Chereads / Peace Hunter / Chapter 451 - Chapter 451 : Suara Teriakan

Chapter 451 - Chapter 451 : Suara Teriakan

Beberapa saat sebelumnya, di depan gerbang kediaman Duke Louis.

Debu asap yang berada di sekitar tempat itu terlihat sudah mulai menipis dan secara perlahan mulai menghilang. Para prajurit Duke San Lucia yang berada di sekitar tempat itu pun sudah bisa melihat ke sekitar mereka dengan sedikit lebih jelas. Tentu ini sangat membantu bagi mereka karena mereka saat ini masih terus melawan golem-golem ciptaan High Priest Julian. Dengan penglihatan yang sudah menjadi sedikit lebih jelas, mereka bisa melihat datangnya para golem yang ingin menyerang mereka. Mereka pun juga dapat bereaksi dengan cepat terhadap golem yang menyerang mereka ketika penglihatan mereka sudah menjadi sedikit lebih jelas.

Saat ini hanya golem-golem ciptaan High Priest Julian saja yang terus menyerang mereka. Sementara hanya tersisa sedikit dari Priest gereja Sancta Lux yang masih menyerang mereka, sisanya sudah dikalahkan oleh mereka. 

Sementara itu, di posisi paling belakang yang berada tepat di gerbang depan kediaman Duke Louis, Nadine terus menembaki golem-golem ciptaan High Priest Julian dari posisi itu.

"Golem-golem itu masih saja terus bermunculan. Apa High Priest itu masih belum dikalahkan oleh Irene?," pikir Nadine.

Nadine tidak bisa melihat atau mengetahui kalau Irene sudah mengalahkan High Priest Julian atau belum karena di sekitar tempat Irene berada masih diselimuti oleh debu asap yang cukup pekat. Debu asap yang cukup pekat itu mengganggu penglihatannya untuk melihat ke tempat Irene berada.

Lalu, beberapa saat kemudian, ketika Nadine sedang menembaki golem-golem yang ada di sekitar tempat itu, tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita dari tempat Irene berada.

*Aaaahhhhh

Suara itu terdengar pelan di sekitar tempat Nadine berada, namun yang pasti suara teriakan itu terdengar jelas meskipun pelan. Nadine pun terkejut setelah mendengar suara teriakan itu. Tidak hanya Nadine saja, Leandra dan Lily yang berada di sekitar tempat itu pun juga terkejut. Mereka terkejut karena mereka tahu siapa pemilik suara teriakan itu.

"Suara teriakan ini....., ini suara Irene," ucap Nadine.

"Nona Irene," ucap Leandra dan Lily secara berbarengan.

Leandra dan Lily pun langsung menoleh ke asal suara tersebut. Kemudian, mereka berdua pun langsung berlari ke asal suara tersebut yang berada di balik debu asap yang cukup pekat. Sementara Nadine yang melihat Leandra dan Lily sedang berlari juga ikut berlari untuk mengejar mereka. Para prajurit Duke San Lucia yang berada di sekitar tempat itu pun bingung ketika melihat Leandra, Lily dan Nadine tiba-tiba berlari menuju tempat yang masih diselimuti debu asap yang cukup pekat.

"Tunggu nona Nadine, kenapa anda tiba-tiba berlari kesana? Disana debu asapnya masih cukup pekat dan juga bukankah sebelumnya anda memerintahkan kami untuk tetap berada di sekitar gerbang depan kediaman tuan Duke?," tanya salah satu prajurit yang melihat Nadine sedang berlari.

"Apa kalian tidak mendengar suara teriakan barusan?," tanya Nadine sambil berlari.

Prajurit itu lalu menoleh satu persatu ke para prajurit yang ada di sekitarnya. Para prajurit yang ada di sekitarnya pun mengangguk pertanda kalau mereka juga mendengar suara teriakan yang ditanyakan oleh Nadine.

"Kami mendengarnya, nona Nadine," ucap prajurit itu.

"Lalu apa kalian tidak menyadari suara teriakan sialan itu? Suara teriakan itu adalah suara teriakan Irene. Jika Irene berteriak, berarti ada sesuatu yang terjadi dengan Irene. Maka dari itu aku, Leandra, dan Lily memutuskan untuk berlari ke asal suara teriakan itu. Dan disaat kami bertiga langsung bergegas menuju kesana, kalian hanya diam saja disini dan bertanya apa alasan kami bertiga berlari?," tanya Nadine dengan nada suara yang sedikit marah.

Prajurit itu pun sontak terkejut setelah mendengar perkataan Nadine.

"Maaf, nona Nadine, kami tidak menyadari kalau suara teriakan itu adalah suara teriakan putri Irene. Kami benar-benar lalai sebagai prajurit yang menjaganya," ucap prajurit itu sambil menundukkan kepalanya.

Para prajurit yang ada di sekitar prajurit itu pun juga menundukkan kepalanya. Sementara Nadine tidak menanggapi perkataan prajurit itu dan memilih untuk terus berlari ke tempat Irene.

Lalu, prajurit yang sebelumnya menunduk itu secara perlahan mulai mengangkat kepalanya lagi.

"Ayo semuanya, kita pergi juga ke tempat suara teriakan itu berasal. Kita juga harus menghampiri putri Irene, sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengannya. Kita harus membantunya," ucap prajurit itu.

"Iya," ucap para prajurit yang lainnya.

Para prajurit itu pun lalu ikut berlari mengikuti Nadine, Leandra dan Lily untuk menuju ke tempat terdengarnya suara teriakan yang mereka dengar. Tidak semua prajurit Duke San Lucia yang ikut berlari karena beberapa dari mereka terlihat masih melawan golem-golem buatan High Priest Julian.

Sementara itu, Leandra dan Lily yang berada di posisi paling depan sudah mau memasuki debu asap yang cukup pekat yang masih menyelimuti tempat Irene berada. Namun ketika mereka mau memasuki debu asap itu, ada sesuatu yang terbang melesat dengan cepat di atas mereka. Sesuatu itu mendahului mereka yang ingin masuk ke tempat yang masih diselimuti debu asap itu. Mereka berdua pun terkejut ketika melihat sesuatu yang terbang melesat dengan cepat itu. Saking terkejutnya, mereka berdua pun sampai berhenti berlari.

"Apa itu? Barusan ada sesuatu yang terbang melesat dengan cepat dan masuk ke kumpulan debu asap itu. Apa kamu melihatnya, Lily?," tanya Leandra.

"Iya, aku melihatnya. Tetapi aku tidak tahu apa yang terbang melesat itu karena sesuatu itu melesat dengan sangat cepat," ucap Lily.

Sementara itu, Nadine yang sebelumnya juga ikut berlari kini berhasil menyusul Leandra dan Lily yang sedang berhenti.

"Kalian berdua, apa kalian juga melihat sesuatu yang terbang melesat dengan cepat itu?," tanya Nadine.

Dari perkataannya Nadine, sepertinya dia juga melihat sesuatu itu.

"Iya, kami juga melihatnya, nona Nadine. Tetapi kami tidak tahu apa itu," ucap Leandra.

"Aku juga tidak tahu apa itu. Lebih baik kita sekarang bergegas untuk masuk ke dalam kepulan debu asap itu untuk melihat apa yang baru saja terbang melesat itu, sekaligus melihat kondisi Irene," ucap Nadine.

"Baik, nona Nadine," ucap Leandra dan Lily.

Setelah itu, mereka bertiga pun kembali berlari untuk memasuki kepulan asap yang ada di hadapan mereka.

-

Kembali ke saat ini, di tempat Irene berada.

Aku yang baru saja menebas tangan berukuran besar yang menggenggam Irene sekaligus menebas lengan kanan seseorang yang ada dekatnya lalu langsung berbalik badan menghadap ke arah Irene kembali. Setelah berbalik badan, aku melihat Irene yang sudah terbebas dari genggaman tangan berukuran besar itu kini sedang terjatuh ke bawah. Melihat itu, aku lalu mengarahkan tangan kananku ke arah Irene dan menciptakan sebuah matras yang terbuat dari sihir air.

~Water Magic : Water Creation Magic - Water Slime Mattress~

Setelah itu, Irene pun lalu jatuh ke matras itu. Meski matras itu terbuat dari air, tetapi matras itu tidak membasahi Irene karena matras itu berbentuk kenyal seperti sebuah slime atau jelly. Setelah terjatuh di matras itu, Irene pun langsung terbaring di matras itu.

Setelah melihat Irene yang terbaring di matras itu, aku lalu melihat kedua orang yang berada di hadapanku. Satu orang yang berpakaian seperti Priest sedang berdiri sambil memegang pundak orang yang satu lagi yang berada di sampingnya. Orang yang berada di samping orang berpakaian Priest itu terlihat mengenakan pakaian yang mirip dengan Priest gereja Sancta Lux, hanya saja pakaian itu terlihat sedikit mewah dari pakaian Priest gereja Sancta Lux yang biasanya.

"Orang itu, sepertinya orang itu adalah High Priest yang disebut oleh nona Elsie, High Priest Julian ya," pikirku.

High Priest Julian saat ini tengah terduduk sambil memegangi lengan kanannya yang telah terpotong. Dia terus berteriak sambil memegangi lengan kanannya itu dengan tangan kirinya.

"Arrrrghhhhh lenganku," ucap High Priest Julian.

Sementara itu, orang yang berada di samping High Priest Julian kini langsung menoleh ke arahku setelah sebelumnya memegangi pundak High Priest Julian yang sedang terduduk.

"Kau, apa yang kau lakukan terhadap tuan High Priest?!," tanya orang itu dengan nada yang keras.

Orang itu awalnya melihatku dengan tatapan marah. Namun tidak lama kemudian, secara perlahan tatapan orang itu menjadi seperti orang yang sedang terkejut.

"K-kau..., b-bukannya kau adalah Rid Archie? Kenapa kau bisa ada disini? Bukannya kau sedang dikejar oleh Elsie dan orang-orang yang bersamanya?," tanya orang itu sambil terkejut.

Setelah mendengar perkataan orang itu, aku lalu melihat ke arah orang itu dan memperhatikannya.

"Barusan dia bilang kalau aku sedang dikejar oleh nona Elsie dan orang-orang yang bersamanya. Itu berarti orang itu adalah orang yang sebelumnya menghubungi nona Elsie dengan menggunakan kristal komunikasi. Kalau tidak salah namanya adalah Edward," pikirku.

Setelah memikirkan itu, aku lalu menanggapi perkataan orang bernama Edward itu.

"Ah, maksudmu wanita dan orang-orang yang datang mengejarku itu ya. Mereka semua saat ini sudah mati, karena itu aku bisa datang kesini," ucapku.

Sebenarnya tidak semua orang yang mengejarku itu mati karena Elsie masih hidup. Tetapi aku sengaja bilang kalau mereka semua mati agar Edward mengira kalau Elsie juga ikut mati. Ini aku lakukan agar tidak ada yang curiga kalau Elsie sebenarnya masih hidup dah Elsie pun bisa meninggalkan gereja Sancta Lux dengan sedikit lebih aman.

Lalu, setelah mendengar perkataanku, Edward pun langsung terkejut.

"Apa? Mereka semua sudah mati? Kau pasti bercanda kan?," tanya Edward.

"Aku sedang tidak bercanda. Jika kamu tidak percaya, kamu pergi saja ke wilayah utara dari kota ini. Disana mungkin kamu akan melihat anggota-anggota tubuh dari orang-orang yang mengejarku. Yah itu pun kalau anggota-anggota tubuh mereka masih ada dan tidak dimakan oleh monster atau hewan buas yang tinggal disana," ucapku.

"Yang benar saja? Apa kau yang membunuh mereka semua?!," tanya Edward.

"Iya, aku yang membunuh mereka semua," ucapku.

Setelah mendengar perkataanku, Edward tiba-tiba langsung melesat ke arahku sambil memegang sebuah belati di tangan kanannya.

"Kurang ajar kau, Rid Archie! Bisa-bisanya kau membunuh mereka semua. Apa kau tidak tahu kalau di antara orang-orang yang mengejarmu itu beberapa di antaranya adalah seorang Priest? Kau harus diberi hukuman karena telah membunuh Priest dari gereja Sancta Lux,"

"Meski tuan High Priest ingin merekrutmu untuk menjadi bagian dari gereja Sancta Lux, kamu tetap harus diberi hukuman karena telah membunuh Priest gereja Sancta Lux," ucap ucap Edward.

Setelah itu, Edward berusaha menusukku dengan belati yang dipegangnya itu. Tetapi aku dapat dengan mudah menghindari serangan yang dia lancarkan kepadaku. Namun, meski aku berhasil menghindari serangannya itu, Edward lalu berusaha menyerangku kembali dengan belati miliknya. Tetapi sebelum dia berusaha untuk menyerangku kembali, aku langsung mengarahkan tangan kananku ke wajahnya lalu mengcengkeramnya. Edward pun berhenti untuk menyerangku dan dia langsung berteriak setelah wajahnya aku cengkeram.

"Arrrgghhhhh," teriak Edward.

Setelah itu, aku lalu mengangkat tangan kananku setinggi yang aku bisa. Edward yang wajahnya sedang aku cengkeram pun juga ikut terangkat. Ketika aku sedang mengangkatnya, Edward berusaha melepaskan cengkraman tangan kananku dari wajahnya dengan menggunakan kedua tangannya. Dia berusaha untuk mencakar atau memukul tangan kananku agar aku melepaskan cengkraman tanganku. Tetapi apapun yang dia lakukan itu tidak membuatku melepaskan cengkraman tanganku.

"Jika kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan mereka yang mengejarku. Jika saja mereka tidak mengejarku, mungkin mereka saat ini masih hidup. Apa yang aku lakukan dengan membunuh mereka hanyalah sebagai bentuk perlindungan diri. Tidak ada yang salah dengan hal itu,"

"Apa hanya karena kalian berasal dari gereja Sancta Lux, aku tidak boleh melindungi diriku sendiri dari kalian? Apa pengaruh kalian di benua ini sangatlah besar sampai orang pun tidak berani macam-macam dengan kalian? Bahkan jika melakukan perlindungan diri dari tindakan yang dilakukan oleh kalian pun tetap akan mendapatkan hukuman. Apa kalian menganggap kalau kalian itu adalah Dewa yang mana orang-orang harus patuh dan menuruti apapun perkataan kalian?," tanyaku sambil terus mencengkeram wajah Edward.

Semakin aku mencengkeram wajah Edward, semakin kencang pula Edward berteriak.

"Arrrrgghhhhh," teriak Edward.

Sementara itu, Irene yang sebelumnya sedang terbaring di matras yang diciptakan oleh Rid, kini secara perlahan mulai terbangun. Meski begitu, setelah terbangun, Irene tidak langsung berdiri melainkan memilih untuk duduk di matras itu. 

Setelah terbangun dan duduk di matras itu, tiba-tiba Irene langsung memegangi lehernya dengan tangan kanannya.

"Tekanan udara di sekitar tempat ini tiba-tiba menjadi sangat berat. Aku jadi tidak bisa bernafas. Sensasi ini, aku pernah merasakannya dulu," pikir Irene.

Sambil memegangi lehernya dengan tangan kanannya, Irene kemudian secara perlahan mulai melihat ke depan. Tidak jauh di depannya, terlihat High Priest Julian yang sedang terduduk sambil memegangi lehernya dengan tangan kirinya. Kelihatannya High Priest Julian juga merasakan tekanan udara yang menjadi berat dan membuatnya juga tidak bisa bernafas.

Lalu di belakang High Priest Julian, terlihat Rid yang sedang mencengkeram wajah Edward sambil mengangkat tubuh Edward sedikit ke atas.

"Tekanan udara yang berat ini pernah aku rasakan saat di desa Aston yang merupakan kampung halaman Rid dan juga di akademi saat tuan Remy menyerang akademi. Tekanan udara yang berat ini, tidak salah lagi kalau ini berasal dari Rid," pikir Irene sambil melihat ke arah Rid.

Sementara itu, aku terus mencengkeram wajah Edward sambil berbicara kepadanya.

"Aku tidak peduli kalian itu berasal dari gereja Sancta Lux atau apalah, aku tidak akan memaafkan kalian yang telah melakukan sesuatu kepada orang-orang terdekatku. Sekarang lebih baik kamu menyingkir...," ucapku.

Setelah itu, aku yang sedang mencengkram wajah Edward sambil mengangkat tubuhnya kemudian dengan cepat langsung membanting kepala serta tubuh Edward ke permukaan jalan yang ada di bawahnya.

"...karena aku sudah tidak punya urusan lagi denganmu. Sekarang, urusanku adalah dengan pemimpin kalian, orang yang memimpin penyerangan di tempat ini," ucapku.

-Bersambung