Chereads / Peace Hunter / Chapter 447 - Chapter 447 : Golem Raksasa

Chapter 447 - Chapter 447 : Golem Raksasa

"Aku sendiri lah yang akan memberikan hukuman kepada kalian," ucap High Priest Julian.

Setelah mengatakan itu, High Priest Julian melihat ke arah Irene yang ada tepat di bawah golem raksasa buatannya.

"Pertama-tama aku mulai darimu, putri Irene," ucap High Priest Julian.

Setelah itu, golem raksasa buatan High Priest Julian tiba-tiba mengangkat kaki kanannya. Setelah mengangkat kaki kanannya, kaki kanannya itu kemudian diturunkan kembali namun kaki kanannya itu diturunkan tepat di tempat dimana Irene berada. High Priest Julian berniat untuk menginjak Irene dengan menggunakan golem raksasa buatannya. Tetapi sebelum kaki kanannya itu jatuh mengenai jalan tempat Irene berada, Irene dengan cepat langsung menghindar dengan bergerak ke belakang.

*BUMMMMMM

Tepat setelah Irene pergi dari tempatnya sebelumnya, kaki kanan golem raksasa itu langsung menginjak permukaan jalan itu dengan sangat keras. Dampak dari injakan kaki kanan golem raksasa itu cukup dahsyat karena membuat jalan di sekitar tempat terinjaknya kaki golem raksasa itu retak dan mengalami kerusakan yang cukup parah. Debu asap pun juga bermunculan di sekitar tempat itu setelah Golem raksasa itu menginjakkan kaki kanannya ke jalan itu. Selain itu, efek dari injakan kaki golem raksasa itu juga menimbulkan getaran yang cukup dahsyat. Para prajurit Duke San Lucia terlihat sangat terkejut melihat dampak injakan kaki golem raksasa itu.

"Menghadapi golem yang berukuran biasa saja sudah membuat kita kesulitan. Sekarang kita juga harus menghadapi golem raksasa itu ? Lihat ukurannya itu, apa mungkin bagi kita untuk menghadapi golem itu ?," 

"Tidak hanya ukurannya, serangan yang dilancarkan golem itu pun juga sangat berbahaya. Hanya dengan satu injakannya sudah cukup untuk jalanan sekitar tempat yang dia injak menjadi hancur. Selain itu getaran yang muncul akibat efek injakannya juga dapat membuat bangunan yang ada di sekitar lama-kelamaan akan menjadi rusak,"

"Injakan dari golem itu tidak hanya menimbulkan getaran, melainkan juga debu asap. Lihat debu asap yang berada di sekeliling kita ini. Debu asap ini membuat penglihatan kita menjadi terganggu. Kita harus hati-hati dengan golem berukuran biasa dan juga orang-orang dari gereja Sancta Lux yang mungkin akan menyerang kita disaat penglihatan kita sedang terganggu," 

"Daripada itu, bagaimana dengan putri Irene? Apa beliau baik-baik saja?,"

"Entahlah, dengan debu asap ini, sulit bagi kita untuk melihat dan mencari putri Irene. Tetapi sepertinya beliau baik-baik saja karena sebelumnya aku melihat beliau sempat menghindar sebelum diinjak oleh golem raksasa itu," 

"Meski begitu, belum tentu putri Irene akan aman. Dengan adanya debu asap yang mengganggu penglihatan ini, beliau bisa saja tiba-tiba diserang lagi," 

"Jadi bagaimana? Apa kita harus mencari putri Irene dan memastikannya aman ?," 

"Iya, meski saat ini di sekitar tempat ini sedang ada debu asap yang mengganggu penglihatan kita, kita harus tetap mencari putri Irene dan memastikannya aman," ucap para prajurit Duke San Lucia.

Sementara itu, Nadine yang berada di belakang para prajurit Duke San Lucia terlihat sedang mengamati para prajurit itu. Nadine melihat beberapa prajurit itu sedang bergerak ke depan dengan terburu-buru. 

"Beberapa dari mereka tiba-tiba bergerak ke depan dengan terburu-buru? Apa yang terjadi? Apa ada sesuatu di depan mereka? Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena adanya debu asap ini," pikir Nadine.

Debu asap itu juga sedikit mengganggu penglihatan Nadine karena dia hanya bisa melihat beberapa prajurit Duke San Lucia yang ada di depannya sementara sisanya tidak terlihat. Karena Nadine berada cukup jauh dari golem raksasa yang dibuat oleh High Priest Julian, debu asap yang ada di sekitar tempat Nadine pun tidak terlalu tebal dan pekat. Debu asap yang tebal dan pekat hanya muncul di sekitar atau di dekat tempat golem raksasa itu berada. Beberapa prajurit yang dilihatnya itu sedang bergerak ke depan ke tempat yang debu asapnya pekat.

Setelah memikirkan alasan kenapa mereka bergerak ke depan sambil terus memperhatikan mereka, Nadine sepertinya mulai tahu apa alasannya.

"Jangan bilang alasannya karena Irene," pikir Nadine.

Setelah memikirkan itu, Nadine tiba-tiba langsung berteriak.

"Kalian semua, segera kembali!!!," teriak Nadine.

Para prajurit yang berada di dekat Nadine pun terkejut setelah mendengar Nadine yang berteriak. Mereka tidak menyangka kalau Nadine akan berteriak karena menurut mereka Nadine adalah tipe orang yang tidak suka berteriak. Tidak hanya para prajurit di dekat Nadine saja yang terkejut, para prajurit yang sedang bergerak ke depan pun juga ikut terkejut. Mereka pun langsung menghentikan langkah mereka setelah mendengar teriakan Nadine.

"Nona Nadine?," ucap para prajurit yang terkejut itu.

"Untuk apa kalian bergerak ke depan? Cepat kalian kembali!," teriak Nadine lagi.

Setelah mendengar teriakan Nadine lagi, salah satu dari prajurit yang bergerak ke depan pun langsung mengatakan sesuatu untuk menanggapi teriakan Nadine.

"Kami semua ingin mencari putri Irene yang sedang berada di dekat golem raksasa itu, nona Nadine. Kami khawatir kepadanya sedangkan kami tidak tahu kondisinya akibat debu asap yang tiba-tiba muncul ini," ucap salah satu prajurit itu.

"Kalian tidak perlu mengkhawatirkan Irene. Aku yakin dia akan baik-baik saja. Daripada memikirkan soal Irene, lebih baik kalian khawatirkan diri kalian sendiri. Debu asap yang tiba-tiba muncul akibat serangan Golem raksasa itu membuat penglihatan kita terganggu. Lebih baik kalian waspada karena masih ada golem-golem yang lain dan juga para Priest gereja Sancta Lux yang mungkin akan menyerang kita secara tiba-tiba," ucap Nadine.

Setelah Nadine mengatakan itu, benar saja, beberapa golem berukuran biasa tiba-tiba mendekati para prajurit yang hendak pergi menghampiri Irene. Para prajurit itu pun terkejut ketika melihat golem-golem itu sudah mendekati mereka karena mereka tidak menyadari akan kehadiran golem-golem itu akibat debu asap yang mengganggu penglihatan mereka. Nadine pun juga terkejut melihat golem-golem itu sudah mendekati para prajurit itu. Golem-golem itu pun lalu bersiap untuk menyerang para prajurit itu.

"Kalian semua, menghindar!!," teriak Nadine.

Para prajurit itu pun berusaha untuk menghindari serangan golem-golem itu, tetapi mereka sedikit telat bereaksi karena pada awalnya mereka tidak menyadari kalau golem-golem itu sudah mendekati mereka. Meskipun mereka berusaha menghindar, mereka tetap akan terkena serangan golem-golem itu. Serangan dari golem-golem itu pun sudah mendekat untuk mengenai mereka. Tetapi.....

~Electric Magic : Electric Strike~

Sebelum para prajurit itu terkena serangan golem-golem itu, sebuah sihir listrik tiba-tiba menyambar beberapa golem yang ingin menyerang para prajurit itu. Golem-golem itu pun langsung tumbang setelah terkena sihir listrik itu. 

Para prajurit itu pun terkejut setelah melihat golem-golem itu tumbang setelah terkena sihir listrik itu. Sementara itu, di sisi kiri para prajurit itu, terlihat ada sebuah bayangan yang sedang berjalan mendekati mereka.

"Seperti yang dikatakan oleh nona Nadine, kalian tidak perlu mengkhawatirkan nona Irene. Lebih baik kalian khawatirkan diri kalian sendiri. Bukan begitu, Lily?," tanya sosok bayangan yang mendekati ke arah para prajurit itu.

Para prajurit itu pun lalu menengok ke arah sosok bayangan yang mendekati mereka. Tidak lama kemudian, seiring sosok bayangan semakin mendekati para prajurit itu, sosok bayangan itu pun secara perlahan mulai terlihat jelas. Sosok bayangan itu adalah Leandra.

"Leandra?!," ucap para prajurit itu.

Ketika para prajurit itu sedang fokus untuk melihat ke arah Leandra, beberapa golem tiba-tiba mendekat lagi ke arah mereka. Para prajurit itu pun kembali terkejut dengan datangnya golem-golem itu. Mereka tidak sempat bereaksi akan datangnya golem-golem itu, sementara golem-golem yang tiba-tiba datang itu pun langsung bersiap untuk menyerang mereka. Namun.....

~Electric Magic : Electric Fox Claw Dance~

Lily tiba-tiba datang dan langsung menyerang semua Golem yang hendak menyerang para prajurit itu dengan menggunakan cakar tangannya yang sudah dialiri oleh sihir listrik. Golem-golem itu pun langsung tumbang setelah diserang oleh Lily Para prajurit itu pun kembali terkejut dengan datangnya Lily.

"Lily?!," ucap para prajurit itu.

Setelah mengalahkan golem-golem itu, Lily pun langsung menoleh ke arah para prajurit itu dan kemudian menghampiri mereka.

"Benar kata Leandra, lebih baik kalian khawatirkan diri kalian sendiri. Yah aku dan Leandra pastinya juga khawatir dengan nona Irene tetapi kami pikir di situasi seperti ini nona Irene bisa menjaga dirinya sendiri. Dia itu bukanlah wanita lemah yang harus terus dilindungi. Justru lebih baik kita fokus mengkhawatirkan diri kita sendiri. Jika kita terluka atau kemungkinan terburuknya tewas karena lengah akan situasi ini, kita mungkin akan membuat nona Irene merasa bersalah," ucap Lily.

Para prajurit itu pun terdiam setelah mendengar perkataan Lily. Namun tidak lama kemudian, para prajurit itu pun mulai berbicara kembali.

"Kalian berdua benar, kami mungkin mengkhawatirkan putri Irene tetapi kekhawatiran kami justru bisa membuat kami celaka. Jika kami celaka, malah putri Irene yang akan khawatir,"

"Iya, lebih baik sekarang ini kita tetap tenang dan fokus karena serangan yang dilakukan oleh para Priest dan juga High Priest itu masih belum berakhir. Para Priest dan golem-golem buatan Priest itu bisa kapan saja menyerang kita di dalam debu asap yang masih bermunculan ini," ucap para prajurit itu.

"Baguslah kalau kalian semua sudah mengerti," ucap Leandra.

Ketika Leandra, Lily dan para prajurit itu sedang berbicara, Nadine yang sebelumnya berada di belakang tiba-tiba berlari untuk menghampiri mereka.

"Leandra, Lily, kalian berdua baik-baik saja? Saat debu asap di tempat ini pertama kali muncul, aku sama sekali tidak bisa melihat kalian berdua karena kalian berada cukup jauh di depan. Apa ada sesuatu yang terjadi ketika debu asap ini pertama kali muncul?," tanya Nadine.

"Tidak ada sesuatu yang terjadi, nona Nadine. Ketika debu asap ini pertama kali muncul, aku dan Lily diserang secara tiba-tiba oleh beberapa Priest dan beberapa golem tetapi kami berdua bisa mengatasinya. Yah meskipun kami berdua juga mengalami luka karena kami terkena serangan mereka. Tetapi nona Nadine tidak perlu khawatir karena luka pada tubuh kami hanyalah luka-luka kecil," ucap Leandra.

Sesuai perkataan Leandra, saat ini di tubuh Leandra dan Lily terdapat beberapa luka seperti luka goresan yang tidak terlalu parah.

"Yah itu benar. Sesuai perkataan Leandra, nona Nadine tidak perlu khawatir," ucap Lily.

"Begitu ya. Ya sudah jika luka pada kalian berdua tidak terlalu parah. Tetapi setelah penyerangan ini selesai, kalian harus langsung menyembuhkan luka-luka itu," ucap Nadine.

"Baik, nona Nadine," ucap Leandra dan Lily.

"Untuk sekarang lebih baik kita fokus dan siaga. Para Priest dan golem-golem itu mungkin akan menyerang kita lagi," ucap Nadine.

Setelah Nadine mengatakan itu, telinga Lily tiba-tiba bergerak-gerak seperti mendengar sesuatu.

"Nona Nadine, sepertinya mereka sudah bergerak untuk menyerang kita lagi. Jarak mereka sudah hampir dekat dengan kita," ucap Lily.

"Kalau begitu kalian semua, bersiap untuk menyerang," ucap Nadine.

Setelah mendengar perkataan Nadine, para prajurit, Leandra dan Lily pun bersiap dalam posisi menyerang. Nadine pun juga bersiap menyerang dengan menggunakan senapannya. Tidak lama kemudian, beberapa sosok bayangan terlihat mulai mendekat ke arah mereka. Tidak lama kemudian, beberapa sosok bayangan itu pun mulai terlihat jelas dan sosok itu merupakan beberapa golem buatan High Priest Julian. Beberapa golem itu mendekat sambil bersiap untuk menyerang. Melihat beberapa golem itu sudah mendekat, Nadine langsung memerintahkan para prajurit itu untuk menyerang.

"Kalian semua, serang!," ucap Nadine.

Para prajurit Duke San Lucia, Leandra, Lily dan Nadine pun bersiap untuk menyerang golem-golem yang mendekati mereka. Namun....

~Ice Magic : Full Frost~

Golem-golem yang mendekati mereka itu tiba-tiba langsung membeku. Seluruh bagian tubuh golem-golem itu membeku sepenuhnya dan membuat mereka langsung berhenti bergerak. Tidak hanya golem-golem itu saja, permukaan jalan tempat mereka berada dan sekitarnya juga ikut membeku. Mereka pun langsung terkejut begitu melihat golem-golem itu tiba-tiba membeku.

"Para golem itu tiba-tiba membeku. Sihir ini, aku yakin dia yang melakukannya," ucap Nadine.

Setelah Nadine mengatakan itu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang yang mendekat ke arah mereka. Nadine yang mendengar suara langkah kaki itu langsung menoleh ke arah suara itu berasal.

"Ternyata memang benar, kamu yang membekukan mereka, Irene," ucap Nadine setelah menoleh ke arah suara itu berasal.

Suara langkah kaki itu berasal dari Irene yang sedang mendekati mereka. Irene mendekati mereka sambil memegang rapier miliknya. Para prajurit Duke San Lucia, Leandra dan Lily pun langsung menoleh ke arah Irene. Mereka terlihat lega karena sebelumnya mereka mengkhawatirkan Irene.

"Nona Irene, kamu tidak apa-apa ?," tanya Leandra.

"Iya, seperti yang kamu lihat. Aku tidak apa-apa dan aku juga tidak terluka sedikitpun," ucap Irene.

Setelah mengatakan itu, Irene lalu melihat dan memperhatikan Leandra, Lily, Nadine dan para prajurit yang ada di hadapannya.

"Hmmmm, sepertinya kamu, Lily dan beberapa prajurit yang lainnya sudah mendapatkan beberapa luka," ucap Irene.

"Iya, kami terluka karena terkena serangan para Priest dan golem-golem yang menyerang kami. Tetapi kamu tidak perlu khawatir, nona Irene, luka yang kami dapatkan tidak terlalu parah. Namun, meski luka yang kamu dapatkan tidak terlalu parah, ada beberapa dari kami yang sudah tumbang dan tergeletak di jalan," ucap Leandra.

"Hmm begitu ya," ucap Irene.

Irene mengatakan itu sambil sedikit menundukkan kepalanya. Setelah mengatakan itu, Irene kembali mengangkat kepalanya.

"Sekarang lebih baik kalian membawa para prajurit yang tergeletak dan segera mundur ke dekat gerbang kediaman ayahandaku karena di sekitar tempat ini sangat berbahaya untuk kalian," ucap Irene.

Setelah Irene mengatakan itu, tiba-tiba Irene berbalik dan langsung bersiap untuk melakukan serangan. Setelah Irene bersiap untuk melakukan serangan, sebuah tangan kanan golem raksasa tiba-tiba muncul dari balik debu asap yang pekat. Tangan golem raksasa itu muncul dalam kondisi yang sedang dikepal. Sepertinya golem raksasa itu ingin memukul Irene dan orang-orang yang ada di dekatnya. Leandra, Lily, Nadine dan para prajurit Duke San Lucia yang berada di dekat Irene terlihat terkejut dengan munculnya tangan kanan golem raksasa itu secara tiba-tiba. Wajar bagi mereka untuk terkejut karena mereka tidak menyadari atangnya tangan golem raksasa itu akibat debu asap yang sangat pekat. Mereka pun juga tidak sempat bereaksi terhadap tangan golem raksasa itu. Apapun yang akan mereka lakukan baik itu menghindar ataupun menahan tangan golem raksasa itu, mereka tidak akan sempat. Mereka akan terkena serangan tangan golem raksasa itu dengan telak. Tetapi tidak untuk Irene, Irene menyadari datangnya tangan golem raksasa itu dan langsung berniat untuk menahannya. Ketika tangan golem raksasa itu sudah berada dalam jarak yang dekat untuk mengenai mereka, Irene langsung berniat untuk menahan tangan kanan raksasa itu dengan rapiernya.

~Frozen Rapier~

~San Lucia Art : Advanced Freezing Air Slash~

Irene lalu menyerang tangan golem raksasa itu dengan serangannya. Irene dan tangan golem raksasa itu pun saling beradu. Adu serangan yang mereka lakukan pun membuat debu asap yang muncul di tempat itu tiba-tiba langsung menghilang. 

Sementara itu, para prajurit Duke San Lucia terlihat terkejut ketika melihat Irene berhasil menahan tangan golem raksasa itu dengan rapiernya. Leandra, Lily dan Nadine awalnya juga terkejut, tetapi mereka teringat dengan perkataan Irene sebelumnya.

"Kalian semua, cepat pergi dari tempat ini. Sesuai apa yang Irene katakan tadi, kita harus membawa para prajurit yang tergeletak lalu mundur ke belakang," ucap Nadine.

"Jika kita mundur, bagaimana dengan putri Irene, nona Nadine ?," tanya salah satu prajurit.

"Tenang saja, aku yakin Irene akan dapat mengatasinya. Benarkan, Irene?," tanya Nadine.

Irene yang sedang menahan tangan golem raksasa itu dengan rapiernya pun langsung menjawab pertanyaan Nadine.

"Iya. Biar aku yang mengurus High Priest itu, kalian lebih baik mengurus para prajurit yang tergeletak sekaligus mengurus para Priest dan golem-golem yang masih ada di sekitar," ucap Irene.

Setelah mendengar perkataan Irene, Nadine lalu menoleh ke arah para prajurit Duke San Lucia yang ada dekatnya.

"Seperti yang kalian dengar barusan, ayo kita segera mundur dan lakukan tugas kita. Disini biar Irene yang mengurusnya," ucap Nadine.

Para prajurit itu awalnya enggan, tetapi setelah mendengar langsung dari Irene, mereka pun langsung menuruti perkataan Irene.

"Baik, nona Nadine. Ayo semua, kita lakukan tugas yang diberikan oleh putri Irene," ucap salah satu prajurit.

"Iya," ucap para prajurit lainnya.

Setelah itu, para prajurit Duke San Lucia pun langsung mundur ke belakang. Nadine, Leandra dan Lily pun juga ikut mundur ke belakang. Ketika sedang mundur ke belakang, Leandra tiba-tiba mengajak Nadine untuk berbicara.

"Nona Nadine, apa tidak apa-apa membiarkan nona Irene mengatasi High Priest itu sendirian ?," tanya Leandra.

"Jika Irene sendiri yang bilang begitu maka apa boleh buat. Tetapi kamu tenang saja, aku akan membantu Irene dengan menggunakan senapanku dari jauh," ucap Nadine.

"Meski begitu aku tetap khawatir. Apa tidak sebaiknya kita menghubungi Rid yang sedang latihan untuk segera kembali kesini ? Jika Rid datang kesini, mengalahkan mereka semua akan menjadi lebih mudah," ucap Leandra.

"Memang jika Rid ada disini, mengalahkan mereka akan menjadi lebih mudah. Tetapi aku yakin Irene tidak akan setuju untuk menghubungi Rid agar datang kesini. Tujuan gereja Sancta Lux datang kesini adalah untuk merekrut Rid. Irene pastinya tidak mau mempertemukan gereja Sancta Lux dengan Rid jadi dia tidak akan setuju dengan idemu itu," ucap Nadine.

"Kamu ada benarnya, nona Nadine," ucap Leandra.

"Tanpa Rid pun kita tidak begitu kesulitan untuk melawan mereka. Mungkin yang merepotkan adalah High Priest itu tetapi untuk sekarang kita serahkan saja High Priest itu kepada Irene. Lagipula sekarang ini Irene sudah menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Ini berkat latihan yang dia lakukan dengan Rid setiap hari.

Sementara itu, disaat Leandra, Lily, Nadine dan para prajurit Duke San Lucia sudah mundur, Irene terlihat masih beradu kekuatan dengan tangan golem raksasa itu. Irene terus menahan tangan golem raksasa itu dengan rapiernya. Ketika Irene sedang menahan tangan golem raksasa itu, terlihat bagian jari-jari dari tangan golem raksasa itu mulai membeku. Pembekuan itu pun secara perlahan mulai menyebar hingga ke pergelangan tangan golem raksasa itu. Setelah seluruh pergelangan tangan golem raksasa itu sudah membeku, Irene lalu meningkatkan kekuatan pada rapiernya. Irene kemudian menggerakkan rapiernya itu seperti sedang melakukan sebuah tebasan. Setelah itu, pergelangan tangan golem raksasa yang membeku itu secara perlahan mulai retak dan hancur. High Priest Julian yang berdiri di atas golem raksasa buatannya terlihat sedikit terkejut setelah melihat tangan golem raksasa buatannya telah membeku dan hancur.

"Yang benar saja?! Dia berhasil menahan tangan golem raksasaku dengan sebuah rapier dan kemudian menghancurkannya?!," ucap High Priest Julian.

Sementara itu, setelah menghancurkan tangan golem raksasa itu, Irene lalu mengangkat rapiernya dan kemudian mulai melihat dan memperhatikan rapiernya itu. Saat Irene sedang melihat rapiernya itu, terlihat ada beberapa retakan pada rapiernya itu. Retakan itu menandakan kalau rapiernya sudah mulai rusak.

"Meskipun terbuat dari lumpur, aku tidak menyangka kalau golem raksasa itu cukup keras. Jika aku menahan serangan yang sama satu kali lagi, rapierku ini pasti akan langsung hancur. Aku juga tidak bisa menyerang golem raksasa itu secara langsung jika tidak mau rapierku ini hancur,"

"Untuk mengalahkan High Priest itu, sepertinya aku harus menyerang High Priest itu secara langsung sambil menghindari serangan-serangan yang dilancarkan golem raksasa itu dan tidak boleh menahan serangan-serangan itu dengan menggunakan rapierku lagi," pikir Irene.

-

Sementara itu, di saat yang sama, di halaman White Palace.

Terlihat Ratu Kayana, para Duke dan Duchess, para komandan prajurit, para prajurit serta para bangsawan lainnya telah kembali dari pemakaman San Fulgen. Itu berarti proses pemakaman para bangsawan yang telah tewas akibat penyerangan yang terjadi di kerajaan San Fulgen telah selesai. Saat ini, Ratu Kayana sedang berjalan untuk memasuki White Palace, diikuti dengan para Duke, para Duchess dan para komandan prajurit di belakangnya.

Sementara itu, Duke Louis dan Duchess Arlet yang tepat berada di belakang Ratu Kayana terlihat seperti sedang khawatir akan sesuatu.

"Sayang, entah kenapa aku merasakan firasat yang tidak enak. Apa kamu juga merasakannya?," tanya Duke Louis.

"Aku juga merasakannya, tetapi aku tidak tahu firasat apa ini. Semoga bukan firasat buruk," ucap Duchess Arlet.

"Iya, semoga saja," ucap Duke Louis.

Sementara itu, Ratu Kayana yang berada di depan Duke Louis dan Duchess Arlet menyadari kalau Duke Louis dan Duchess Arlet sedang merasa khawatir.

"Ada apa kalian berdua? kalian sepertinya sedang khawatir," ucap Ratu Kayana.

"Tidak apa-apa, Yang Mulia Ratu. Mungkin kami hanya sedikit khawatir tentang apa yang terjadi kemarin dimana High Priest gereja Sancta Lux kota San Lucia mengunjungi kediaman saya untuk menemui Rid. Karena saat ini kami sedang meninggalkan kediaman, kami khawatir apakah High Priest itu akan mengunjungi kediaman kami lagi," ucap Duke Louis.

"Apa anda tidak memberikan pesan kepada prajurit atau pelayan anda untuk menghubungi anda apabila High Priest itu datang kembali ?," tanya Ratu Kayana.

"Sudah, Yang Mulia Ratu. Saya sudah berpesan kepada mereka untuk menghubungi saya lewat kristal komunikasi apabila High Priest itu datang lagi. Tetapi saat ini saya meninggalkan kristal komunikasi saya di dalam kediaman anda karena saya khawatir apabila saya dihubungi saat proses pemakaman, hal itu malah akan mengganggu proses pemakamannya. Maka dari itu saya tidak membawa kristal komunikasi saya di acara pemakaman agar tidak mengganggu," ucap Duke Louis.

"Begitu ya. Ya sudah nanti anda periksa saja kristal komunikasi anda, apakah ada yang menghubungi anda atau tidak," ucap Ratu Kayana.

"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis.

Setelah itu, Ratu Kayana, para Duke, para Duchess dan para komandan prajurit pun terus melanjutkan langkah mereka untuk menuju White Palace. Namun ketika mereka sedang berjalan, Ratu Kayana tiba-tiba berhenti berjalan. Duke Louis dan Duchess terlihat bingung ketika melihat Ratu Kayana tiba-tiba berhenti berjalan.

"Ada apa Yang Mulia Ratu ? Kenapa anda berhenti ?," tanya Duke Louis.

Tidak hanya Duke Louis dan Duchess Arlet saja yang bingung, para Duke dan Duchess lainnya serta para komandan prajurit juga bingung. Sementara itu, setelah Ratu Kayana berhenti berjalan, Ratu Kayana lalu berbalik. Ratu Kayana lalu melihat ke arah para Duke, para Duchess dan para komandan prajurit yang ada di depannya.

"Kalian semua, apa kalian semua mempunyai waktu luang setelah ini ? Soalnya ada yang ingin aku bahas dengan kalian semua. Karena kebetulan para Duke, para Duchess dan para komandan prajurit sedang ada disini, aku ingin membahas tentang penyerangan yang terjadi di kerajaan ini 2 hari yang lalu. Aku juga ingin memberitahukan tentang rahasia yang masih aku sembunyikan tentang penyerangan ini," ucap Ratu Kayana.

-Bersambung

~Note dari Author : Halo para pembaca Peace Hunter. Saya ingin menyampaikan permintaan maaf tentang update dari bab terbaru pada novel Peace Hunter yang tidak menentu. Alasannya karena beberapa waktu ini saya sedang sibuk. Selain itu saya juga sempat sakit dalam waktu yang cukup lama dan sering kambuh jadi ini membuat saya kesulitan dalam membuat bab terbaru. Sekali lagi, saya minta maaf karena telah membuat pembaca kecewa akibat tidak menentunya jadwal rilis bab terbaru pada novel Peace Hunter.