Chereads / Peace Hunter / Chapter 448 - Chapter 448 : Irene vs High Priest Julian

Chapter 448 - Chapter 448 : Irene vs High Priest Julian

Kembali ke bagian depan kediaman Duke Louis.

Para prajurit Duke San Lucia kini sudah berkumpul di gerbang depan kediaman Duke Louis sesuai yang diperintahkan oleh Irene. Beberapa dari mereka kini sedang menyerang para Priest dan golem-golem buatan High Priest Julian yang mendekat ke arah mereka dan menyerang mereka, sementara sisanya terlihat sedang merawat beberapa prajurit Duke San Lucia yang mengalami luka cukup parah ataupun yang sebelumnya tergeletak di jalan.

Untuk para prajurit Duke San Lucia yang menyerang Priest atau golem-golem buatan High Priest Julian, mereka hanya menyerang Priest dan golem-golem itu di dekat gerbang depan kediaman Duke Louis, mereka sama sekali tidak beranjak atau pergi menjauh dari tempat itu meskipun para Priest dan golem-golem yang tersisa tidak hanya berada di sekitar gerbang depan kediaman Duke Louis saja. Mereka juga berada di sekitar Irene yang sedang fokus untuk melawan High Priest Julian dan golem raksasa buatannya. Mereka pun berusaha menyerang Irene tetapi Nadine dan para prajurit Duke San Lucia yang menggunakan sihir atau senjata jarak jauh langsung membantu Irene begitu melihat Irene ingin diserang oleh mereka. Karena debu asap yang tiba-tiba muncul di tempat itu sebelumnya telah menghilang akibat adu serangan yang terjadi antara Irene dengan golem raksasa itu, Nadine dan yang lainnya pun jadi bisa melihat sekitar tempat itu dengan jelas. Mereka pun jadi bisa membantu Irene untuk mengalahkan Priest dan golem-golem yang ingin menyerangnya.

"Irene, kamu fokus saja untuk melawan High Priest itu. Kami akan membantumu untuk mengalahkan Priest atau golem-golem yang ingin menyerangmu," ucap Nadine dengan suara yang cukup keras.

Irene yang baru saja mendengar perkataan Nadine pun langsung menoleh ke arah Nadine sambil mengangguk. Setelah itu, Irene berlari mendekati kedua kaki golem raksasa buatan High Priest Julian. Ketika Irene sedang berlari mendekati kaki golem raksasa itu, beberapa Priest dan golem-golem berukuran biasa langsung mendekati Irene dan menyerangnya, tetapi Nadine dan beberapa prajurit Duke San Lucia langsung menumbangkan mereka yang ingin menyerang Irene. Leandra juga ikut membantu untuk mengalahkan Priest atau Golem yang ingin menyerang Irene karena dia bisa menggunakan sihir jarak jauh. 

Setelah beberapa Priest dan golem-golem yang mendekati Irene sudah dikalahkan, Irene yang kini sudah berada di dekat kedua kaki golem raksasa buatan High Priest Julian lalu melompat ke atas. Setelah melompat ke atas, Irene lalu membuat sebuah pijakan es yang tipis di udara dengan menggunakan sihir esnya. Pijakan es itu lalu diinjaknya dan Irene kembali melompat ke atas. Irene terus membuat pijakan es yang baru dan terus melompati pijakan es itu untuk mendekati High Priest Julian yang berada di bagian kepala golem raksasa miliknya.

High Priest Julian yang melihat Irene berusaha mendekatinya tentu tidak diam saja. Dia lalu memerintahkan golem raksasa buatannya itu untuk menyerang Irene.

"Serang dia, jangan biarkan dia mendekatiku," ucap High Priest Julian.

Golem raksasa itu pun kemudian menggerakkan lengan kanannya. Bagian pergelangan tangan kanan golem raksasa itu terlihat masih hancur akibat beradu serangan dengan Irene sebelumnya. Namun ketika lengan kanan golem raksasa itu secara perlahan mulai bergerak, bagian pergelangan tangannya pun secara perlahan mulai pulih kembali. 

"Bagian pergelangan tangan golem itu secara perlahan mulai pulih kembali. Yah tidak heran, lagipula golem itu merupakan makhluk buatan yang tercipta dari sihir High Priest itu. Karena itu makhluk buatan dari sihir, sudah jelas dia bisa pulih kembali asalkan orang yang membuatnya masih memiliki cukup banyak Mana untuk memulihkannya,"

"Meladeni golem raksasa ini hanya akan membuang waktu karena High Priest itu sudah pasti akan dapat terus memulihkannya. Untuk mengakhiri ini, aku harus segera mengalahkan High Priest itu," pikir Irene sambil melihat bagian pergelangan tangan golem raksasa yang secara perlahan mulai pulih.

Tidak lama kemudian, pergelangan tangan kanan golem raksasa itu pun telah pulih. Setelah pergelangan tangan golem raksasa itu sudah pulih, golem raksasa itu lalu mengangkat lengan kanannya ke atas. Golem raksasa itu pun juga mengepalkan tangannya seperti ingin memukul. Golem raksasa itu memang ingin memukul, dia ingin memukul Irene yang saat ini sedang terus melompati pijakan-pijakan es yang dibuatnya agar dia bisa terus melompat menuju High Priest Julian. Ketika Irene sedang melompati pijakan-pijakan es itu, golem raksasa itu lalu menurunkan lengannya dan bersiap untuk memukul Irene dari atas ke bawah.

Sementara itu, Nadine yang sebelumnya telah menembaki beberapa Priest dan golem-golem yang ingin menyerang Irene, kini terlihat sedang membuat beberapa peluru baru untuk senapannya.

"Leandra, Lily, tolong lindungi aku apabila ada Priest atau golem-golem yang ingin menyerangku. Karena debu asap yang sebelumnya menyelimuti tempat ini sudah hilang, pandanganku pun sudah tidak terganggu lagi. Aku akan mencoba untuk menembak High Priest itu dari sini," ucap Nadine kepada Leandra dan Lily yang ada di dekatnya.

"Baik, nona Nadine," ucap Leandra dan Lily.

Leandra dan Lily lalu bersiap di samping Nadine, sementara Nadine terus membuat beberapa peluru baru. Setelah selesai membuat beberapa peluru baru, Nadine lalu memasukkan peluru-peluru itu ke senapan panjang miliknya. Setelah itu, Nadine lalu mulai membidik menggunakan senapannya itu. Dia mulai membidik ke arah High Priest Julian yang ada di atas kepala golem raksasa buatannya.

~Frozen Paralyze Bullets~

Nadine lalu mulai menembakkan peluru-peluru itu dari senapannya. 

*Dor

*Dor

*Dor

*Dor

*Dor

5 peluru pun ditembakkan oleh Nadine dari senapannya. 5 peluru itu pun melesat dengan cepat ke arah High Priest Julian.

Sementara itu, beberapa saat sebelum Nadine menembakkan senapannya.

Irene saat ini masih terus melompati pijakan-pijakan es buatannya. Irene terus melompati pijakan es itu sambil melihat ke atas dimana lengan kanan golem raksasa yang ada di atasnya terlihat sudah mau turun ke bawah untuk memukulnya.

"Golem itu berniat untuk memukulku lagi. Aku harus menghindari pukulan golem itu. Aku tidak boleh menahannya dengan menggunakan rapierku lagi karena jika aku menahannya lagi, rapierku pasti akan langsung hancur," pikir Irene.

Irene kemudian bersiap untuk menghindari pukulan golem raksasa itu dengan membuat pijakan-pijakan es di udara yang tidak berada di jalur pukulan golem raksasa itu. Setelah selesai membuat pijakan-pijakan es itu, Irene lalu bersiap untuk melompat ke pijakan-pijakan es yang baru dibuatnya itu. Tetapi saat dia mau melompat, dia mendengar suara 5 buah tembakan senapan dari bawahnya. Tetapi Irene sama sekali tidak menghiraukan suara tembakan senapan itu karena dia menganggap suara tembakan senapan itu berasal dari Nadine atau prajurit San Lucia yang menggunakan senapan yang sedang bertarung dengan beberapa Priest dan golem-golem di bawahnya. Irene pun memilih untuk lanjut melompat ke pijakan-pijakan es yang baru dibuat untuk menghindari pukulan golem raksasa itu.

Namun ketika Irene sedang melompati pijakan-pijakan es itu, tiba-tiba dia mendengar suara teriakan seperti orang yang sedang kesakitan. 

"Arrrrrghhh,"

Suara teriakan itu berasal dari bagian kepala golem raksasa yang ada di hadapannya. Irene pun langsung melihat ke arah bagian kepala golem raksasa itu untuk melihat penyebab dari suara teriakan yang baru saja dia dengar. Setelah melihat ke bagian kepala golem raksasa itu, Irene sedikit terkejut ketika melihat High Priest Julian yang sedang berdiri dengan beberapa luka pada tubuhnya. Luka-lukanya itu terletak di paha kanan, kaki kiri, bahu kiri, lengan kanan dan perut bagian kanan. Ada 5 buah luka di tubuhnya dan luka pada tubuhnya itu seperti disebabkan oleh sebuah peluru dari senapan.

"Luka-luka itu terlihat seperti luka akibat tembakan peluru. Apa mungkin suara tembakan senapan yang aku dengar sebelumnya merupakan suara tembakan senapan yang ditujukan ke High Priest itu? Jika iya, siapa yang melakukannya?," pikir Irene.

Ketika Irene sedang memikirkan itu, tiba-tiba dia mendengar suara teriakan dari bawahnya.

"Irene, aku telah membuat High Priest itu tidak bisa bergerak untuk sementara dengan peluru buatanku. Sekarang kesempatanmu untuk mengalahkan High Priest itu!!," ucap suara teriakan itu.

Irene yang mendengar suara teriakan itu, menyadari siapa pemilik suara teriakan itu.

"Suara itu....., Nadine ya. Kali ini aku sudah mendengar teriakannya beberapa kali. Mendengar dia berteriak, seperti bukan dirinya yang biasanya. Yah itu wajar, karena kami saat ini sedang diserang dan masing-masing dari kami tidak membawa kristal komunikasi, satu-satunya cara untuk berkomunikasi jika jarak kami jauh adalah dengan berteriak,"

"Jadi Nadine ya yang menembak High Priest itu. Nadine bilang kalau dia telah membuat High Priest itu tidak bisa bergerak untuk sementara, apa dia menembak High Priest itu dengan peluru pelumpuh? Yah apapun itu, aku berterima kasih padamu, Nadine. Aku tidak akan sia-siakan kesempatan ini," pikir Irene.

Setelah itu, lengan kanan golem raksasa itu pun sudah berada dalam jarak yang dekat untuk memukul Irene. Tetapi Irene dengan cepat melompat ke pijakan es yang lain dan terhindar dari pukulan golem raksasa itu. Lengan kanan golem raksasa itu pun terus melesat ke bawah hingga akhirnya memukul jalan yang ada di bawah. Debu asap pun kembali bermunculan setelah golem raksasa itu memukul jalan.

-

Sementara itu, di tempat Nadine berada.

Nadine yang sebelumnya berhasil menembak High Priest Julian kini kembali sedang membuat beberapa peluru. Debu asap yang muncul akibat pukulan golem raksasa itu kini sudah mencapai tempat Nadine berada.

"Debu asapnya kembali muncul setelah golem raksasa itu kembali memukul jalan yang ada di bawahnya. Dengan adanya debu asap ini, aku tidak bisa menembak High Priest itu lagi. Tetapi untungnya sebelumnya aku sempat menembak High Priest itu sebelum munculnya debu asap ini. Dengan tembakan itu, seharusnya sudah cukup untuk membantu Irene. Sisanya aku serahkan kepadamu, Irene," pikir Nadine.

Nadine pun kini telah selesai membuat beberapa peluru dan dia pun langsung memasukkan peluru-peluru itu ke senapannya.

"Kalian semua, tetap siaga dengan kembali munculnya debu asap ini. Kalian tetaplah di tempat kalian masing-masing dan jangan pergi menjauh dari tempat ini ataupun dari rekan-rekan yang ada di dekat kalian," ucap Nadine dengan suara yang cukup keras.

"Baik, nona Nadine," ucap para prajurit Duke San Lucia.

-

Sementara itu, kembali ke tempat Irene.

Irene yang baru saja menghindari pukulan golem raksasa itu, kini terus melompat ke atas dengan menggunakan pijakan es yang dibuatnya. Meski saat ini Irene sedang berada di udara, debu asap yang tercipta akibat golem raksasa itu juga mencapai tempat Irene berada saat ini. Debu asap yang ada di sekitar tempat Irene pun sangat tebal dan pekat sehingga sangat mengganggu penglihatan. Maka dari itu, Irene pun melompat pijakan-pijakan es yang dibuatnya dengan hati-hati karena dia juga cukup kesulitan untuk melihat pijakan es yang dibuatnya sendiri.

"Debu asap di tempat ini cukup pekat karena debu asap ini muncul tepat di bawahku. Meski begitu, aku tidak boleh terganggu akan adanya debu asap ini, aku harus segera mengalahkan High Priest itu," ucap Irene.

Irene terus melompat ke atas dengan menggunakan pijakan es yang dibuatnya. Dia terus melompat sambil memegang rapier miliknya. Irene terlihat sedang mengalirkan sebuah sihir seperti sihir es ke rapier yang dipegangnya itu.

Lalu, setelah beberapa saat terus melompat di udara, Irene pun kini berhenti melompat dan hanya berdiri di pijakan es yang dibuatnya. Irene berhenti sambil melihat ke arah depannya dimana terdapat debu asap yang sangat pekat.

"Sebelumnya aku sempat melihat posisi golem raksasa itu sebelum tempat ini dipenuhi debu asap. Meski saat ini penglihatanku terganggu akibat debu asap ini, namun aku yakin golem raksasa itu kini tepat di depanku. Posisiku berada saat ini pun juga sudah pas untuk menyerang High Priest itu," pikir Irene.

Setelah itu, Irene lalu mengangkat rapiernya ke atas dengan kedua tangannya. Sihir es yang mengalir di rapiernya itu terlihat cukup pekat. Irene mengangkat rapiernya itu ke atas dalam beberapa detik. 

Lalu beberapa detik kemudian, Irene lalu mengayunkan rapiernya itu dari atas ke bawah.

~Ice Sword Art : Great Ice Slash~

Irene kemudian melancarkan sebuah tebasan es berukuran besar dari rapiernya itu. Tebasan es itu pun melesat ke depan dengan cepat sambil menebas debu asap yang dilewati oleh tebasan es itu.

-

Sementara itu, beberapa saat sebelum Irene melancarkan tebasan es dari rapiernya. High Priest Julian terlihat terus berdiri dengan 5 buah luka yang ada pada tubuhnya.

"Apa-apaan ini? Aku baru saja ditembak dengan menggunakan senapan oleh seseorang? Siapa yang menembakku? Apa mungkin gadis keluarga San Lucia yang membawa senapan itu yang menembakku? Jika benar, keluarga San Lucia, mereka benar-benar kurang ajar. Bahkan putri keluarga mereka juga sudah kurang aja karena sebelumnya telah menyerangku. Lihat saja nanti, aku pasti akan memberi kalian hukuman,"

"Tetapi untuk sekarang, aku harus lakukan sesuatu terhadap tubuhku. Aku sama sekali tidak bisa bergerak setelah terkena tembakan senapan. Bahkan aku juga tidak bisa berbicara. Apa-apaan ini? Apa ini efek dari peluru yang ditembakkan itu?," pikir High Priest Julian.

High Priest Julian pun berusaha untuk menggerakkan tubuhnya namun tidak bisa karena efek dari peluru yang ditembakkan Nadine. Meski tidak bisa bergerak, dia tidak berhenti untuk mencoba menggerakkan tubuhnya. 

Ketika High Priest Julian sedang mencoba untuk menggerakkan tubuhnya, sebuah tebasan es berukuran besar tiba-tiba muncul dari balik debu asap yang ada di depannya. High Priest Julian pun terkejut ketika melihat munculnya tebasan es itu, namun dia tidak bisa bereaksi atau melakukan apa-apa kepada tebasan es itu karena tubuhnya saat ini tidak bisa digerakkan. Tebasan es berukuran besar itu pun lalu menghantam bagian bawah dada hingga bagian atas kepala golem raksasa buatan High Priest Julian. High Priest Julian yang berdiri di atas kepala golem raksasa itu pun juga terkena tebasan es berukuran besar itu. Tebasan es itu mengenai bagian bahu kiri hingga perut kiri High Priest Julian. Bagian tubuh yang dikenai tebasan es itu pun langsung mengeluarkan darah. High Priest Julian pun langsung membuka mulutnya seolah ingin berteriak karena kesakitan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

"Sakit sekali, bahkan sekarang aku tidak bisa berteriak. Siapa yang berani menyerangku dengan tebasan itu? Apa itu putri Irene?," pikir High Priest Julian.

Ketika High Priest Julian sedang memikirkan itu, High Priest Julian tiba-tiba terasa seperti akan jatuh ke belakang. 

"Ada apa ini? Kenapa rasanya aku seperti ingin jatuh?," pikir High Priest Julian.

High Priest Julian ingin melihat sekitar untuk mencari tahu kenapa dia seperti ingin jatuh tetapi dia tidak bisa menggerakkan kepalanya untuk melihat-lihat ke sekitar.

"Sial, aku masih tidak bisa menggerakkan tubuhku," pikir High Priest Julian.

High Priest Julian masih berusaha untuk menggerakkan tubuhnya dan disaat yang sama tubuh High Priest Julian secara perlahan mulai jatuh ke belakang. Sesuai yang dirasakan oleh High Priest Julian, dia memang merasakan ingin jatuh karena golem raksasa yang dia naiki kini secara perlahan mulai jatuh ke belakang setelah terkena tebasan es yang dilancarkan Irene. Tebasan es yang dilancarkan oleh Irene memang tidak bisa menebas atau membelah golem raksasa itu, tetapi tebasan es itu mampu untuk mendorong golem raksasa itu sehingga membuatnya mulai terjatuh. Karena golem raksasa itu mulai jatuh ke belakang, High Priest Julian yang berada di atas kepala golem raksasa itu pun juga ikut jatuh.

"Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba aku jatuh ke belakang?!," pikir High Priest Julian.

Golem raksasa itu pun kini sudah jatuh ke belakang dan langsung menghantam jalanan yang ada di bawahnya.

*BUMMMMM

Suara benturan terdengar sangat keras setelah Golem raksasa itu terjatuh. Debu asap pun kembali bermunculan di sekitar tempat itu. Debu asap yang muncul itu pun lebih pekat dari sebelumnya karena tercipta dari jatuhnya golem raksasa itu.

Para prajurit San Lucia, Leandra, Lily dan Nadine yang berada cukup jauh dari golem raksasa itu terlihat terkejut dan bingung setelah mendengar suara dentuman yang cukup keras.

"Suara apa itu? Suaranya keras sekali,"

"Iya, bahkan suaranya lebih keras dari pukulan golem raksasa itu ketika menghantam jalanan,"

"Karena debu asap ini, kita jadi tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi. Selain itu, entah kenapa debu asapnya juga menjadi lebih tebal dan pekat daripada sebelumnya,"

"Iya, kamu benar. Debu asap ini jadi semakin pekat," ucap para prajurit San Lucia.

Sementara Nadine setelah mendengar suara dentuman itu terus melihat ke arah depan, tepatnya ke arah golem raksasa itu berada.

"Suara dentuman lebih keras dari sebelumnya. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan golem raksasa itu," ucap Nadine.

Lalu, di tempat golem raksasa itu berada, tempat itu kini sudah diselimuti oleh debu asap yang sangat tebal dan pekat. Jalanan di tempat itu terlihat sudah hancur dan beberapa terlihat rusak parah setelah ditimpa oleh golem raksasa yang jatuh itu. Untungnya Golem raksasa itu hanya menimpa jalanan yang di bawahnya, golem raksasa itu tidak menimpa bangunan yang ada di bawahnya. Meski begitu, golem raksasa itu hampir saja menimpa bangunan karena posisi kepala dari golem raksasa yang sudah jatuh itu hanya berjarak beberapa meter dari bangunan yang ada di belakang golem raksasa itu. Meski tidak menghancurkan bangunan itu, tetapi dinding bangunan itu terlihat mengalami beberapa keretakan akibat efek dari jatuhnya golem raksasa itu.

Lalu di antara kepala golem raksasa dan dinding bangunan itu, terlihat High Priest Julian yang sedang terbaring setelah jatuh dari ketinggian yang cukup tinggi. Darah terlihat terus mengalir dari luka tebasan yang dilancarkan Irene maupun dari luka tembakan senapan yang ditembakkan Nadine. Darah yang mengalir dari luka-luka itu terlihat mengalir cukup deras daripada sebelumnya. Mungkin efek jatuh dari ketinggian membuat luka-luka itu bertambah cukup parah sehingga darah yang mengalir keluar dari luka itu juga menjadi cukup deras.

"Sialan, aku tidak menyangka kalau golem raksasa buatanku akan jatuh. Aku pun juga ikut jatuh karena hal itu. Sialnya aku sedang tidak bisa bergerak saat sedang jatuh jadi aku hanya bisa pasrah saja karena aku tidak bisa melakukan apa-apa," pikir High Priest Julian.

Setelah memikirkan itu, High Priest Julian yang sejak tadi hanya terbaring, kini berusaha untuk bergerak dan bangkit kembali. High Priest Julian awalnya kesulitan tetapi dia akhirnya bisa bergerak dan bangkit kembali secara perlahan.

"Akhirnya aku bisa bergerak...kembali. Aku juga sudah...bisa berbicara kembali," ucap High Priest Julian dengan terbata-bata

Setelah sudah bisa bergerak, High Priest Julian lalu mulai meraba dan memperhatikan luka-luka yang ada di tubuhnya.

"Luka-luka pada tubuhku.....ini sudah cukup parah. Luka ini.....juga sakit sekali. Aku harus...segera menyembuhkan luka ini," ucap High Priest Julian.

High Priest Julian lalu bergerak secara perlahan untuk mengambil tongkat sihirnya yang tergeletak tidak jauh dari tempat dia tergeletak sebelumnya. Setelah sampai di tempat tongkat sihir itu tergeletak, High Priest Julian lalu mengambil tongkat sihir itu secara perlahan. Setelah mengambil tongkat sihir itu, High Priest Julian lalu memegang tongkat sihir itu lalu bersiap untuk menyembuhkan tubuhnya kembali dengan sihir pemulihan.

"Putri Irene, kamu.....benar-benar kurang ajar. Beraninya...kamu menyerangku lagi dan membuatku jatuh....dari golem raksasa buatanku. Lihat saja, setelah....aku memulihkan diri, aku akan.....benar-benar menghukummu," ucap High Priest Julian.

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi," ucap suara seseorang.

Setelah High Priest Julian mengatakan itu, Irene tiba-tiba muncul dari balik debu asap yang ada di hadapan High Priest Julian. High Priest Julian pun langsung terkejut setelah melihat Irene tiba-tiba ada di hadapannya.

"Putri Irene?!," ucap High Priest Julian yang terkejut.

Setelah itu, Irene lalu langsung melesat ke arah High Priest Julian sambil bersiap untuk menyerang dengan menggunakan rapiernya. Terlihat rapier milik Irene sudah mengalami keretakan yang cukup parah.

"Saya tahu kalau serangan yang saya lakukan sebelumnya belum cukup untuk mengalahkan anda meskipun anda juga jatuh dari ketinggian setelah terkena serangan yang saya lakukan. Maka dari itu saya langsung datang kemari untuk benar-benar mengalahkan anda," ucap Irene.

High Priest Julian yang awalnya berniat ingin menyembuhkan dirinya kini langsung mengarahkan tongkat sihirnya itu ke arah Irene untuk menyerangnya.

"Keparat kau, bisa-bisanya.....kau mengatakan kalau kau.....akan mengalahkanku yang.....merupakan seorang High Priest. Terimalah...hukuman dariku," ucap High Priest Julian.

High Priest Julian lalu melancarkan sebuah sihir dengan menggunakan tongkat sihirnya.

~Mud Magic : Mud Thorn~

High Priest Julian mengeluarkan sebuah duri berukuran cukup besar dari tongkat sihirnya itu. Duri itu lalu melesat dengan sangat cepat menuju ke kepala Irene. Namun Irene dapat menghindari serangan itu dengan menggerakkan kepalanya ke kanan. Tetapi serangan itu sangat cepat sehingga membuat Irene tidak bisa menghindari serangan itu sepenuhnya. Pipi kiri Irene pun terkena serangan itu. Darah langsung mengalir keluar dari pipi kiri Irene. Meski begitu, Irene tidak berhenti dan langsung melesat dengan cepat ke arah High Priest Julian. Irene pun kini sudah berada di depan High Priest Julian. Irene lalu langsung menyerang High Priest Julian dengan rapiernya.

~Frozen Rapier~

~San Lucia Art : Freezing Air Slash~

High Priest Julian yang masih melemah setelah terkena serangan dari Irene dan Nadine sebelumnya pun tidak bisa bereaksi terhadap serangan Irene itu. Serangan Irene itu pun berhasil mengenai High Priest Julian dengan telak.

-Bersambung