Chereads / Peace Hunter / Chapter 455 - Chapter 455 : Tamu Tak Diundang

Chapter 455 - Chapter 455 : Tamu Tak Diundang

Kembali ke tempat Rid, Irene dan yang lainnya berada.

Setelah mendengar perkataan senior Nadine sebelumnya, beberapa prajurit yang sebelumnya menyalahkanku karena aku yang telah membuat gereja Sancta Lux menyerang kediaman paman Louis pun mulai meminta maaf kepadamu.

"Rid Archie, aku minta maaf karena telah menyalahkanmu,"

"Aku juga minta maaf, padahal kamu telah banyak membantu keluarga San Lucia yang aku layani, tetapi aku malah menyalahkanmu dan berniat untuk memintamu pergi agar kediaman tuan Duke tidak diserang lagi oleh gereja Sancta Lux,"

"Aku juga minta maaf karena telah menyalahkanmu, Rid Archie," ucap beberapa prajurit itu.

Setelah mendengar permintaan maaf mereka, aku pun langsung menanggapi permintaan maaf mereka.

"Sudah, tidak apa-apa. Lagipula perkataan kalian tidak salah, aku sendiri pun berpikir kalau memang aku lah yang menyebabkan kediaman paman Louis diserang oleh gereja Sancta Lux karena aku saat ini tinggal di kediaman paman Louis. Justru aku lah yang seharusnya meminta maaf karena telah menimbulkan banyak masalah kepada kalian setelah aku tinggal di kediaman paman Louis," ucapku.

Beberapa prajurit yang sebelumnya meminta maaf kepadaku pun terdiam setelah mendengar perkataanku. Sementara Irene yang juga mendengar perkataanku langsung menanggapi perkataanku.

"Kamu tidak menimbulkan masalah sama sekali, Rid, jadi kamu tidak perlu meminta maaf. Lalu kamu juga tidak perlu merasa bersalah, bukan kamu lah yang menyebabkan kediaman ayahandaku diserang. Satu-satunya yang harus disalahkan adalah gereja Sancta Lux, karena cara mereka dalam merekrut seseorang untuk menjadi bagian dari gereja Sancta Lux terlalu kasar. Mereka tidak segan-segan untuk melakukan penyerangan atau tindakan kasar lainnya agar orang yang mereka incar mau menjadi bagian dari gereja Sancta Lux," ucap Irene.

"Seperti perkataan Irene, gereja Sancta Lux lah yang bersalah untuk masalah ini. Jadi lebih baik kamu tidak perlu terlalu memikirkan tentang masalah ini, Rid," ucap senior Nadine.

"Baiklah jika kalian berdua bilang begitu," ucapku.

Setelah itu, senior Nadine menoleh ke arah beberapa prajurit yang sebelumnya meminta maaf kepadaku.

"Karena kalian telah meminta maaf kepada Rid, apa itu berarti kalian masih mau untuk tetap menjadi prajurit Duke San Lucia?," tanya senior Nadine.

Beberapa prajurit itu lalu kompak menjawab pertanyaan senior Nadine.

"Benar, nona Nadine. Kami masih mau menjadi prajurit Duke San Lucia," ucap beberapa prajurit itu.

"Baiklah. Karena kalian masih mau menjadi prajurit Duke San Lucia, sekarang lakukanlah tugas kalian. Sekarang karena kondisi Irene baik-baik saja, kalian segera kembali ke gerbang depan kediaman paman Louis untuk membantu rekan-rekan kalian yang terluka atau yang sudah tumbang. Bawa dan kumpulkan mereka semua ke halaman depan kediaman paman Louis,"

"Tidak hanya rekan kalian saja, bawa juga para Priest yang terluka ataupun yang sudah tumbang ke halaman depan," ucap senior Nadine.

Beberapa prajurit itu terlihat bingung setelah mendengar perkataan senior Nadine yang bilang untuk membawa para Priest yang terluka juga.

"Kenapa kami juga harus membawa para Priest gereja Sancta Lux yang telah menyerang kami, nona Nadine?," tanya salah satu prajurit.

"Untuk sekarang bawa saja mereka dulu, kita akan menentukan apa yang harus kita lakukan ke mereka nanti," ucap senior Nadine.

"Baik, nona Nadine," ucap prajurit itu.

"Lalu bawa juga jasad High Priest Julian beserta Priest yang telah tumbang di dekatnya ke halaman depan," ucap senior Nadine.

"Baik, nona Nadine," ucap prajurit itu.

Setelah itu, senior Nadine menoleh ke arah beberapa prajurit yang sebelumnya setuju dengan perkataannya.

"Kalian juga, lakukanlah tugas kalian bersama mereka," ucap senior Nadine.

Beberapa prajurit itu pun langsung menanggapi perkataan senior Nadine.

"Baik, nona Nadine," ucap beberapa prajurit itu.

Para prajurit yang sebelumnya terpisah kubu itu kemudian berkumpul.

"Ayo semua kita lakukan tugas yang diberikan oleh nona Nadine. Pertama beberapa orang tolong bawa jasad High Priest Julian beserta Priest yang tergeletak di dekatnya itu. Lalu sisanya segera kembali ke gerbang depan kediaman tuan Duke. Ketika kembali, kalian jangan lupa untuk membawa rekan-rekan kita yang sebelumnya telah tumbang akibat tekanan udara yang tiba-tiba menjadi berat," ucap salah satu prajurit.

"Benar juga, kita sebelumnya terlalu fokus memikirkan putri Irene sampai lupa tentang mereka yang telah tumbang," 

"Sebelumnya aku juga hampir tumbang karena tekanan udara yang tiba-tiba menjadi berat itu,"

"Aku juga, sebenarnya apa penyebab tekanan udara yang tiba-tiba menjadi berat itu?," ucap prajurit yang lainnya.

Senior Nadine yang mendengar perkataan para prajurit itu pun baru mengingat kalau dia juga sebelumnya merasakan tekanan udara yang berat itu.

"Benar juga, aku terlalu fokus dengan Irene dan tewasnya High Priest Julian sampai aku lupa akan hal itu," pikir senior Nadine.

Setelah itu, tiba-tiba senior Nadine menoleh ke arahku dan Irene.

"Rid, Irene, apa sebelumnya kalian merasakan kalau tekanan udara yang ada di sekitar menjadi berat?," tanya senior Nadine.

Setelah mendengar pertanyaan senior Nadine, aku pun langsung menjawabnya.

"Aku tidak merasakan kalau tekanan udara di sekitar menjadi berat sebelumnya. Tidak ada yang berubah dari tekanan udara di sekitar tempat ini. Udaranya sama seperti sekarang," ucapku.

"...Aku juga tidak merasakannya," ucap Irene.

Setelah mendengar perkataanku dan Irene, senior Nadine pun langsung terdiam.

"Ini aneh. Sebelumnya, jelas-jelas kalau aku merasakan tekanan udara yang berat yang berasal dari tekanan aura milik seseorang berasal dari tempat mereka berada yaitu tempat ini. Tetapi kenapa mereka berdua tidak merasakannya? Apakah mereka berbohong tentang hal ini?,"

"Sebelumnya di tempat ini hanya ada Rid, Irene, High Priest Julian dan satu Priest yang bersama High Priest Julian. Itu berarti orang yang menggunakan tekanan aura adalah salah satu di antara mereka. Aku ragu kalau priest yang bersama High Priest Julian bisa mengeluarkan tekanan aura. Sementara untuk High Priest Julian, dia bisa saja menggunakannya, tetapi ada yang janggal jika memang dia bisa menggunakannya. Jika dia memang bisa menggunakannya, seharusnya dia menggunakannya dari awal saat pertama kali dia datang ke kediaman paman Louis untuk mengintimidasi kami, tetapi dia malah tidak menggunakannya. Jadi sepertinya bukan High Priest Julian yang mengeluarkan tekanan aura,"

"Itu berarti yang mengeluarkan tekanan aura sebelumnya antara Irene atau Rid. Tetapi jika melihat kekuatan mereka masing-masing, kemungkinan besar yang mengeluarkan tekanan aura adalah Rid karena dia memiliki kapasitas Mana yang sangat banyak. Aku bisa berpikiran begitu karena aku tidak pernah melihat dia kelelahan setelah menggunakan banyak sihir. Jika dia memiliki banyak Mana, tidak mengherankan kalau dia bisa mengeluarkan tekanan Aura. Jika benar Rid yang mengeluarkan tekanan aura itu, kenapa Irene tidak merasakannya? Apa mungkin Irene berbohong soal itu? ," pikir senior Nadine.

-

Sementara itu, di ruangan tempat Ratu Kayana, para Duke, para Duchess dan para komandan prajurit berkumpul.

Orang-orang yang ada di ruangan itu selain Ratu Kayana, nona Violetta dan nona Karina terlihat terkejut setelah mendengar penjelasan Ratu Kayana.

"Jadi orang yang telah membunuh tuan Remy adalah seorang iblis berdarah murni, selain itu iblis itu merupakan salah satu dari komandan pasukan iblis. Aku tidak menyangka ini, tetapi bila itu memang benar maka itu masuk akal kenapa tuan Remy bisa berubah menjadi iblis dan merubah orang-orang menjadi iblis karena dia mendapatkan darah iblis dari komandan iblis itu," ucap Duke Louis.

"Saya tidak menyangka kalau tuan Remy bisa bekerja sama dengan komandan iblis itu untuk membunuh anda dan merebut kerajaan ini, Yang Mulia Ratu. Meskipun pada akhirnya tuan Remy sendiri lah yang dibunuh oleh komandan iblis itu karena beliau telah memancing kedatangan para Malaikat. Hal itu bertolak belakang dengan keinginan komandan iblis itu yang ingin merebut kerajaan ini secara diam-diam," ucap komandan Asier.

"Selain hal itu, saya tidak menyangka kalau ras iblis yang tinggal di benua Selatan, benua yang berbeda dari benua yang kita tinggali ini berniat untuk merebut kerajaan ini. Mereka berniat untuk menjadikan kerajaan ini sebagai tambahan kekuatan untuk berperang kembali dengan ras Malaikat," komandan Ivana.

"Saya pikir 'Great Holy War' yang terjadi lebih dari 100 tahun yang lalu telah selesai dan ras Iblis serta ras Malaikat pun telah melakukan gencatan senjata dengan membagi 2 benua sebagai tempat yang masing-masing mereka pimpin. Tetapi ras Iblis berniat untuk mendeklarasikan perang besar itu lagi dengan melawan ras Malaikat. Jika ras Malaikat tahu soal ini, hanya tinggal menunggu waktu saja sampai perang besar itu benar-benar terjadi," ucap Komandan Oliver.

"Jika perang besar itu terjadi lagi, kerajaan ini akan terkena dampaknya juga. Tidak hanya kerajaan ini, melainkan seluruh dunia. Aku tidak menyangka kalau kita akan mendapatkan informasi yang sangat mengejutkan ini dari terbunuhnya tuan Remy," ucap Duchess Arlet.

"Maka dari itu, sebelumnya aku bilang kepada kalian untuk merahasiakan tentang hal ini. Jika kita menyebarkan tentang hal ini, seluruh kerajaan ini akan heboh dan gempar. Kerajaan ini masih belum pulih sepenuhnya setelah terjadinya penyerangan yang didalangi oleh tuan Remy, aku tidak mau membuat kerajaan ini dilanda kepanikan lagi akibat tersebarnya informasi ini," ucap Ratu Kayana.

"Anda tenang saja, Yang Mulia Ratu. Kami berjanji untuk tidak menyebarkan informasi ini," ucap Duke Louis.

Semua orang yang ada di ruangan itu selain Duke Louis dan Ratu Kayana pun mengangguk setuju dengan perkataan Duke Louis.

"Terima kasih atas kerja sama kalian. Karena aku sudah memberitahu rahasia tentang penyerangan yang dilakukan oleh tuan Remy kepada kalian, sekarang mari kita membahas tentang rencana pemulihan setelah terjadinya penyerangan itu," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap semua orang selain Ratu Kayana.

Ketika semua orang yang ada di ruangan itu mulai membahas tentang rencana yang dikatakan oleh Ratu Kayana, tiba-tiba dari saku pakaian Duke Louis muncul sebuah cahaya yang cukup terang. Semua orang yang ada di ruangan itu pun langsung terfokus ke arah cahaya yang muncul dari saku pakaian Duke Louis.

"Maaf, Yang Mulia Ratu, sepertinya ada seseorang yang mau menghubungi saya lewat kristal komunikasi. Bolehkah saya menjawab panggilannya terlebih dahulu?," tanya Duke Louis.

"Silahkan, tuan Louis. Kelihatannya anda sudah menaruh kembali kristal komunikasi yang sebelumnya anda tinggalkan ketika menghadiri pemakaman," ucap Ratu Kayana.

"Iya, Yang Mulia Ratu. Saya khawatir akan ada yang menghubungi saya, makanya saya taruh di saku pakaian saya lagi. Kalau begitu, saya mau menjawab panggilannya dulu," ucap Duke Louis.

"Iya," ucap Ratu Kayana.

Duke Louis lalu mengambil kristal komunikasi yang ada di saku pakaiannya. Setelah mengambil kristal komunikasi itu, Duke Louis lalu mulai berbicara dengan orang yang menghubunginya.

"Halo," ucap Duke Louis.

"H-halo, tuan Duke. I-ini saya Hertha yang merupakan salah satu pelayan anda," ucap suara perempuan dari kristal komunikasi itu.

Perempuan itu memberitahu kalau namanya adalah Hertha.

"Ada apa, Hertha?!," ucap Duke Louis.

"S-saya ingin memberitahu anda sesuatu, tuan Duke. S-sebelumnya saya sempat menghubungi anda beberapa kali tetapi anda tidak menjawab panggilan saya," ucap Hertha.

"Maaf, sepertinya ketika kamu memberitahuku sebelumnya, aku sedang berada di pemakaman untuk menghadiri acara pemakaman. Ketika aku berada disana, aku tidak membawa kristal komunikasiku agar tidak mengganggu," ucap Duke Louis.

"A-anda tidak perlu minta maaf, tuan Duke," ucap Hertha.

"Baiklah. Jadi sesuatu apa yang ingin kamu beritahu, Hertha? Lalu, kenapa kamu kedengarannya seperti sedang panik?," tanya Duke Louis.

"A-ah itu, saya ingin memberitahu anda kalau kediaman anda saat ini sedang diserang oleh gereja Sancta Lux yang dipimpin oleh High Priest Julian," ucap Hertha.

Duke Louis yang mendengar hal itu pun langsung terkejut. Tidak hanya Duke Louis saja, semua orang yang ada di ruangan itu pun juga terkejut setelah mendengar perkataan Hertha. Alasan perkataan Hertha bisa didengar oleh mereka karena Duke Louis membiarkan suara yang berasal dari kristal komunikasinya juga terdengar oleh orang lain, bukan hanya dia saja.

"Kenapa High Priest Julian menyerang kediamanku? Apa alasannya?," tanya Duke Louis sambil terkejut.

"H-High Priest Julian menyerang kediaman anda untuk menculik putri Irene yang akan dijadikan umpan untuk memancing Rid Archie agar mau menemuinya," ucap Hertha.

"Apa katamu barusan? Yang benar saja!!!," ucap Duke Louis yang mulai terlihat marah.

"S-saat ini, putri Irene, nona Nadine dan beberapa prajurit anda sedang melawan mereka di gerbang depan kediaman anda. Saya tidak tahu kondisinya sekarang karena saya sedang berada di dalam kediaman anda bersama para pelayan yang lain," ucap Hertha.

"Begitu ya. Baiklah, kalian semua terus saja diam di dalam kediamanku. Aku dan Arlet akan segera kembali," ucap Duke Louis.

"B-baik, tuan Duke," ucap Hertha.

Setelah itu, Duke Louis mengakhiri panggilan dari kristal komunikasi itu. Dia lalu menaruh kembali kristal komunikasi itu di saku pakaiannya.

"Maaf, Yang Mulia Ratu. Seperti yang anda dengar barusan, kediaman saya sedang diserang oleh High Priest Julian yang merupakan High Priest gereja Sancta Lux kota San Lucia. Mereka berniat untuk menculik putri saya agar bisa memancing Rid. Saya dan Arlet harus segera kembali untuk membantu," ucap Duke Louis.

"Baiklah, tuan Louis. Aku akan mengutus beberapa prajurit untuk ikut membantu anda," ucap Ratu Kayana.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu. Ayo kita segera kembali, sayang," ucap Duke Louis sambil menoleh ke arah Duchess Arlet.

"Iya," ucap Duchess Arlet.

Duke Louis dan Duchess Arlet kemudian mulai berdiri dan bersiap untuk meninggalkan ruangan itu. Melihat Duke Louis dan Duchess Arlet bersiap meninggalkan ruangan itu, komandan Asier pun juga ikut berdiri.

"Tunggu ayahanda, ibunda. Izinkan aku untuk ikut bersama kalian," ucap komandan Asier.

Duke Louis dan Duchess Arlet yang bersiap untuk meninggalkan ruangan itu pun lalu menoleh ke arah komandan Asier.

"Ikut bersama kami? Tetapi Asier, kamu itu komandan yang menjaga wilayah lain," ucap Duke Louis.

"Tidak masalah, aku mengizinkannya apabila Asier mau ikut," ucap Ratu Kayana yang tiba-tiba memotong obrolan mereka.

"Yang Mulia Ratu?!," ucap Duke Louis yang terkejut setelah mendengar perkataan Ratu Kayana.

"Terima kasih, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Asier.

"Sekarang, cepat kalian kembali ke kediaman kalian. Orang-orang di kediaman kalian sedang butuh bantuan kalian secepatnya," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Asier.

Setelah itu, mereka bertiga pun bersiap untuk meninggalkan ruangan itu. Mereka lalu bergegas menuju pintu keluar ruangan itu. Tetapi sebelum mereka sampai ke pintu keluar itu, tiba-tiba pintu keluar itu terbuka. Orang-orang yang ada di ruangan itu pun terkejut ketika melihat pintu keluar itu tiba-tiba terbuka. Setelah pintu keluar itu terbuka, di depan pintu itu terlihat ada 4 orang yang mengenakan seragam seperti seragam Priest gereja Sancta Lux, tetapi 4 orang itu mengenakan tudung kepala yang membuat kepala serta wajah mereka tidak terlihat.

"Permisi, maaf karena telah mengganggu waktu kalian semua," ucap salah satu dari 4 orang itu.

Suara orang itu terdengar seperti suara seorang wanita. Semua orang yang ada di ruangan itu pun terkejut setelah melihat 4 orang itu. Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Asier yang sebelumnya bersiap untuk meninggalkan ruangan itu pun langsung berhenti setelah melihat 4 orang itu.

Lalu setelah membuka pintu itu, 4 orang itu mulai masuk ke dalam ruangan itu dengan dipimpin oleh wanita yang berbicara sebelumnya. Melihat 4 orang itu mulai masuk ke dalam ruangan itu, komandan Oliver yang sebelumnya sedang duduk pun langsung berdiri. Dia berdiri sambil memegang pedangnya yang ada di pinggangnya.

"Siapa kalian? Seragam yang kalian kenakan terlihat seperti Priest gereja Sancta Lux, tetapi meski kalian berasal dari gereja Sancta Lux, kalian tidak bisa seenaknya masuk ke ruangan ini tanpa izin," ucap komandan Oliver.

"Saya minta maaf karena telah masuk ke ruangan ini seenaknya. Alasan saya masuk ke ruangan ini karena saya memiliki keperluan dengan para pemimpin di kerajaan ini," ucap wanita yang berbicara sebelumnya.

Wanita itu berbicara sambil terus berjalan masuk ke dalam ruangan bersama dengan 3 orang lainnya.

"Berhenti sampai disitu, jangan coba-coba kalian untuk mendekat lagi," ucap komandan Oliver sambil bersiap untuk menyerang.

Para komandan yang lain seperti komandan Keira, komandan Ivana, komandan Allister dan bahkan komandan Asier yang sudah berdiri pun juga terlihat bersiap untuk menyerang. Tetapi meski komandan Oliver sudah memperingati keempat orang itu, keempat orang itu tetap berjalan mendekat. Melihat keempat orang itu tetap berjalan, komandan Oliver dengan cepat langsung melesat ke arah mereka.

"Aku sudah bilang pada kalian untuk berhenti!," ucap komandan Oliver.

~Lightning Sword Art : Lightning Speed Slash~

Komandan Oliver lalu menyerang wanita itu dengan menggunakan pedangnya. Melihat wanita yang berada di depan akan diserang oleh komandan Oliver, 2 orang yang berada di belakangnya pun langsung bersuara untuk memperingati wanita itu.

"Nona!," ucap 2 orang yang ada di belakang wanita itu.

Suara 2 orang yang ada di belakang wanita itu juga terdengar seperti suara wanita. Lalu, ketika pedang komandan Oliver sudah hampir mengenai tubuh wanita itu, wanita itu tiba-tiba menggerakkan tangan kanannya dengan sangat cepat untuk menahan serangan komandan Oliver. Lalu....

*CLANK

Serangan komandan Oliver pun berhasil ditahan oleh wanita itu. Komandan Oliver terlihat terkejut begitu mengetahui serangan yang dia lesatkan dapat ditahan oleh wanita itu. Yang lebih membuatnya terkejut adalah wanita itu dapat menahan serangan komandan Oliver hanya dengan menggunakan telapak tangan kanan miliknya.

"A-apa,?!," ucap komandan Oliver yang terkejut.

Tidak hanya komandan Oliver saja yang terkejut, semua orang yang ada di ruangan itu pun juga terkejut.

"Serangan tuan Oliver ditahan?!," ucap Duke Dylan.

"Yang benar saja, dia bisa menahan serangan tuan Oliver?! Apalagi dia menahan serangan tuan Oliver hanya dengan menggunakan telapak tangannya saja?!," ucap Duke Neil.

Tetapi setelah dilihat dari dekat, wanita itu tidak menahan serangan komandan Oliver hanya dengan telapak tangan biasa, telapak tangannya terlihat diselimuti oleh sebuah air yang tipis. Jadi tangannya itu seolah seperti sedang menggunakan sarung tangan tipis yang terbuat dari air.

Lalu, pedang komandan Oliver dan telapak tangan kanan wanita itu pun terus beradu. Efek benturan yang dilakukan mereka membuat hembusan angin tercipta dan membuat seluruh ruangan itu terkena hembusan angin itu. Hembusan angin itu bahkan membuat tudung kepala yang dikenakan wanita itu terbuka. Setelah tudung kepala wanita itu terbuka, kepala dan wajah dari wanita itu pun terlihat dengan jelas. Komandan Oliver yang berada di hadapan wanita itu pun terkejut ketika melihat wajah wanita itu. Tidak hanya, komandan Oliver saja, semua orang yang ada di ruangan itu, khususnya nona Violetta terlihat terkejut setelah melihat wanita itu.

Tepat setelah tudung kepala wanita itu terbuka, komandan Oliver langsung mundur beberapa langkah setelah sebelumnya sempat beradu dengan wanita itu. Lalu setelah komandan Oliver mundur, wanita itu lalu mengangkat tangan kanannya. Air yang menyelimuti tangan kanannya secara perlahan mulai menghilang. Setelah air yang menyelimuti tangan kanannya menghilang, terlihat jelas wujud telapak tangannya. Orang-orang yang ada di ruangan itu pun kembali terkejut ketika melihat telapak tangan kanan wanita itu. Itu karena wanita itu memiliki telapak tangan yang berselaput. Selain itu, wanita itu juga memiliki telinga panjang yang berbentuk seperti sirip ikan.

"Telinga panjang yang berbentuk seperti sirip ikan dan juga telapak tangan yang berselaput, bukankah itu ciri-ciri dari ras Siren?!," tanya Ratu Kayana yang terkejut.

"Ras Siren, ras langka yang jarang ditemui di permukaan karena mereka hidup di dalam laut. Kenapa seseorang dari ras Siren datang kesini?!," tanya komandan Oliver yang terkejut.

"Sesuai yang saya katakan sebelumnya, alasan saya datang kesini karena saya memiliki keperluan dengan para pemimpin di kerajaan ini," ucap wanita itu.

Sementara itu, nona Violetta yang sebelumnya sangat terkejut begitu melihat wajah wanita itu, kini mulai berbicara.

"N-nona Laviena?!," ucap nona Violetta.

Setelah mendengar perkataan nona Violetta, orang-orang yang ada di ruangan itu lalu menoleh ke arah nona Violetta.

"Kamu mengenal wanita itu dari ras Siren itu, Violetta?," tanya Ratu Kayana.

"I-iya, saya mengenalnya. B-beliau merupakan salah satu dari komandan Holy Knights yang berasal dari Holy Kingdom," ucap nona Violetta.

Semua orang yang berada di ruangan itu pun langsung terkejut setelah mendengar perkataan nona Violetta.

"Apa?! Salah satu komandan Holy Knights?! Kamu serius, Violetta?," tanya Ratu Kayana yang terkejut.

"Saya serius, Yang Mulia Ratu. Yang Mulia Ratu tentu tahu kalau sebelum saya kembali kesini, saya merupakan anggota dari Holy Knights. Maka dari itu saya mengenal beliau," ucap nona Violetta.

Ratu Kayana pun terdiam setelah mendengar perkataan nona Violetta. Dia terlihat masih tidak percaya dengan yang dikatakan oleh nona Violetta. Disaat situasi di tempat itu menjadi sunyi karena mereka semua masih terkejut dengan yang dikatakan oleh nona Violetta, nona Laviena tiba-tiba mulai berbicara.

"Saya minta maaf karena saya belum memperkenalkan diri saya. Nama saya adalah Laviena Aria Eldoris, seperti yang dikatakan oleh Violetta, saya merupakan salah satu dari Holy Knights yang berasal dari Holy Kingdom, Svetais. Alasan saya datang ke kerajaan ini adalah karena saya harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh nona Maiden," ucap nona Laviena sambil tersenyum.

-Bersambung