Setelah aku menebas leher High Priest Julian, kepala High Priest Julian pun langsung melayang dan kemudian jatuh ke permukaan jalan yang tak jauh dari tubuhnya berada. Darah pun langsung mengalir keluar dengan deras dari leher High Priest Julian yang baru aku tebas. Sebagian darah yang mengalir keluar itu mengenai tubuhku dan juga pedang milikku. Lalu, tak lama setelah kepala High Priest Julian terpisah dari tubuhnya, tubuh High Priest Julian yang sebelumnya sedang terduduk pun langsung terjatuh dan terbaring di permukaan jalan. Darah yang mengalir keluar dari lehernya itu pun langsung membasahi permukaan jalan yang ada di bawahnya.
Sementara itu, setelah aku menebas leher High Priest Julian, aku lalu menaruh pedangku kembali di pinggangku. Setelah aku menaruh pedangku kembali, aku melihat ke tubuh High Priest Julian yang terbaring sebentar. Setelah itu, aku berniat untuk berbalik untuk menghampiri Irene yang sebelumnya sedang terbaring di matras yang aku buat untuk bantalan bagi Irene yang sebelumnya sedang terjatuh.
Namun disaat aku hendak mau berbalik, tiba-tiba ada seseorang yang memelukku dari belakang.
"Tolong berhenti...., Rid," ucap seseorang yang sedang memelukku itu.
Dari suaranya, aku mengetahui kalau orang yang memelukku itu adalah Irene. Aku pun langsung menoleh ke belakang untuk memastikannya dan ternyata benar kalau yang memelukku itu adalah Irene.
"Irene," ucapku.
"Sudah cukup...., Rid. Tolong....berhenti," ucap Irene lagi sambil terus memelukku dari belakang.
Irene mengatakan itu dengan terbata-bata. Aku tidak tahu kenapa Irene mengatakan itu dengan terbata-bata. Aku juga tidak tahu kenapa Irene menyuruhku untuk berhenti. Apa Irene menyuruhku untuk berhenti membunuh High Priest Julian yang ada di hadapanku sebelumnya? Tetapi jika Irene menyuruhku untuk berhenti membunuh, Irene seharusnya menghentikanku sebelum aku membunuhnya. Tetapi Irene baru menyuruhku berhenti setelah aku membunuhnya. Mungkin maksud Irene menyuruhku berhenti adalah untuk berhenti melakukan hal yang lain, tetapi aku masih tidak tahu hal apa itu.
"Apa maksud kamu menyuruhku untuk berhenti, Irene? Apa kamu menyuruhku untuk berhenti membunuh High Priest Julian? Tetapi itu sudah terlambat," ucapku.
"Tidak, bukan itu. Aku menyuruhmu untuk berhenti-," ucap Irene.
Tiba-tiba Irene berhenti berbicara. Setelah berhenti berbicara, Irene tiba-tiba melepaskan pelukannya kepadaku. Kemudian, Irene mulai menyentuh lehernya dengan jari telunjuk yang ada pada tangan kanannya.
"Aku bisa bernafas kembali, sepertinya 'itu' sudah berhenti," ucap Irene yang terlihat sedikit terkejut.
Aku tidak tahu apa yang dikatakan Irene soal "itu" jadi aku memutuskan untuk bertanya kepada Irene.
"Apa maksudmu soal "itu", Irene?," tanyaku.
Irene pun terdiam sejenak setelah mendengar perkataanku.
"Sama seperti kejadian di desa Aston, saat ini Rid sepertinya juga tidak menyadari kalau tekanan udara yang tiba-tiba menjadi berat di sekitar tempat ini merupakan perbuatannya. Apa aku harus memberitahunya soal ini?," pikir Irene.
Irene terus terdiam sambil memikirkan hal itu. Sambil memikirkan itu, Irene lalu melihat ke arah jasad High Priest Julian dan juga Edward yang terbaring di jalan.
"Tidak, sepertinya aku tidak akan memberitahunya sekarang karena saat ini masih ada masalah yang harus diselesaikan," pikir Irene.
Sementara itu, aku yang melihat Irene terus terdiam pun memutuskan untuk bertanya lagi kepadanya.
"Ada apa, Irene? Kenapa kamu hanya diam saja setelah aku bertanya sebelumnya?," tanyaku.
Setelah mendengar pertanyaanku, Irene kali ini langsung menanggapinya.
"Tidak apa-apa, Rid. Lalu soal "itu" yang kamu tanyakan tadi juga bukan apa-apa, bukan masalah yang besar," ucap Irene.
"Begitu ya. Baiklah jika kamu bilang begitu," ucapku.
Aku yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Irene tetapi aku tidak ingin memaksanya untuk mengungkapkannya. Mungkin nanti dia akan memberitahunya sendiri kepadaku.
Lalu, setelah bertanya soal hal "itu" kepada Irene, aku lalu melihat dan memperhatikan tubuh Irene dengan lebih teliti. Terlihat di beberapa bagian tubuh Irene terdapat luka goresan yang tidak terlalu parah. Selain itu, aku juga baru mengingat kalau sebelumnya Irene telah digenggam oleh tangan berukuran besar yang membuatnya sampai berteriak. Akibat genggaman tangan berukuran besar itu, pasti tubuh Irene juga mengalami beberapa luka dalam yang cukup parah.
Setelah melihat dan memperhatikan tubuh Irene, aku lalu mengarahkan tangan kananku ke arahnya.
~Full Healing~
Aku menggunakan sihir penyembuhanku untuk menyembuhkan Irene. Irene pun terlihat sedikit terkejut begitu mengetahui kalau aku menggunakan sihir penyembuhan kepadanya.
"Maafkan aku, Irene. Aku tahu kalau kamu juga bisa menggunakan sihir penyembuhan tetapi untuk sekarang tolong biarkan aku menyembuhkanmu. Ini sebagai tanggung jawabku karena aku gagal melindungimu. Padahal aku sudah berjanji dengan paman Louis dan bibi Arlet kalau aku akan melindungi apabila terjadi sesuatu kepadamu," ucapku sambil menyembuhkan Irene.
Tidak lama kemudian, luka-luka goresan yang ada di tubuh Irene pun langsung menghilang. Tidak hanya luka goresan itu saja, aku yakin luka dalam yang mungkin dialami oleh Irene juga menghilang setelah aku sembuhkan.
Setelah aku selesai menyembuhkan Irene, Irene lalu melihat dan memperhatikan seluruh tubuhnya untuk melihat apakah semua luka yang ada di tubuhnya sudah pulih atau belum. Setelah itu, Irene lalu melihat dan menatap ke arahku.
"Terima kasih karena telah menyembuhkanku, Rid. Lalu, terima kasih juga karena kamu tadi telah menyelamatkanku," ucap Irene.
"Tidak perlu berterima kasih, Irene. Lagipula itu adalah tugasku. Justru aku ingin meminta maaf karena aku baru datang sekarang, jika saja sejak awal aku berada di kediaman paman Louis, kamu dan yang lainnya tidak perlu untuk melawan orang-orang dari gereja Sancta Lux karena aku sendiri lah yang akan melawan mereka,"
"Gara-gara kalian ikut melawan orang-orang dari gereja Sancta Lux yang mengincarku, kemungkinan besar ke depannya kalian juga ikut diincar oleh gereja Sancta Lux. Semua ini gara-gara aku yang sejak awal tidak berada di kediaman paman Louis. Tetapi kamu dan yang lainnya tenang saja, mulai sekarang aku akan melindungi kalian dari orang-orang gereja Sancta Lux. Aku tidak akan membiarkan mereka mengincar atau melakukan sesuatu kepada kalian. Aku tidak mau kehilangan orang-orang terdekat dan yang berharga bagiku lagi," ucapku.
"Rid.....," ucap Irene.
Setelah mengatakan itu, Irene pun terdiam sejenak. Kemudian, Irene mulai berjalan perlahan untuk menghampiriku. Setelah itu, Irene langsung memelukku sama seperti sebelumnya. Hanya saja kali ini Irene memelukku dari depan, berbeda dengan sebelumnya dimana Irene memelukku dari belakang.
"Aku tahu kalau kamu tidak mau kehilangan orang-orang terdekat dan yang berharga bagimu lagi. Kamu tidak mau kejadian seperti penyerangan yang terjadi di kampung halamanmu yaitu desa Aston terjadi lagi. Tetapi bukan berarti kamu harus menanggung semuanya sendiri, Rid,"
"Aku juga akan membantumu. Jika kamu diincar dan diserang oleh orang-orang dari gereja Sancta Lux lagi, aku akan membantumu untuk melawan mereka. Aku tahu seperti apa resikonya jika aku melawan gereja Sancta Lux, tetapi aku tidak peduli," ucap Irene sambil memelukku.
Aku pun sedikit terkejut setelah mendengar perkataan Irene.
"Tetapi, Irene-," ucapku.
Aku berniat untuk menolak perkataan Irene itu tetapi sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Irene langsung memotong perkataanku.
"Sebelumnya, sebelum kamu membunuh High Priest Julian, aku kebetulan mendengar apa yang kamu ucapkan kepada High Priest Julian. Kamu bilang kalau kamu akan melawan semua orang yang mengincar atau melakukan sesuatu kepada orang-orang terdekat atau yang berharga bagimu. Kamu pun juga marah kepada High Priest Julian karena dia sebelumnya berusaha membunuhku. Apa itu berarti aku merupakan salah satu orang yang berharga bagimu?," tanya Irene.
"Tentu saja kamu merupakan salah satu orang yang berharga bagiku. Kami sekarang merupakan pacarku. Kita sekarang sudah menjalin hubungan yang asli, bukan pura-pura lagi seperti dulu. Wajar kalau aku marah kepada High Priest itu karena dia berusaha untuk membunuhmu. Aku pun juga akan marah apabila ada orang yang mengincarmu dan berniat melakukan sesuatu kepadamu. Aku akan melawan semua orang siapapun itu apabila ada yang ingin mengincar atau melakukan sesuatu kepadamu," ucapku.
"Aku senang karena kamu menganggapku sebagai salah satu orang yang berharga bagimu. Kamu pun juga akan marah apabila ada sesuatu atau seseorang yang mengincar atau melakukan sesuatu kepadaku,"
"Sama seperti kamu yang menganggapku sebagai salah satu orang berharga bagimu, kamu pun juga aku anggap sebagai salah satu orang berharga bagiku. Jika kamu marah apabila ada seseorang yang mengincar orang yang berharga bagimu, apa menurutmu aku tidak marah juga apabila ada seseorang yang mengincar orang yang berharga bagiku?," tanya Irene.
Aku pun terdiam setelah mendengar perkataan Irene. Disaat aku terdiam, Irene pun terus melanjutkan perkataannya.
"Jika kamu yang merupakan orang yang berharga bagiku diincar oleh orang-orang dari gereja Sancta Lux, tentu saja aku juga merasa marah. Maka dari itu, aku memilih untuk diincar juga oleh mereka. Jika kita berdua sama-sama diincar oleh mereka, kita berdua bisa menghadapi mereka bersama-sama. Aku tidak akan membiarkanmu menanggung semua ini sendirian, Rid," ucap Irene.
"Irene....," ucapku.
Setelah mengatakan itu, aku kemudian juga ikut memeluk Irene.
"Baiklah, Irene. Jika kamu mau membantuku, aku tidak akan melarangmu. Meski begitu, aku tetap akan melindungimu jika ada sesuatu yang terjadi," ucapku.
"Jika kamu melindungiku, maka aku yang akan melindungimu. Mari kita sama-sama saling melindungi, Rid," ucap Irene.
"Iya," ucapku.
Setelah itu, kami berdua pun terus berpelukan. Namun tidak lama kemudian, disaat kami sedang berpelukan, tiba-tiba kami mendengar suara beberapa langkah kaki yang sedang berlari ke tempat kami berada. Kami pun juga mendengar suara yang cukup keras.
"Nona Irene!!," ucap suara itu.
Dari suaranya, sepertinya itu adalah suara Lily. Dan benar saja, tidak lama kemudian, Lily pun muncul dari balik debu asap yang ada di belakang Irene. Debu asap yang menyelimuti sekitar tempat ini sudah tidak sepekat yang sebelumnya, tetapi debu asap ini masih sedikit mengganggu penglihatan jadi masih sulit untuk melihat ke sekitar khususnya untuk melihat ke jarak yang sedikit jauh.
Tidak hanya Lily saja yang muncul dari balik debu asap yang ada di belakang Irene, Leandra dan senior Nadine pun juga muncul bersama Lily.
"Nona Irene, apa kamu baik-baik sa-," ucap Lily setelah tiba di tempat kami berada.
Sepertinya Lily berniat untuk menanyakan kondisi Irene, tetapi dia langsung terkejut begitu melihat kami berdua yang sedang berpelukan. Gara-gara terkejut, dia pun jadi tidak menyelesaikan perkataannya.
"Ah maaf, sepertinya kehadiran kita disini mengganggu kalian," ucap Lily.
Tidak hanya Lily saja yang terkejut ketika melihat kami, Leandra dan senior Nadine pun juga.
"Sepertinya nona Irene baik-baik saja dan Rid pun juga ada disini. Sekarang lebih baik kita kembali saja, Lily, nona Nadine," ucap Leandra.
"Iya, kamu benar. Maaf karena telah mengganggu kalian," ucap senior Nadine.
Leandra, Lily dan senior Nadine pun kemudian bersiap untuk kembali lagi ke tempat mereka semua. Tetapi sebelum mereka bertiga kembali, Irene langsung menghentikan mereka.
"Tunggu sebentar, kalian bertiga," ucap Irene.
Setelah mengatakan itu, Irene lalu melepaskan pelukannya dari tubuhku. Lalu, setelah mendengar Irene perkataan Irene itu, mereka bertiga yang sebelumnya berniat untuk pergi pun langsung berhenti.
"Sepertinya kalian salah paham. Aku barusan memeluk Rid bukan karena ingin mesra-mesraan, melainkan sebagai bentuk terima kasih karena dia telah menyelamatkanku. Sebelumnya aku hampir mati karena diserang oleh High Priest Julian," ucap Irene.
Irene mengatakan itu dengan menampilkan ekspresi dinginnya. Mungkin untuk membuat mereka bertiga percaya.
"Jadi suara teriakan yang sebelumnya kami dengar memang adalah suara teriakanmu ketika sedang diserang oleh High Priest itu, nona?," tanya Lily.
"Sepertinya teriakanku terdengar sampai ke tempat kalian ya. Ya itu benar, suara teriakan yang sebelumnya kalian dengar merupakan suara teriakanku ketika diserang oleh High Priest itu. Jadi alasan kalian bertiga kemari karena kalian mendengar suara teriakanku ya?," tanya Irene.
"Iya, nona. Sebelumnya kami memang sudah menduga kalau suara teriakan itu adalah suara teriakan nona, maka dari itu setelah mendengar suara teriakan itu, kami pun langsung bergegas untuk menghampiri dan memeriksa kondisi nona. Syukurlah kalau nona sudah tidak apa-apa karena nona telah diselamatkan oleh Rid," ucap Leandra.
"Ngomong-ngomong, Rid, bagaimana bisa kamu tiba-tiba ada disini, bukannya sebelumnya kamu sedang tidak berada di kediaman paman Louis?," tanya senior Nadine.
"Iya, sebelumnya aku sedang menjalani sebuah latihan rahasia di luar kediaman paman Louis. Tetapi ketika aku sedang berangkat menuju lokasi latihan rahasia milikku, sejumlah orang yang berasal dari gereja Sancta Lux tiba-tiba mengejarku,"
"Aku berhasil mengalahkan orang-orang yang mengejarku itu. Dari orang-orang yang ku kalahkan itu, ada seseorang yang memberiku informasi kalau High Priest Julian dan beberapa Priest datang ke kediaman paman Louis dan melakukan penyerangan. Setelah mendengar informasi itu, aku pun langsung bergegas untuk kembali ke kediaman paman Louis,"
"Ketika aku sudah tiba di kediaman paman Louis, aku mendengar suara teriakan Irene. Aku pun langsung bergegas menuju tempat Irene untuk menyelamatkannya. Beruntung aku tidak terlambat untuk menyelamatkannya," ucapku.
"Begitu ya, jadi itu alasan kenapa kamu tiba-tiba bisa ada disini. Sepertinya sesuatu yang terbang melesat yang kita lihat saat kita sedang menuju kesini itu adalah kamu," ucap senior Nadine.
"Iya sepertinya begitu, nona Nadine," ucap Leandra.
"Itu masuk akal karena Rid memang memiliki kecepatan yang sangat cepat," ucap Lily.
Setelah itu, kami pun terus melanjutkan pembicaraan kami.
"Ngomong-ngomong, dimana High Priest Julian? Bukankah dia seharusnya ada di sekitar sini karena sebelumnya kamu bilang kalau kamu diserang oleh High Priest Julian disini, bukankah begitu, Irene? tanya senior Nadine.
"Jika kamu mencari High Priest Julian, tubuhnya sedang tergeletak disana," ucap Irene.
Irene mengatakan itu sambil menunjuk tubuh High Priest Julian yang tergeletak di jalan yang berada tidak jauh dari tempat kami berada. Lalu, senior Nadine, Leandra dah Lily pun menoleh ke arah yang Irene tunjuk. Setelah menoleh ke arah yang Irene tunjuk, mereka bertiga pun langsung terkejut begitu melihat jasad High Priest Julian yang tergeletak dengan kondisi tanpa kepala. Mereka pun juga melihat ke arah kepala High Priest Julian yang tergeletak di dekat tubuh High Priest Julian.
"H-high Priest Julian telah tewas?!?!," ucap senior Nadine yang terkejut.
Sementara Leandra dan Lily meskipun juga terkejut namun mereka tidak berkata apa-apa. Mereka terus melihat ke jasad High Priest Julian tatapan seolah tidak percaya.
Padahal seharusnya mereka bisa melihat jasad High Priest Julian yang tergeletak begitu mereka tiba disini. Mungkin karena awalnya mereka terfokus dengan aku dan Irene yang sedang berpelukan, mereka pun tidak menyadari kalau di tidak jauh dari mereka ada jasad High Priest Julian yang sudah tergeletak.
"Siapa yang telah membunuh High Priest Julian?," tanya senior Nadine.
Setelah mendengar pertanyaan senior Nadine, aku tanpa ragu-ragu langsung menjawabnya.
"Aku yang telah membunuh High Priest Julian, senior," ucapku.
Senior Nadine, Leandra dan Lily pun kembali terkejut setelah mendengar perkataanku.
"Kamu tahu kan resiko apabila kamu membunuh orang-orang dari gereja Sancta Lux? Apalagi orang ini merupakan seorang High Priest," ucap senior Nadine.
"Aku tahu, senior. Tetapi aku tidak peduli apapun resikonya. High Priest itu sebelumnya berniat untuk membunuh Irene, mana mungkin aku akan membiarkan High Priest itu. Karena itu, aku memutuskan untuk membunuh High Priest itu," ucapku.
Senior Nadine, Leandra dan Lily pun terdiam sejenak setelah mendengar perkataanku. Tidak lama kemudian, senior Nadine mulai berbicara kembali.
"Awalnya aku terkejut ketika melihat High Priest itu tewas, apalagi dia tewas dengan kondisi yang mengenaskan. Aku berpikir kalau ke depannya kita mungkin akan diincar oleh gereja Sancta Lux karena tewasnya High Priest itu. Tetapi setelah ku pikir lagi, kita akan tetap diincar oleh gereja Sancta Lux meskipun High Priest itu tidak tewas. Itu karena kita sejak awal berani menantang mereka dengan menyerang mereka. Meskipun alasan kita menyerang mereka adalah karena mereka duluan yang ingin menculik Irene dan melakukan penyerangan di kediaman paman Louis, tetapi tetap saja kita yang akan disalahkan karena berani menyerang mereka,"
"Jadi karena kita sudah pasti bakal diincar oleh mereka, jadi aku pikir tidak masalah kalau High Priest itu mati. Lagipula High Priest itu merupakan pemimpin dari para Priest yang melakukan penyerangan di kediaman paman Louis. Selain itu dia bahkan berniat untuk membunuh Irene yang merupakan sepupuku. Jika aku berada di posisimu, aku juga pasti akan membunuhnya, Rid," ucap senior Nadine.
"Aku juga pasti akan melakukan hal yang sama. Aku tidak bisa memaafkan orang yang melakukan sesuatu ke nona Irene ataupun ke kediaman tuan Duke," ucap Lily.
"Aku juga, aku tidak akan memaafkan orang yang melakukan hal itu," ucap Leandra.
Setelah mendengar perkataan mereka bertiga, aku pun langsung menanggpi perkataan mereka.
"Sejak awal ini semua karena aku yang diincar oleh gereja Sancta Lux. Mereka datang ke kediaman paman Louis pun karena mereka ingin bertemu denganku dan merekrutku. Gara-gara itu, kalian yang memiliki hubungan denganku pun juga menjadi incaran gereja Sancta Lux untuk memancingku. Kalian pun akhirnya terlibat pertempuran dengan orang-orang dari gereja Sancta Lux yang melakukan penyerangan di kediaman paman Louis,"
"Tetapi kalian tenang saja, meskipun kalian sudah menyerang oranc-oranv gereja Sancta Lux yang melakukan penyerangan, aku tidak akan membiarkan orang-orang dari gereja Sancta Lux mengincar kalian lagi. Aku akan melindungi kalian semua," ucapku.
Setelah mendengar perkataanku, Irene pun langsung menanggapinya.
"Bukankah sebelumnya sudah aku bilang kalau kamu tidak harus menanggung semuanya sendiri, Rid? Aku akan membantumu untuk melindungi mereka. Aku juga akan ikut melawan orang-orang dari gereja Sancta Lux yang ingin mengincar mereka lagi," ucap Irene.
Lalu setelah mendengar perkataan Irene, senior Nadine pun langsung menanggapinya.
"Aku berterima kasih apabila kalian berdua peduli sama kami. Tetapi kami tidak begitu lemah sampai harus dilindungi oleh kalian. Kami juga bisa melindungi diri kami sendiri. Kami pun juga bisa ikut melawan mereka yang mungkin ke depannya akan mengincar kami lagi. Kalian sependapat kan, Leandra, Lily?," tanya senior Nadine.
"Itu benar, Rid, nona Irene. Kami juga akan ikut melawan orang-orang dari gereja Sancta Lux apabila mereka datang untuk menyerang lagi," ucap Lily.
"Ini bukan masalahmu saja, Rid, karena ini masalah kami juga. Itu karena kami juga ikut menyerang High Priest itu dan orang-orang dari gereja Sancta Lux yang bersamanya. Kami bisa saja mengabaikan mereka agar kami tidak mendapat masalah tetapi kami memilih untuk tidak melakukannya," ucap Leandra.
"Benar kata Leandra, semua ini adalah masalah kami juga. Bahkan para prajurit Duke San Lucia pun sadar kalau mereka akan mendapat masalah apabila menyerang orang-orang dari gereja Sancta Lux, tetapi mereka tetap melakukannya karena mereka tidak ingin orang-orang dari gereja Sancta Lux berbuat seenaknya seperti mencoba untuk menculik Irene dan melakukan penyerangan di kediaman paman Louis. Lagipula sejak awal semua orang yang ada di kediaman paman Louis bukanlah penganut agama Sancta Lux, jadi kami pun tidak harus menuruti perkataan mereka,"
"Jadi kami semua baik aku, Leandra, Lily dan para prajurit Duke San Lucia lainnya yang juga ikut menyerang orang-orang dari gereja Sancta Lux tidak akan membiarkan kalian berdua menanggung semuanya sendiri. Kami juga akan ikut membantu kalian. Jika ke depannya gereja Sancta Lux datang untuk menyerang lagi, mari kita lawan mereka bersama-sama," ucap senior Nadine.
-Bersambung