Chereads / Peace Hunter / Chapter 452 - Chapter 452 : Rid dan High Priest Julian

Chapter 452 - Chapter 452 : Rid dan High Priest Julian

Sementara itu, di tempat Leandra, Lily dan Nadine berada.

Mereka bertiga yang awalnya sedang berlari untuk menghampiri Irene setelah mendengar suara teriakan Irene, kini sedang berhenti dan terdiam sambil memegangi leher mereka. Mereka sedang memegangi leher mereka karena mereka juga tidak bisa bernafas akibat tekanan udara yang tiba-tiba menjadi lebih berat.

"Apa-apaan ini?....aku tidak bisa bernafas," ucap Lily.

"Darimana.....datangnya tekanan udara.....yang berat ini? Padahal.....sebelumnya tekanan.....udara di sekitar tempat ini....terasa biasa saja," ucap Leandra.

Leandra dan Lily berbicara sambil memegangi leher mereka dengan tangan mereka masing-masing, sementara Nadine terlihat sedang memandang ke depan. Meskipun di sekitar tempat mereka berada saat ini masih diselimuti oleh debu asap yang cukup pekat, Nadine terus melihat ke depan meskipun Nadine tidak bisa melihat apa yang ada di depannya akibat debu asap yang masih menyelimuti tempat mereka berada.

"Aku merasakan tekanan ini berasal dari depan sana. Tekanan ini, sepertinya ini adalah tekanan aura. Aku pernah mendengar beberapa informasi tentang tekanan aura ini. Kabarnya orang yang bisa mengeluarkan tekanan aura hanyalah orang-orang yang memiliki banyak Mana di tubuh mereka. Mana yang ada di tubuh mereka akan dialirkan keluar dan membuat udara seperti ditekan yang pada akhirnya membuat tekanan udara di sekitar menjadi berat. Inilah kenapa jika ada orang yang mengeluarkan tekanan aura maka tekanan udara yang ada di sekitar orang yang mengeluarkan tekanan aura itu menjadi lebih berat,"

"Lalu, tekanan aura biasanya digunakan untuk mengintimidasi atau menakuti lawan. Jika tekanan aura yang terasa ini digunakan untuk mengintimidasi lawan, siapakah lawan yang dituju oleh orang yang mengeluarkan tekanan aura ini? Selain itu, siapa sebenarnya orang yang mengeluarkan tekanan aura ini?," pikir Nadine.

Tidak hanya Nadine, Leandra dan Lily saja yang tidak bisa bernafas sekaligus tidak bisa bergerak, para prajurit Duke San Lucia yang berada cukup jauh di belakang mereka juga mengalami hal yang sama. Mereka semua terlihat sedang memegangi leher mereka karena mereka tidak bisa bernafas akibat tekanan udara yang menjadi berat. Beberapa dari mereka bahkan sudah tumbang dan tidak sadarkan diri.

-

Kembali ke tempat Rid berada.

Setelah membanting kepala Edward ke permukaan jalan yang ada di bawahku, aku lalu melepaskan cengkeraman tanganku dari kepalanya. Setelah melepaskan cengkraman tanganku, aku lalu melihat dan memperhatikan tangan kananku yang sebelumnya digunakan untuk mencengkeram kepala Edward. Terlihat tangan kananku sudah dilumuri oleh cukup banyak darah.

Setelah melihat dan memperhatikan tangan kananku, aku lalu melihat ke arah Edward yang sudah tergeletak di hadapanku setelah sebelumnya aku banting. Edward tergeletak dengan kondisi kepala yang terluka dengan mengeluarkan cukup banyak darah. Edward terlihat sudah tidak bergerak lagi setelah aku banting. Aku tidak tahu apakah dia sudah tewas atau belum.

Lalu, setelah melihat ke arah Edward, aku lalu mulai berjalan untuk menghampiri orang yang berada tidak jauh dari posisi Edward yang tergeletak. Orang itu merupakan High Priest Julian. High Priest Julian saat ini sedang terduduk sambil memegangi lehernya dengan tangan kirinya. Sementara bagian lengan kanannya yang sebelumnya aku potong terlihat masih mengeluarkan cukup banyak darah. 

Aku terus berjalan hingga akhirnya aku kini sudah berada di hadapan High Priest Julian sekaligus membelakangi Irene karena posisi High Priest Julian saat ini jika menghadap ke depan maka dia akan melihat ke arah Irene. Tetapi meski Irene ada di depan High Priest Julian, ketika aku berjalan untuk menghampiri High Priest Julian, aku sama sekali tidak melihat ke arah Irene hingga aku tiba di hadapan High Priest Julian.

Setelah aku tiba di hadapan High Priest Julian, High Priest Julian pun secara perlahan mulai mengangkat kepalanya untuk melihatku. Dia mengangkat kepalanya karena dia sedang dalam posisi terduduk sementara aku sedang dalam posisi berdiri. Lalu setelah High Priest Julian mengangkat kepalanya untuk melihatku, kami berdua pun akhirnya saling bertatapan. Ini pertama kalinya aku melihat wajah High Priest Julian. High Priest Julian terlihat seperti seorang pria paruh baya yang berumur kisaran 40-50 tahun. 

Lalu setelah mata kami saling bertatapan, aku kemudian mulai berbicara dengan High Priest Julian.

"Jadi anda High Priest yang dibicarakan itu. Saya dengar selama ini anda ingin bertemu dengan saya. Saya sudah tahu alasan kenapa anda ingin bertemu dengan saya, tetapi saya ingin mendengar alasannya dari mulut anda sendiri yang merupakan seorang High Priest atau pemimpin para Priest dari gereja Sancta Lux kota San Lucia yang anda pimpin," ucapku.

Setelah aku mengatakan itu, High Priest Julian tidak langsung menanggapi perkataanku. Dia masih terus memegangi lehernya dengan tangan kirinya. Aku tidak tahu kenapa dia terus memegangi lehernya itu.

"Kenapa anda tidak mau menjawab pertanyaan saya?," tanyaku.

Aku menanyakan itu karena High Priest Julian tidak kunjung menjawab pertanyaanku. Kemudian, setelah aku menanyakan itu, High Priest Julian secara perlahan mulai menjawab pertanyaanku.

"Untuk apa.....aku menjawab pertanyaanmu. Kamu sendiri.....pastinya sudah tahu apa.....alasanku ingin bertemu denganmu," ucap High Priest Julian dengan terbata-bata.

Aku tidak tahu kenapa dia menjawab pertanyaanku dengan terbata-bata, tetapi aku tidak terlalu peduli karena yang terpenting dia harus menjawab pertanyaanku.

"Bukankah saya sudah bilang sebelumnya? Saya ingin mendengar alasannya dari mulut anda sendiri, jadi cepat jawab," ucapku.

High Priest Julian pun kembali terdiam setelah mendengar perkataanku. Melihat High Priest Julian yang terdiam, aku lalu mengangkat kaki kananku dan kemudian langsung menginjak kaki kanan High Priest Julian, tepatnya di bagian betisnya.

"Cepat jawab," ucapku sambil menginjak kaki kanan High Priest Julian.

High Priest Julian pun langsung berteriak setelah aku menginjak kaki kanannya.

"Aaaaahhhhhhh," teriak High Priest Julian.

"Saya sebelumnya masih bertanya dengan baik-baik, tetapi anda memilih untuk tidak menjawab pertanyaan saya. Jadi saya pikir mungkin anda lebih suka ditanyai dengan cara yang kasar," ucapku.

Setelah menginjak kaki kanan High Priest Julian, aku lalu mengangkat kaki kananku dari kaki kanannya. High Priest Julian terlihat masih mengeluh kesakitan meskipun aku sudah mengangkat kaki kananku dari kaki kanannya.

Lalu setelah beberapa saat mengeluh kesakitan, High Priest Julian pun mulai berbicara kembali.

"Keparat.....beraninya kau melakukan....ini kepadaku. Kau tahu kan....kalau aku ini merupakan.....seorang High Priest dari gereja Sancta Lux?," tanya High Priest Julian.

Setelah mendengar pertanyaan High Priest Julian, aku kembali mengangkat kaki kananku dan kemudian langsung menginjak kaki kirinya. High Priest Julian pun kembali berteriak setelah aku menginjak kaki kirinya.

"Aaaaaahhhhhhhh," teriak High Priest Julian.

"Memangnya kenapa kalau anda merupakan seorang High Priest dari gereja Sancta Lux? Apa anda pikir saya akan takut dan gentar hanya karena hal itu? Saya tidak peduli mau anda seorang High Priest dari gereja Sancta Lux, seorang pemimpin negara atau kerajaan dan apapun, jika anda berani macam-macam dengan orang-orang terdekat saya, maka saya tidak takut sedikitpun kepada anda," ucapku sambil terus menginjak kaki kiri High Priest Julian.

High Priest Julian pun terus menerus berteriak seiring aku yang terus menginjak kaki kirinya.

"Sekarang cepat jawab sebelum saya membuat anda tidak bisa berjalan lagi," ucapku.

Setelah mendengar perkataanku, High Priest Julian tiba-tiba memegangi lehernya dengan semakin kuat dengan menggunakan tangan kirinya. Dari reaksinya yang memegangi lehernya itu, High Priest Julian sepertinya sedang mengalami kesulitan untuk bernafas. Tetapi aku tidak tahu apa penyebab dia tidak bisa bernafas.

Lalu, meskipun High Priest Julian sedang memegangi lehernya dengan kuat, High Priest Julian secara perlahan mulai berbicara kembali.

"B-baiklah....aku akan memberitahumu alasannya. Alasan....aku ingin bertemu denganmu.....karena aku ingin merekrutmu.....untuk menjadi Priest gereja...Sancta Lux," ucap High Priest Julian dengan terbata-bata.

Setelah mendengar perkataan High Priest Julian, aku lalu mengangkat kaki kananku yang sebelumnya terus menginjak kaki kiri High Priest Julian.

"Sejak tadi seharusnya anda langsung menjawab pertanyaan saya, jadi anda tidak perlu menderita lagi seperti ini," ucapku.

Meskipun aku sudah mengangkat kaki kananku dari kaki kiri High Priest Julian, High Priest Julian masih mengeluh kesakitan sambil melihat ke kaki kirinya. Lalu, tidak lama kemudian, High Priest Julian kembali menatap dan melihat ke arahku.

"Jadi....bagaimana, Rid Archie? Setelah mendengar alasanku,.....maukah kamu menjadi.....Priest gereja Sancta Lux? Jika kamu mau,...aku akan mengabaikan tindakan.....yang kamu lakukan....terhadapku, termasuk dengan tindakanmu.....yang telah memotong tangan kananku. Tidak hanya.....kamu saja, aku juga.....akan mengabaikan tindakan.....yang dilakukan oleh putri Irene.....dan orang-orang dari kediaman tuan.....Duke San Lucia," ucap High Priest Julian.

Setelah mendengar perkataan High Priest Julian, aku tanpa ragu-ragu langsung menanggapinya.

"Anda masih mau merekrut saya yang telah melukai dan bahkan memotong tangan kanan anda? Saya benar-benar tidak menyangka," ucapku.

"Sebenarnya.....bukan hanya aku saja....yang menginginkanmu untuk....menjadi Priest gereja Sancta Lux, tuan.....High Priest Theodor yang.....merupakan High Priest dari gereja.....Sancta Lux di ibukota.....San Estella juga menginginkanmu. Jika kamu.....mau menjadi Priest gereja Sancta Lux, aku.....tidak akan melaporkan tindakan yang.....kamu, putri Irene dan orang-orang.....dari kediaman tuan Duke San Lucia kepada kami. Dengan begitu,.....kalian akan terbebas dari hukuman yang....diberikan oleh gereja Sancta Lux," ucap High Priest.

"Begitu ya. Jadi bukan anda saja yang ingin agar saya menjadi Priest gereja Sancta Lux, melainkan High Priest dari gereja Sancta Lux ibukota San Estella juga menginginkannya. Mendengar anda memanggilnya dengan sebutan 'tuan', sepertinya High Priest itu adalah pemimpin anda. Pantas saja anda masih mau merekrut saya meskipun saya sudah melakukan tindakan yang kasar kepada anda, itu karena pemimpin anda masih menginginkan saya untuk menjadi seorang Priest," ucapku.

"Iya,.....itu benar. Meskipun kamu....telah melakukan tindakan yang tidak.....pantas terhadapku, aku....masih harus merekrutmu....sesuai dengan keinginan.....tuan High Priest Theodor. Jadi,.....bagaimana Rid Archie? Kamu...mau kan menjadi Priest....gereja Sancta Lux?," tanya High Priest Julian.

"Bagaimana jika saya menjawab 'tidak'? Apa yang akan anda atau High Priest ibukota San Estella itu lakukan terhadap saya?," tanyaku.

High Priest Julian pun terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaanku. Tidak lama kemudian, dia mulai berbicara kembali.

"Lebih baik....kamu tidak menolak.....tawaranku ini, Rid Archie," ucap High Priest Julian.

"Sepertinya kalian akan melakukan sesuatu apabila saya menolak untuk bergabung menjadi Priest gereja Sancta Lux. Kalian sepertinya akan mencoba untuk merekrut saya secara paksa agar saya menjadi seorang Priest. Saya dengar beberapa Priest gereja Sancta Lux yang ada saat ini merupakan Priest yang direkrut secara paksa oleh kalian," ucapku.

High Priest Julian terlihat terkejut setelah mendengar perkataanku.

"Bagaimana bisa....kau?," tanya High Priest Julian.

Setelah mendengar pertanyaan High Priest Julian itu, aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaannya dan memilih untuk melanjutkan perkataanku sebelumnya.

"Entah kalian akan merekrut secara paksa dengan datang langsung kepada saya atau mengincar orang-orang terdekat saya. Jika kalian memilih untuk datang langsung kepada saya, maka saya akan meladeni kalian secara langsung. Tetapi jika kalian memilih untuk mengincar orang-orang terdekat saya, saya tidak akan segan-segan untuk menghabisi kalian," ucapku.

High Priest Julian kembali memegangi lehernya dengan kuat setelah mendengar perkataanku. Sambil memegangi lehernya itu, secara perlahan dia mulai berbicara kembali.

"Menghabisi kami? Apa....kau sedang bercanda,....Rid Archie? Apa kau pikir bisa menghabisi.....semua orang dari gereja Sancta Lux?," tanya High Priest Julian.

"Tentu saya bisa, tetapi saya hanya akan menghabisi orang-orang dari gereja Sancta Lux yang mengincar orang-orang terdekat saya, saya tidak akan melakukan sesuatu kepada orang-orang dari gereja Sancta Lux yang tidak melakukan apa-apa karena saya tahu ada beberapa orang yang bergabung dengan gereja Sancta Lux dalam keadaan terpaksa," ucapku.

High Priest Julian terlihat terkejut kembali setelah aku mengatakan itu.

"Sepertinya anda tidak percaya kalau saya bisa melakukan itu. Padahal sebelumnya saya telah membanting kepala dari Priest yang bersama anda. Sebelumnya juga saya telah membunuh orang-orang yang mencoba mengejar saya dan setelah saya cari tahu ternyata orang-orang itu merupakan orang-orang suruhan anda. Anda menyuruh orang-orang itu untuk mengejar dan menangkap saya agar saya mau menjadi Priest gereja Sancta Lux,"

High Priest Julian kembali terkejut setelah mendengar perkataanku. Meski begitu, dia tidak berbicara sama sekali.

"Jika anda masih tidak percaya kalau saya bisa melakukan itu, bagaimana jika saya membuktikannya kepada anda?," tanyaku sambil memegang pedang milikku di tangan kananku.

Setelah itu, aku lalu mengangkat tangan kananku seperti mau menebas dengan menggunakan pedangku itu. High Priest Julian pun kembali terkejut saat melihatku yang sedang ingin menebasnya.

"Apa yang mau.....kau lakukan? Apa kau.....ingin membunuhku?," tanya High Priest Julian.

"Bukankah anda tidak percaya kalau saya bisa menghabisi kalian, orang-orang dari gereja Sancta Lux termasuk anda sendiri? Maka dari itu, saya akan membuktikannya sendiri kepada anda," ucapku.

"Berhenti,.....Rid Archie. Apa kau tidak tau.....resiko apa yang akan kau...terima jika kau membunuhku.....yang merupakan seorang...High Priest?," tanya High Priest Julian.

High Priest Julian terlihat gemetar saat dia menanyakan itu.

"Tentu saya tahu resiko apabila saya membunuh anda, tetapi itu bukanlah masalah. Bukankah saya tadi sudah bilang kalau saya akan menghabisi orang-orang yang mengincar orang-orang terdekat saya? Apa anda lupa kalau sebelumnya anda berniat untuk membunuh Irene? Apa anda pikir saya akan membiarkan anda setelah anda berniat untuk membunuh Irene?," tanyaku.

High Priest Julian terlihat semakin gemetar setelah mendengar pertanyaanku. Tidak hanya itu, dia terlihat memegangi lehernya dengan semakin kuat. Bahkan saking kuatnya, High Priest Julian terlihat seperti bukan sedang memegangi lehernya, melainkan seperti sedang mencekik lehernya sendiri. 

Selain itu, setelah mendengar pertanyaanku, High Priest Julian secara perlahan mulai bergerak mundur ke belakang sambil tetap terduduk.

"Tidak hanya berniat untuk membunuh Irene saja, anda merupakan orang yang memimpin penyerangan di kediaman tuan Duke Louis. Untuk sekarang saya belum tahu dampak penyerangan yang anda lakukan seperti apa, tetapi yang pasti anda berniat untuk melukai atau bahkan membunuh orang-orang di kediaman tuan Duke Louis. Apa anda pikir saya akan membiarkan anda?," tanyaku.

Aku menanyakan itu sambil berjalan perlahan mendekati HIgh Priest Julian, sementara High Priest Julian terus bergerak mundur untuk menjauhiku.

"Aku sarankan....kau untuk mengurungkan...niatmu. Jika kau tetap bersikeras...untuk membunuhku, kau.....akan diincar oleh tuan High Priest Theodor....dan seluruh orang-orang gereja...Sancta Lux yang ada.....di kerajaan ini," ucap High Priest Julian sambil terus bergerak mundur.

"Saya tidak peduli," ucapku sambil terus berjalan mendekati High Priest Julian.

"Tidak hanya...tuan High Priest Theodor.....dan seluruh orang-orang...gereja Sancta Lux yang ada di.....kerajaan ini saja.....yang mengincarmu, gereja Sancta Lux...di seluruh benua Utara ini juga akan.....mengincarmu," ucap High Priest Julian sambil terus bergerak mundur.

"Saya tidak peduli," ucapku sambil terus berjalan mendekati High Priest Julian.

"Tidak hanya itu saja,.....gereja Angelica Castitat.....yang merupakan pusat gereja.....Sancta Lux yang.....berada di Holy Kingdom...juga akan mengincarmu. Holy Kingdom...dan para Holy Knights.....pun juga akan mengincarmu. Apa.....kamu yakin akan tetap....membunuhku?," tanya High Priest Julian sambil tetap bergerak mundur.

Setelah mendengar perkataan High Priest Julian, aku pun langsung terdiam. Aku juga berhenti melangkah untuk mendekati High Priest Julian yang terus bergerak mundur. Aku terdiam lalu secara perlahan mulai memejamkan kedua mataku.

Tidak lama kemudian, aku pun mulai berbicara kembali.

"Bukankah saya sudah bilang kalau saya tidak peduli?," tanyaku.

Setelah itu, aku secara perlahan mulai membuka kedua mataku.

"Saya tidak peduli mau itu gereja Sancta Lux, Holy Knights, Holy Kingdom ataupun ras Malaikat dan ras Iblis sekalipun, jika mereka mengincar dan melakukan sesuatu kepada orang-orang terdekat saya, maka saya tidak akan ragu-ragu untuk melawan serta menghabisi mereka apapun resikonya," ucapku.

Setelah mendengar perkataanku, High Priest Julian tiba-tiba terdiam dan berhenti bergerak mundur lagi. Dia terdiam sambil melihat dan menatap ke arahku. High Priest Julian melihat ke arahku dengan ekspresi yang sangat terkejut.

"M-mata itu,....anda.....," ucap High Priest Julian.

Melihat High Priest Julian yang berhenti bergerak, aku lalu kembali berjalan untuk mendekati High Priest Julian. Tidak lama kemudian, aku pun telah berada di hadapan High Priest Julian yang sedang terduduk.

"Apakah sekarang anda sudah paham? Tidak peduli apapun resikonya, saya tetap akan membunuh anda karena anda sudah menyakiti dan bahkan berniat untuk membunuh orang-orang terdekat saya yang ada di kediaman tuan Duke Louis," ucapku.

Setelah itu, aku lalu mengangkat tangan kananku yang sedang memegang pedang. Ketika aku sudah mengangkat tangan kananku, High Priest Julian tidak berbicara sama sekali. Dia terlihat masih menatapku dengan tubuh yang sangat gemetar. Dia menatapku dengan ekspresi yang terkejut sekaligus ketakutan.

"Kalau begitu, selamat tinggal, tuan High Priest," ucapku.

Setelah itu, aku lalu bersiap untuk menebas High Priest Julian dengan menggunakan pedangku. Lalu, aku pun mulai menggerakkan tanganku untuk menebas High Priest Julian. Pedang yang aku pegang pun saat ini sedang bergerak untuk menebas High Priest Julian.

Lalu, ketika pedangku sedang bergerak untuk menebas High Priest Julian, High Priest Julian tiba-tiba mulai berbicara.

"Tolong.....ampuni hamba...," ucap High Priest Julian.

Tepat setelah High Priest Julian mengatakan itu, pedang yang aku gerakkan ke High Priest Julian pun langsung menebas lehernya dan memisahkan kepala High Priest Julian dari tubuhnya.

-Bersambung