"

"Kamu harus hati-hati lagi terhadap mereka, Rid. Jika mereka berusaha merekrutmu secara kasar, kamu tidak boleh seenaknya membunuh mereka lagi," ucap Ratu Kayana.

"Anda tenang saja, Yang Mulia Ratu. Jika mereka datang untuk merekrutku secara langsung, saya akan berusaha untuk memperlakukan mereka dengan halus. Tetapi jika mereka berusaha untuk melakukan sesuatu kepada orang-orang yang berharga bagi saya sebagai umpan untuk merekrutku, jangan harap kalau saya akan memperlakukan mereka dengan halus," ucapku.

Setelah mendengar perkataanku, Ratu Kayana pun menghela nafasnya.

"*Haaaaaahhhh, ya ampun kamu ini. Ya sudah terserah kamu saja," ucap Ratu Kayana.

Setelah mengatakan itu, Ratu Kayana kembali melanjutkan perkataannya.

"Itu saja yang ingin aku sampaikan kepadamu. Ah benar juga, satu hal lagi. Kamu sebelumnya mendengar percakapanku dengan komandan Holy Knights itu kan? Aku dan komandan Holy Knights itu sepakat untuk tidak memberitakan tentang tewasnya keduanya High Priest. Disini bisa dibilang aman karena jasad High Priest Theodor sudah diurus oleh komandan Holy Knights itu dan para Priest yang datang kesini. Untuk jasad High Priest Julian yang tewas disana, aku minta kamu dan orang-orang yang ada disana untuk menutupi kabar tentang tewasnya High Priest Julian. Tidak hanya High Priest Julian saja, tetapi tutupi juga kabar para Priest yang telah tewas disana," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu. Saat ini, jasad High Priest Julian dan para Priest yang telah tewas kami letakkan di halaman depan kediaman paman Louis. Karena penyerangan yang dilakukan oleh High Priest Julian dan para Priest di kediaman paman Louis, saat ini ada banyak orang yang sedang berkumpul di gerbang depan kediaman paman Louis. Di antara orang-orang yang berkumpul itu, beberapa di antaranya adalah orang-orang dari Diganta. Kelihatannya mereka ingin membuat berita tentang penyerangan yang terjadi di kediaman paman Louis,"

"Tetapi anda tidak perlu khawatir karena saat ini para prajurit paman Louis sedang berjaga di gerbang depan kediaman untuk mencegah dan menghalau mereka yang ingin masuk ke halaman depan kediaman. Kami pastikan kalau mereka tidak akan mendapatkan bukti tentang tewasnya High Priest Julian dan para Priest sehingga mereka tidak akan bisa membuat berita itu," ucapku.

"Bagus, terus halau mereka agar mereka tidak bisa mendekati jasad mereka dan mendapatkan bukti," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Ya sudah, itu saja yang ingin aku bicarakan denganmu. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu tetapi saat ini masih ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan orang-orang yang ada di ruangan ini. Jadi mungkin lain kali aku akan mengajakmu untuk berbicara lagi," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucapku.

"Ya sudah, sampai nanti, Rid," ucap Ratu Kayana.

"Sampai nanti, Yang Mulia Ratu," ucapku.

Setelah itu, kristal komunikasi yang aku pegang pun terdiam sesaat. Tidak lama kemudian, kristal komunikasi itu kembali bersuara. Suara dari kristal komunikasi yang muncul kali ini merupakan suara dari Duke Louis

"Karena Yang Mulia Ratu sudah selesai berbicara denganmu, maka aku akan akhiri komunikasi ini karena aku juga sudah selesai berbicara denganmu,"

"Irene, sebelum aku kembali kesana, untuk sekarang aku serahkan semuanya kepadamu. Koordinasikan dengan para prajurit untuk melakukan hal-hal yang perlu dilakukan setelah selesainya penyerangan yang dilakukan oleh High Priest Julian," ucap Duke Louis.

"Baik, ayahanda," ucap Irene.

"Baiklah, kalau begitu aku akhiri komunikasi ini. Sampai bertemu nanti," ucap Duke Louis.

Setelah Duke Louis mengatakan itu, kristal komunikasi yang aku pegang pun berhenti mengeluarkan cahaya. Itu berarti panggilan yang dilakukan oleh Duke Louis lewat kristal komunikasiku telah selesai.

-

Kembali ke ruangan tempat Ratu Kayana dan yang lainnya berada.

Setelah selesai menghubungi Rid, Duke Louis lalu kembali menaruh kristal komunikasi yang dia pakai sebelumnya ke saku pakaiannya. Setelah Duke Louis sudah menaruh kristal komunikasi itu, Ratu Kayana pun mulai berbicara.

"Setelah komandan Holy Knights itu pergi, awalnya aku ingin melanjutkan diskusi yang tertunda karena kedatangan mereka sebelumnya. Tetapi karena nona Hazel dan nona Ecrin masih belum sadarkan diri, kita tunda dulu diskusinya," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap semua orang yang ada di ruangan itu.

Setelah itu, Ratu Kayana tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. Dia kemudian berjalan pergi ke arah pintu keluar ruangan itu yang masih terbuka lebar. Beberapa orang yang ada di ruangan itu terlihat bingung ketika melihat Ratu Kayana yang berjalan menuju pintu keluar.

"Anda mau kemana, Yang Mulia Ratu?," tanya komandan Oliver.

"Aku ingin memeriksa keadaan orang-orang yang ada istana ini, terutama keadaan anak-anakku. Kalian tidak lupa kan kalau komandan Holy Knights tadi bilang kalau semua orang yang ada di istana ini tengah tertidur karena kekuatannya. Komandan Holy Knights itu juga bilang kalau mereka akan tersadar sebentar lagi. Jadi aku ingin memeriksanya sambil menunggu nona Hazel dan nona Ecrin tersadar," ucap Ratu Kayana.

Awalnya beberapa orang yang ada di ruangan itu tidak menyadari akan hal itu. Mereka baru sadar setelah Ratu Kayana mengatakan hal itu.

"Benar juga, saya lupa akan hal itu. Saya masih terkejut dengan apa yang terjadi di ruangan ini sebelumnya sampai saya lupa akan hal itu," ucap komandan Oliver.

"Saya juga hampir lupa akan hal itu," ucap komandan Asier.

"Ya ampun, kalian. Ya sudah daripada kalian hanya diam disini saja, lebih baik kalian ikut aku untuk mengecek keadaan mereka semua," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap beberapa orang yang ada di ruangan itu.

Semua orang yang ada di ruangan itu pun kemudian pergi keluar untuk memeriksa keadaan semua orang yang sebelumnya tertidur. Tetapi tidak semua dari mereka yang pergi karena masih ada nona Hazel, nona Ecrin dan suami mereka serta nona Karina yang masih menyembuhkan nona Hazel dan nona Ecrin.

-

Sementara itu, di salah satu lorong di White Palace.

Tepat setelah Ratu Kayana dan yang lainnya pergi untuk memeriksa keadaan orang-orang yang tertidur, orang-orang yang tertidur di lorong itu pun satu persatu mulai tersadar kembali.

-Bersambung