Chereads / Peace Hunter / Chapter 468 - Chapter 468 : Peralatan Dwarf

Chapter 468 - Chapter 468 : Peralatan Dwarf

Setelah suara nona Maiden menghilang, suasana di ruangan itu pun menjadi hening. Tetapi keheningan yang terjadi di ruangan itu hanya sesaat, tidak lama kemudian nona Laviena pun mulai berbicara untuk memecah keheningan di ruangan tersebut.

"Sepertinya nona Maiden sudah mengakhiri komunikasinya. Aku tidak menyangka kalau beliau akan menolak untuk merekrut Rid Archie. Yah seperti kata beliau tadi, merekrut Rid Archie sepertinya akan membuang cukup banyak waktu walaupun aku sendiri yang pergi untuk merekrutnya. Meskipun aku belum pernah merasakan kekuatan Rid Archie secara langsung, tetapi jika berdasarkan informasi sebelumnya dimana Rid Archie bisa mengatasi Duke yang menjadi dalang utama dalam insiden penyerangan di kerajaan ini sedangkan nona Ratu yang merupakan penyihir terkuat di kerajaan ini saja tidak bisa, maka bisa aku asumsikan kalau mengalahkannya dan merekrutnya secara paksa akan sedikit sulit,"

"Maka dari itu nona Maiden yang sudah mendengar percakapan di ruangan ini sebelumnya menolak untuk merekrut Rid Archie karena beliau tahu akan memakan waktu lama untuk merekrutnya. Apalagi beliau ingin kita lekas kembali ke Holy Kingdom setelah tugas yang diberikan oleh beliau di kerajaan ini telah diselesaikan. Dan juga beliau bilang kalau beliau akan memberikan tugas baru kepadaku setelah aku kembali ke Holy Kingdom. Sepertinya aku tidak diberikan waktu untuk istirahat sedikitpun," ucap nona Laviena dengan ekspresi yang sedikit mengeluh.

Sementara itu, setelah nona Laviena selesai berbicara, kini giliran Remia yang berbicara.

"Daripada itu, nona, kenapa bisa ada suara nona Maiden di ruangan ini? Lalu beliau juga sebelumnya bilang kalau beliau telah mendengar seluruh percakapan yang terjadi di ruangan ini, apa jangan-jangan anda menggunakan 'alat itu'?," tanya Remia

"Iya, itu benar. Aku menggunakan 'alat itu', itu karena nona Maiden yang memerintahkanku untuk mengaktifkan 'alat itu'," ucap nona Laviena.

"Nona Maiden yang memerintahkan anda melakukan itu?," tanya Remia.

"Iya. Semalam ketika kita beristirahat di gereja Sancta Lux yang ada di kota dekat pelabuhan tempat kita berlabuh, nona Maiden tiba-tiba menghubungiku. Beliau bilang kalau beliau ingin mendengarkan secara langsung diskusi yang terjadi antara kita dengan para pemimpin kerajaan ini," ucap nona Laviena.

"Begitu ya. Lalu sejak kapan anda mengaktifkan alat itu?," tanya Remia.

"Sejak kita mau masuk ke ruangan ini. Aku mengaktifkan 'alat itu' lalu menaruh 'alat itu' di saku pakaianku. Sebelumnya ketika kita sedang berdiskusi di ruangan ini lalu kita menyinggung nona Maiden, aku beberapa kali melihat dan memperhatikan saku pakaianku, apa kamu tidak menyadarinya?," tanya nona Laviena.

"Saya memang beberapa kali melihat anda yang sedang melihat ke arah saku pakaian anda, namun saya pikir anda melakukan itu tanpa alasan tertentu" ucap Remia.

"Aku melakukan itu bukan tanpa alasan, karena setiap kita menyinggung nona Maiden, pasti nona Maiden mendengar perkataan kita lewat 'alat' yang ada di saku pakaianku. Makanya aku selalu melihat ke arah saku pakaianku setiap kita menyinggung beliau," ucap nona Laviena.

"Begitu ya, jadi itu alasannya," ucap Remia.

Sementara itu, Ratu Kayana yang kebetulan mendengar pembicaraan antara nona Laviena dan Remia terlihat tertarik dengan pembicaraan mereka. Ratu Kayana pun mulai berbicara dengan mereka.

"Maaf mengganggu pembicaraan anda, nona komandan. Barusan saya mendengar kalau suara nona Holy Maiden keluar dari suatu alat yang ada di saku pakaian anda. Apa itu berarti nona Holy Maiden aslinya memang tidak ada disini?," tanya Ratu Kayana.

"Ya, itu benar, nona Ratu. Ketika berbicara tadi, nona Maiden sedang berada di Holy Kingdom. Beliau berbicara dari sana lewat alat yang ada di saku pakaian saya. Begitupun juga ketika beliau mendengar seluruh percakapan yang terjadi di ruangan ini," ucap nona Laviena.

"Begitu ya. Awalnya kami terkejut ketika mendengar suara nona Holy Maiden, karena yang ada hanyalah suara beliau saja, sementara wujudnya tidak ada. Jika sebelum nona Holy Maiden berbicara muncul sebuah cahaya dari saku pakaian anda, maka setidaknya kami tahu kalau beliau berbicara dengan menggunakan kristal komunikasi. Tetapi saat beliau berbicara, tidak ada tanda-tanda kalau beliau berbicara dengan menggunakan kristal komunikasi. Maka dari itu kami terkejut ketika mendengar suara beliau yang tiba-tiba muncul," ucap Ratu Kayana.

"Saya paham kalau kalian terkejut setelah mendengar suara nona Maiden yang tiba-tiba muncul. Saya pun juga terkejut karena beliau tiba-tiba berbicara, padahal awalnya beliau bilang kalau beliau hanya mau mendengarkan saja," ucap nona Laviena.

Setelah nona Laviena selesai berbicara, Ratu Kayana pun berbicara kembali.

"Ngomong-ngomong, nona komandan, alat yang ada di saku anda yang digunakan nona Maiden untuk berbicara itu alat apa? Apa alat itu sejenis dengan kristal komunikasi?," tanya Ratu Kayana.

"Ya, alat yang ada di saku pakaian saya sejenis dengan kristal komunikasi. Bisa dibilang alat ini merupakan versi upgrade dari kristal komunikasi," ucap nona Laviena.

Ratu Kayana sedikit terkejut setelah mendengar perkataan nona Laviena.

"Versi upgrade dari kristal komunikasi?," tanya Ratu Kayana.

"Anda tahu kan kalau kristal komunikasi biasanya mengeluarkan cahaya terang ketika ada seseorang yang ingin menghubungi si pemilik kristal komunikasi. Bahkan ketika si pemilik kristal komunikasi menjawab panggilan dari orang yang menghubunginya, cahaya terang itu masih muncul dari kristal komunikasi meskipun tidak seterang saat sebelum panggilannya dijawab,"

"Berbeda dengan kristal komunikasi, alat yang ada di saku pakaian saya ini tidak mengeluarkan sinar terang ketika ada yang ingin menghubungi saya yang merupakan pemilik alat ini. Karena tidak mengeluarkan sinar terang, alat ini pun juga tidak bersinar ketika saya menjawab panggilan dari orang yang menghubungi saya," ucap nona Laviena.

"Jika alat yang ada di saku pakaian anda tidak bersinar terang ketika ada yang menghubungi anda, bagaimana anda bisa mengetahui kalau ada orang yang ingin menghubungi anda lewat alat itu?," tanya Ratu Kayana.

"Jika alat ini berada di dekat tubuh, seperti di saku pakaian saya saat ini, alat ini akan mengeluarkan Mana yang bisa dirasakan oleh pemilik alat ini. Jika alat ini mengeluarkan Mana, maka bisa dipastikan ada seseorang yang sedang menghubungi lewat alat ini,"

"Namun Mana yang keluar dari alat ini tidak bisa dirasakan apabila alat ini berada jauh dari tubuh pemiliknya. Seperti contohnya ketika say menaruh alat ini di tempat anda berada, sementara saya tetap berdiri disini, saya tidak bisa merasakan Mana dari alat ini apabila ada seseorang yang ingin menghubungi. Jadi alat ini benar-benar harus berada di dekat tubuh pemiliknya agar Mana yang keluar dari alat ini bisa dirasakan,"

"Bisa dibilang hal ini merupakan kelemahan dari alat ini karena alat ini harus selalu berada di dekat tubuh pemiliknya agar jika ada seseorang yang ingin menghubungi lewat alat ini, pemiliknya bisa mengetahuinya,"

"Meski begitu, keunggulan alat ini cukup banyak. Dibandingkan kristal komunikasi yang harus diletakkan di dekat mulut agar suara kita dapat terdengar oleh orang yang menghubungi kita, alat ini mempunyai jangkauan yang cukup jauh dari kristal komunikasi agar suara kita dapat terdengar. Sebagai contoh, alat ini sejak tadi saya letakkan di saku pakaian saya, tetapi tadi nona Maiden bilang kalau beliau bahkan telah mendengar seluruh percakapan yang terjadi di ruangan ini. Ini menjadi bukti kalau alat ini tidak perlu berada dekat dengan mulut agar suara kita terdengar saat berbicara

"Selain itu, alat ini juga bisa mengatur volume suara yang ingin didengarkan. Jika kita sedang menghubungi seseorang secara diam-diam, kita bisa menurunkan volume suara orang yang sedang kita hubungi agar tidak terdengar oleh orang lain," ucap nona Laviena.

Sementara itu, nona Karina yang juga sedang mendengar perkataan nona Laviena terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Alat yang dibicarakan oleh nona komandan itu terdengar mirip dengan alat perekam yang aku punya yang dulu aku pinjamkan kepada Rid yang pada akhirnya berhasil menguak kejahatan tuan Duke James dan tuan Duke Darwin. Jadi bisa dibilang alat itu mungkin merupakan versi kristal komunikasi dari alat perekam itu,"

"Alat perekam yang aku punya merupakan alat ciptaan para Dwarf, apa mungkin alat yang digunakan oleh nona komandan itu juga diciptakan oleh mereka? Tetapi aku tidak pernah mendengar kalau mereka membuat alat seperti itu, apa itu merupakan alat baru?," pikir nona Karina.

Setelah mendengar perkataan nona Laviena, Ratu Kayana pun kembali berbicara.

"Begitu ya. Alat yang anda gunakan kelihatannya benar-benar hebat. Alat itu bisa digunakan untuk berkomunikasi secara diam-diam karena alat itu tidak mengeluarkan sinar terang sedikitpun ketika digunakan. Bahkan alat itu juga bisa mengatur volume suara orang yang sedang kita hubungi," ucap Ratu Kayana.

"Iya, alat ini benar-benar hebat. Seperti yang diharapkan dari ras Dwarf, mereka sangat ahli membuat sesuatu yang mencengangkan," ucap nona Laviena sambil menoleh ke arah Alexis.

Alexis yang kebetulan juga sedang melihat nona Laviena yang tiba-tiba menoleh ke arahnya pun langsung menanggapinya.

"Membuat berbagai macam sesuatu yang mencengangkan memang merupakan kebanggaan dari ras kami," ucap Alexis.

Nona Laviena hanya diam saja sambil sedikit tersenyum ke arah Alexis. Setelah itu, nona Laviena kembali menoleh ke arah Ratu Kayana.

"Jadi alat yang anda gunakan itu merupakan alat buatan ras Dwarf? Tidak mengherankan kalau alat itu merupakan alat yang hebat. Apa anda membeli alat itu langsung dari kerajaan Dwarf?," tanya Ratu Kayana.

"Tidak, saya tidak membelinya sendiri, melainkan Holy Kingdom sendirilah yang membeli sejumlah alat ini dari kerajaan Dwarf. Bisa dibilang alat ini merupakan salah satu produk yang dibeli Holy Kingdom dari kerajaan Dwarf," ucap nona Laviena.

"Begitu ya," ucap Ratu Kayana.

Setelah mendengar perkataan Ratu Kayana, nona Laviena pun mengatakan sesuatu kepada Ratu Kayana.

"Sepertinya anda tertarik untuk membeli alat ini, nona Ratu. Karena sejak tadi anda terus menanyakan tentang alat ini. Namun sayangnya sepertinya anda tidak bisa membeli alat ini dalam waktu dekat karena dari yang saya dengar, alat ini merupakan alat yang baru dibuat, jadi jumlahnya tidak banyak. Alat ini mungkin tidak akan sembarangan diperjualkan ke kerajaan lain atau ke orang lain karena jumlah alat ini belum lah banyak. Alasan Holy Kingdom bisa membeli alat ini lebih dulu karena hubungan Holy Kingdom dengan kerajaan Dwarf sangatlah baik. Itu karena Holy Kingdom sering melakukan pembelian barang ke kerajaan Dwarf," ucap nona Laviena.

"Begitu ya, sayang sekali. Padahal saya berniat ingin membeli beberapa alat itu dari kerajaan Dwarf," ucap Ratu Kayana.

"Anda harus menunggu sampai jumlah alat itu menjadi banyak terlebih dahulu atau mungkin anda bisa langsung memesannya terlebih dahulu jika anda atau kerajaan anda memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan Dwarf. Jika anda memiliki hubungan baik dengan mereka, pesanan anda akan diprioritaskan dan anda akan mendapatkan alat itu lebih cepat dari yang lainnya," ucap nona Laviena.

"Begitu ya, terima kasih atas sarannya, nona komandan," ucap Ratu Kayana.

"Iya, sama-sama, nona Ratu,"

"Ah, sepertinya saya telah berbicara terlalu banyak, saya sampai lupa kalau saya harus segera kembali ke Holy Kingdom karena tugas yang diberikan oleh nona Maiden sudah selesai. Tetapi sebelum itu, nona Ratu, tentang insiden pembunuhan kedua High Priest di kerajaan ini, anda maunya bagaimana? Saya tidak keberatan apabila anda memberitakan tentang saya yang telah membunuh 2 orang High Priest, asalkan anda tidak memberitakan tentang Rid Archie yang membunuh High Priest itu," ucap nona Laviena.

Ratu Kayana pun terdiam sesaat setelah mendengar perkataan nona Laviena. Tidak lama kemudian, dia pun mulai berbicara kembali.

"Saya memutuskan untuk tidak memberitakan pembunuhan High Priest baik yang dilakukan oleh anda maupun Rid Archie. Meskipun anda bilang kalau anda tidak keberatan apabila saya memberitakan tentang anda yang membunuh High Priest, tetapi jika anda yang merupakan salah satu komandan Holy Knights muncul di surat kabar yang beredar di kerajaan ini, semua orang yang ada di kerajaan ini tentunya akan heboh. Saya tidak mau membuat orang-orang di kerajaan ini menjadi heboh, apalagi kerajaan ini belum pulih total setelah terjadinya insiden penyerangan," ucap Ratu Kayana.

"Ya sudah jika anda maunya seperti itu. Kalau begitu keperluan saya disini sudah selesai. Saya akan segera pergi dari sini. Tetapi sebelum itu....," ucap nona Laviena.

Setelah mengatakan itu, nona Laviena lalu melihat ke arah kristal komunikasi yang masih dia pegang di tangannya. Kristal komunikasi itu masih mengeluarkan cahaya yang cukup terang.

"....Rid Archie, aku tahu kalau kamu masih mendengarkan," ucap nona Laviena.

Kristal komunikasi yang dipegang oleh nona Laviena hanya diam saja tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Meski begitu, nona Laviena terus melanjutkan perkataannya.

"Sayang sekali kita batal untuk bertarung, Rid Archie. Ini karena nona Maiden memintaku untuk segera kembali ke Holy Kingdom. Padahal aku sudah cukup antusias untuk bertarung denganmu sekaligus bertemu denganmu secara langsung. Aku benar-benar penasaran dengan dirimu karena aku yakin kalau kamu itu kuat, kamu bahkan tidak merasa takut ketika berbicara denganku,"

"Namun meski kita gagal untuk bertemu kali ini, tetapi aku yakin kalau kita akan bertemu lagi suatu saat nanti. Jika kita bertemu lagi suatu saat nanti, aku pasti akan menantangmu untuk bertarung lagi. Aku akan mengalahkanmu lalu merekrutmu untuk menjadi anak buahku," ucap nona Laviena.

Setelah mengatakan itu, nona Laviena lalu menggenggam kristal komunikasi yang dipegangnya itu hingga pecah dan hancur berkeping-keping. Pecahan kristal komunikasi itu pun langsung berjatuhan ke lantai. Cahaya yang keluar dari kristal komunikasi itu pun langsung redup setelah kristal komunikasi itu hancur.

Ketika nona Laviena sedang menggenggam kristal komunikasi itu hingga hancur, orang-orang yang ada di ruangan itu merasakan kalau tekanan udara di ruangan itu tiba-tiba menjadi berat. Orang-orang itu pun langsung memegangi leher mereka karena mereka kembali merasa kesulitan bernafas. 

"Tekanan aura lagi?!," pikir Duchess Arlet.

Tetapi kesulitan bernafas yang mereka rasakan hanya sebentar saja karena tekanan udara di ruangan itu yang sebelumnya menjadi berat secara perlahan mulai kembali normal. Setelah tekanan udara di ruangan itu kembali menjadi normal, semua orang yang ada di ruangan itu pun berhenti memegangi leher mereka. Meski begitu beberapa di antara mereka masih terkejut karena munculnya tekanan aura yang hanya sebentar itu.

Lalu, setelah menghancurkan kristal komunikasi yang dipegangnya, nona Laviena lalu menjatuhkan pecahan-pecahan kristal komunikasi yang ada di masih ada di tangannya itu ke lantai. Setelah itu, nona Laviena pun mulai berbicara kembali.

"Keperluan saya di tempat ini sudah selesai. Kalau begitu, saya izin untuk pamit dulu, nona Ratu," ucap nona Laviena.

Ratu Kayana terlihat masih sedikit terkejut karena dia juga merasakan tekanan aura yang sebelumnya tiba-tiba muncul. Meski begitu, Ratu Kayana tetap menanggapi perkataan nona Laviena.

"....Iya, hati-hati di jalan, nona komandan," ucap Ratu Kayana.

"Terima kasih, nona Ratu. Kalau begitu saya pergi dulu," ucap nona Laviena.

Nona Laviena lalu berbalik badan dan secara perlahan mulai melangkah pergi untuk meninggalkan ruangan itu. Tetapi baru beberapa langkah nona Laviena berjalan, nona Laviena tiba-tiba kembali berbicara.

"Ah benar juga, soal semua orang yang tergeletak di istana ini akibat terkena kekuatan saya, kalian tidak perlu khawatir. Mereka akan bangun kembali sekitar 5 atau 10 menit lagi. Jadi kalian tunggu saja sampai mereka semua bangun," ucap nona Laviena.

Nona Laviena mengatakan itu tanpa berbalik badan dan melihat ke arah Ratu Kayana dan yang lainnya. Ratu Kayana dan yang lainnya pun hanya diam saja tanpa menanggapi perkataan nona Laviena.

Lalu setelah nona Laviena mengatakan itu, nona Laviena pun kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi meninggalkan ruangan itu. Remia, Willa dan Alexis pun juga ikut melangkah untuk pergi meninggalkan ruangan itu. Mereka bertiga kini berjalan di belakang nona Laviena.

Nona Laviena dan yang lainnya pun kini sudah mau mendekati pintu keluar ruangan itu. Ketika nona Laviena dan yang lainnya sedang berjalan mendekati pintu keluar ruangan itu, nona Laviena tiba-tiba berbicara kembali.

"Alexis, perintahkan para Priest itu untuk membawa jasad Theodor. Sekaligus perintahkan para Priest yang ada di istana ini untuk kembali," ucap nona Laviena kepada Alexis.

"Baik," ucap Alexis.

Setelah mengatakan itu, Alexis lalu menoleh ke arah para Priest yang sebelumnya ikut bersama High Priest Theodor untuk datang ke ruangan itu. Beberapa dari mereka terlihat masih tergeletak tidak sadarkan diri karena terkena efek dari tekanan aura yang dikeluarkan oleh nona Laviena sebelumnya. Sementara mereka yang masih tersadar terlihat sedang mengurus beberapa Priest yang masih tergeletak dan beberapa sisanya sedang mengurus jasad High Priest Theodor.

"Kalian semua, segeralah kembali ke gereja. Bawa rekan-rekan kalian yang tergeletak dan juga jasad Theodor," ucap Alexis.

Para Priest yang sebelumnya sibuk dengan urusan mereka masing-masing pun langsung menoleh ke arah Alexis setelah Alexis selesai berbicara.

"Baik, tuan Holy Priest," ucap para Priest itu.

Setelah itu, para Priest itu pun langsung mengangkat atau mengendong rekan-rekan mereka yang tergeletak dan juga jasad High Priest Theodor. Setelah itu, mereka langsung bergerak pergi menyusul nona Laviena dan yang lainnya yang saat ini sudah berada di pintu keluar ruangan itu. Nona Laviena dan yang lainnya yang sudah berada di pintu keluar ruangan itu pun terus melanjutkan langkah mereka untuk pergi dari sana. Tidak lama kemudian, nona Laviena dan yang lainnya beserta para Priest itu pun telah pergi meninggalkan ruangan itu.

-

Sementara itu, di halaman depan kediaman Duke Louis, tempat Rid berada.

Ketika aku sebelumnya sedang mendengarkan perkataan salah satu komandan Holy Knights yang bernama Laviena, tiba-tiba kristal komunikasi yang aku pegang terputus. Itu karena cahaya yang bersinar cukup terang yang biasanya muncul ketika sedang menggunakan kristal komunikasi tiba-tiba menghilang.

"Kristal komunikasinya terputus. Sepertinya komandan Holy Knights itu sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri komunikasi ini," pikirku.

Setelah itu, aku pun terdiam sambil terus memikirkan apa yang terjadi sebelumnya.

"Aku sedikit tidak percaya dengan apa yang aku dengar barusan dari kristal komunikasi tadi. Aku mendengar kalau High Priest Theodor telah dibunuh oleh komandan Holy Knights itu. Selain itu, aku tidak menyangka kalau pemimpin tertinggi Holy Kingdom yang juga merupakan pemimpin Holy Knights dan juga gereja Sancta Lux akan muncul. Mereka tadi menyebutnya dengan nama 'nona Holy Maiden'. Itu berarti pemimpin Holy Kingdom merupakan seorang wanita," pikirku.

Aku terus memikirkan apa yang sebelumnya aku dengar dari kristal komunikasi. Namun ketika aku sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba ada seseorang yang memelukku dari belakang. Aku pun sedikit terkejut ketika mengetahui hal itu. Aku sontak langsung menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memelukku.

Ketika aku menoleh, aku melihat kalau Irene lah yang sedang memelukku. 

"Irene, kenapa kamu tiba-tiba memelukku?," tanyaku.

Irene tidak menjawab pertanyaanku sama sekali setelah aku menanyakan hal itu. Meski Irene tidak menjawab, Irene masih terus memelukku.

"Irene?," tanyaku.

Karena Irene tidak menjawab pertanyaanku, aku pun memutuskan hanya diam saja sambil terus melihatnya yang sedang memelukku. Ketika aku melihat Irene, aku menyadari kalau Irene terlihat pucat. Irene juga kelihatan lemas, terlihat dari caranya menarik nafas dengan pelan-pelan. Setelah menyadari hal itu, aku pun kembali bertanya kepada Irene.

"Apa yang terjadi, Irene? Kenapa kamu kelihatan lemas?," tanyaku.

Setelah aku menanyakan itu, Irene tetap tidak menjawab pertanyaanku seperti sebelumnya.

"Irene?," tanyaku lagi.

Irene masih tetap tidak menjawab pertanyaanku. Tetapi tidak lama kemudian, Irene pun mulai berbicara.

"Rid....," ucap Irene.

Irene berbicara dengan pelan dan terdengar seperti terbata-bata, persis seperti orang yang sedang lemas.

"Apa yang terjadi kepadamu, Irene?," tanyaku.

"Awalnya aku...ingin merahasiakan.....hal ini, tetapi...sepertinya aku.....harus memberitahumu.....tentang sesuatu...yang tidak.....bisa kamu.....kendalikan," ucap Irene.

Aku sedikit bingung dengan apa yang dikatakan oleh Irene.

"Sesuatu yang tidak bisa aku kendalikan? Apa maksudmu, Irene?," tanyaku.

"Lihat.....sekelilingmu, Rid," ucap Irene.

"Sekelilingku?," tanyaku.

Setelah itu, aku lalu melihat ke sekelilingku seperti yang dikatakan oleh Irene. Setelah aku melihat ke sekelilingku, aku pun langsung terkejut. Itu karena aku melihat semua orang yang ada di halaman depan kediaman Duke Louis telah tergeletak dan tidak sadarkan diri. Bahkan nona Elsie, Leandra, Lily dan juga senior Nadine juga tergeletak dan tidak sadarkan diri.

"Apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka semua tidak sadarkan diri?," tanyaku.

"Mereka tidak.....sadarkan diri...karena perbuatanmu, Rid," ucap Irene.

"Perbuatanku?," ucapku yang masih terkejut.

-Bersambung