Beberapa menit kemudian, di dalam istana kediaman Ratu Kayana, White Palace.
Di dalam istana itu, ada sebuah aula yang berukuran sangat besar. Di aula itu, sudah berbaris peti mati dalam jumlah banyak. Peti mati itu berisi jasad-jasad para bangsawan yang telah tewas akibat penyerangan yang terjadi di kerajaan San Fulgen. Di antara para bangsawan yang telah berbaring di peti mati itu adalah Raja Albert, Duchess Arnett, Duchess Harriet, Duchess Claret, putri Amelia, senior Florian, senior Vyn dan komandan Dayne. Peti mati yang berbaris dalam jumlah banyak itu masih dalam keadaan terbuka, jadi orang-orang yang ada di aula itu masih diizinkan untuk melihat jasad orang-orang yang telah tewas itu.
Saat ini, terlihat sudah ada banyak orang yang berada di dekat peti-peti mati yang berbaris itu untuk melihat jasad orang-orang yang telah tewas yang terbaring di dalamnya. Kebanyakan dari orang-orang itu hanya melihat jasad dari kerabat, saudara atau orang-orang yang mereka kenal yang tewas sebagai korban murni atau tewas sebagai orang-orang yang dirubah paksa menjadi iblis oleh Duke Remy. Sementara untuk sisanya, hanyalah orang-orang yang penasaran dengan jasad orang yang telah tewas itu.
Di antara orang-orang yang sedang melihat jasad di peti mati itu, terlihat Charles, Chloe dan Caroline yang sedang melihat salah satu dari peti mati itu. Caroline terlihat sedang menangis ketika melihat jasad yang ada di peti mati itu, sementara Charles dan Chloe yang berada di belakang Caroline terlihat sedang mengelus bahu Caroline untuk menenangkannya. Jasad yang sedang dilihat oleh Charles, Chloe dan Caroline adalah jasad Raja Albert yang merupakan ayahanda mereka. Jadi wajar kalau Caroline menangis ketika melihat jasad ayahandanya. Charles dan Chloe pun juga terlihat mengeluarkan air mata ketika melihat jasad ayahanda mereka.
"Ayahanda.....," ucap Caroline sambil menangis.
"Kamu harus tabah, Carol. Kamu harus mengikhlaskan kepergian ayahanda kita," ucap Charles.
Sementara itu, Ratu Kayana yang berada di depan barisan peti-peti mati itu, terlihat sedang melihat ke arah Charles, Chloe dan Caroline yang berada tidak jauh darinya. Ratu Kayana melihat mereka bertiga dengan raut wajah yang terlihat sedih. Tidak lama kemudian, Ratu Kayana pun mulai berjalan untuk menghampiri mereka. Setelah berada dekat dengan mereka, Ratu Kayana langsung mengelus kepala mereka satu persatu.
"Kalian bertiga yang tabah ya. Aku tahu kalau ini berat untuk kalian bertiga," ucap Ratu Kayana.
Setelah mendengar perkataan Ratu Kayana, Charles dan Chloe pun langsung menoleh untuk menatap Ratu Kayana yang ada di belakang mereka.
"Ibunda.....," ucap Charles dan Chloe.
Terlihat Charles dan Chloe masih meneteskan air mata di kedua mata mereka. Setelah Charles dan Chloe sudah menoleh ke arah Ratu Kayana, Caroline yang sebelumnya sedang melihat ke arah jasad Raja Albert, kini juga ikut menoleh ke arah Ratu Kayana. Setelah Caroline sudah menoleh dan menatap Ratu Kayana, Caroline pun tiba-tiba langsung memeluk Ratu Kayana.
"Ibunda!!!," ucap Caroline sambil memeluk Ratu Kayana.
Caroline memeluk Ratu Kayana dengan erat sambil menangis. Ratu Kayana pun juga memeluk Caroline dengan cukup erat. Sementara itu, Charles dan Chloe yang sedang melihat Ratu Kayana dan Caroline saling berpelukan, kini mulai ikut memeluk mereka berdua. Mereka berempat pun kini saling berpelukan. Mereka berempat yang saling berpelukan itu menarik perhatian seluruh orang yang ada di aula itu. Orang-orang yang ada di aula itu terlihat bersedih dan menangis ketika melihat Ratu Kayana, Charles, Chloe dan Caroline yang sedang berpelukan.
Tidak lama kemudian, Ratu Kayana, Charles, Chloe dan Caroline pun mulai melepaskan pelukan mereka masing-masing. Setelah itu, Ratu Kayana mulai mengusap air mata yang masih menetes dari kedua mata Caroline.
"Jangan menangis lagi ya, Carol. Kamu harus kuat dan tabah. Tetapi jika kamu masih ingin menangis, aku tidak akan menghentikanmu. Jika kamu masih ingin menangis, menangislah sepuasnya sekarang," ucap Ratu Kayana.
"Baik, ibunda. Sebisa mungkin, aku akan mencoba untuk tidak menangis lagi. Jika aku terus menangis, ayahanda mungkin tidak akan bisa pergi dengan tenang," ucap Caroline.
"Iya, itu benar. Jadi sebisa mungkin, kamu jangan menangis lagi ya. Kalian berdua juga, Charles, Chloe," ucap Ratu Kayana.
"Baik, ibunda," ucap Charles dan Chloe.
Setelah itu, Ratu Kayana mulai melihat ke sekelilingnya. Ketika Ratu Kayana sedang melihat ke sekelilingnya, Ratu Kayana melihat Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Mina yang sedang berdiri di salah satu sisi aula itu. Mereka bertiga sedang berdiri sambil melihat ke arah Ratu Kayana. Setelah Ratu Kayana melihat ke arah Duke Louis dan yang lainnya, Ratu Kayana lalu mengatakan sesuatu kepada Charles, Chloe, dan Caroline.
"Tuan Louis dan nona Arlet sudah datang ya. Sepertinya Duke dan Duchess yang lain juga sudah mulai berdatangan. Kalau begitu, aku pergi dulu ya, Charles, Chloe, Caroline. Aku harus menemui dan menyapa mereka. Jika kalian mau tetap disini untuk melihat jasad ayahanda kalian, silahkan saja. Aku tidak akan melarang kalian," ucap Ratu Kayana.
"Baik, ibunda," ucap Charles, Chloe dan Caroline.
Setelah itu, Ratu Kayana langsung bergegas menghampiri Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Mina. Melihat Ratu Kayana yang sedang menghampiri mereka, Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Mina pun langsung memberi hormat kepada Ratu Kayana.
"Selamat pagi, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis dan Duchess Arlet.
"Iya, selamat pagi juga, tuan Louis, nona Arlet. Ngomong-ngomong, apa kalian baru saja sampai ?," tanya Ratu Kayana.
"Benar, Yang Mulia Ratu. Kami baru saja sampai beberapa menit yang lalu. Kami juga baru saja sampai di aula ini sekitar 2-3 menit yang lalu. Kami awalnya berniat untuk langsung menemui anda, tetapi ketika melihat anda yang sedang berpelukan dengan anak-anak anda, kami memutuskan untuk menunggu disini," ucap Duke Louis.
"Begitu ya. Aku minta maaf karena telah membuat kalian menunggu," ucap Ratu Kayana.
"Anda tidak perlu meminta maaf, Yang Mulia Ratu. Lagipula kami hanya menunggu sebentar saja," ucap Duke Louis.
"Itu benar, Yang Mulia Ratu," ucap Duchess Arlet.
"Baiklah jika kalian bilang begitu," ucap Ratu Kayana.
Setelah Ratu Kayana mengatakan itu, Duke Louis kembali mengatakan sesuatu.
"Yang Mulia Ratu, mungkin kami sebelumnya sudah mengucapkan hal ini, tetapi izinkan kami untuk mengucapkannya lagi. Kami turut berduka cita atas meninggalnya Yang Mulia Raja Albert, Yang Mulia Ratu. Kami turut bersedih ketika melihat anda yang sebelumnya tengah menghibur anak-anak anda yang sedang berduka atas meninggalnya ayahanda mereka," ucap Duke Louis.
"Iya, terima kasih, tuan Louis," ucap Ratu Kayana.
-
Sementara itu, di lorong istana kediaman Ratu Kayana yang menghubungkan pintu masuk dengan ruangan-ruangan yang ada di istana kediaman itu.
Di lorong yang dekat pintu masuk, terlihat nona Violetta yang baru saja memasuki istana kediaman Ratu Kayana. Nona Violetta kini sedang menyusuri lorong itu untuk menuju aula tempat Ratu Kayana berada. Ketika nona Violetta serang menyusuri lorong itu, nona Violetta melihat komandan Asier dan komandan Ivana yang berada tidak jauh di depannya. Tidak terlihat ada wakil komandan Sara dan wakil komandan Roisin di dekat mereka. Namun, meskipun mereka tidak ditemani oleh wakil komandan mereka masing-masing, mereka saat ini sedang ditemani oleh seseorang yang sangat familiar. Orang itu adalah nona Karina. Kelihatannya nona Karina juga diundang untuk menghadiri prosesi pemakaman para bangsawan yang telah tewas. Saat ini, mereka bertiga sedang membicarakan sesuatu di lorong itu.
Nona Violetta yang sedang melihat ke arah mereka bertiga pun memutuskan untuk menghampiri mereka bertiga. Ketika nona Violetta sedang berjalan untuk menghampiri mereka, komandan Asier yang sedang berbicara dengan komandan Ivana dan nona Karina secara tidak sengaja menoleh ke arah nona Violetta.
"Violetta ?," ucap komandan Asier ketika melihat nona Violetta.
Komandan Asier terlihat bingung karena dia baru kali ini melihat penampilan nona Violetta yang seperti ini. Mendengar komandan Asier tiba-tiba menyebut nama nona Violetta, komandan Ivana dan nona Karina pun juga ikut menoleh ke arah nona Violetta. Setelah komandan Ivana dan nona Karina melihat ke arah nona Violetta, mereka terlihat terkejut dan takjub.
"Violetta ?," ucap nona Karina yang terkejut.
Tidak lama kemudian, nona Violetta pun kini sudah berada di hadapan nona Karina, komandan Asier dan komandan Ivana. Setelah itu, nona Violetta pun langsung menanggapi perkataan nona Karina sebelumnya.
"Iya, ini aku, nona Karina," ucap nona Violetta.
"Penampilanmu benar-benar terlihat berbeda daripada sebelumnya. Mungkin karena kamu sebelumnya biasanya hanya mengenakan seragam komandan prajurit milikmu saja atau pakaian biasa ketika kamu sedang tidak bertugas, makanya ketika kamu memakai pakaian bangsawan khususnya pakaian Duchess, penampilanmu langsung terlihat berbeda. Aku benar-benar takjub," ucap nona Karina.
"Meski nona Karina memuji penampilanku ini, justru aku malah merasa tidak nyaman dengan penampilanku ini. Aku lebih nyaman berpenampilan seperti biasa," ucap nona Violetta.
"Tahan saja, lagipula kamu berpenampilan seperti itu hanya untuk sementara saja. Tetapi, jika kamu mau terus berpenampilan seperti itu juga tidak apa-apa, kamu terlihat lebih cantik dibanding yang biasanya," ucap nona Karina.
"Terima kasih atas pujiannya, nona. Tetapi aku akan kembali berpenampilan seperti biasa nantinya karena aku tidak mau mencolok," ucap nona Violetta.
"Ya sudah, terserah kamu saja," ucap nona Karina.
"Ah ngomong-ngomong, aku lupa untuk menyapa kalian terlebih dahulu. Selamat pagi, nona Karina, nona Ivana dan Asier," ucap nona Violetta.
"Selamat pagi juga," ucap nona Karina.
"Selamat pagi, Violetta," ucap komandan Asier.
"Selamat pagi juga, nona Duchess," ucap komandan Ivana.
"Berhenti untuk memanggilku dengan sebutan itu, nona Ivana," ucap nona Violetta.
"Maaf, maaf, habisnya aku tidak menyangka kalau penampilanmu akan berubah drastis seperti ini, Violetta. Sebelumnya, ketika kita bertemu di kediaman Duke San Quentine, penampilanmu masih terlihat seperti biasanya. Saat ini penampilanmu benar-benar seperti seorang Duchess," ucap komandan Ivana.
"Yah, meskipun aku hanya menjadi Duchess sementara, aku tetap harus berpenampilan yang baik apalagi ketika menghadiri acara yang digelar oleh Yang Mulia Ratu," ucap nona Violetta.
"Aku masih tidak menyangka kalau kamu dilantik menjadi seorang Duchess oleh Yang Mulia Ratu, Violetta," ucap komandan Asier.
"Aku sendiri juga tidak menyangkanya ketika Yang Mulia Ratu menunjukku menjadi seorang Duchess. Tetapi untungnya aku hanya ditunjuk menjadi Duchess sementara sampai Duke dan Duchess San Quentine yang baru dilantik oleh Yang Mulia Ratu. Setelah itu, aku akan kembali menjadi komandan prajurit yang menjaga akademi, seperti sebelumnya," ucap nona Violetta.
"Hmm begitu ya. Yah, semoga kamu dapat menjalankan tugasmu sebagai Duchess sementara dengan baik," ucap komandan Asier.
"Terima kasih, Asier. Ah, aku harus segera pergi ke tempat Yang Mulia Ratu berada untuk menemui dan menyapa beliau. Karena itu, aku minta maaf apabila aku hanya sebentar saja menemani kalian bicara," ucap nona Violetta.
"Tidak apa-apa, Violetta. Ya sudah, kamu sekarang pergi saja untuk menemui Yang Mulia Ratu," ucap nona Karina.
"Baik, nona. Kalau begitu, aku pergi dulu, nona Karina, nona Ivana, Asier," ucap nona Violetta.
"Iya," ucap nona Karina.
"Silahkan, Violetta," ucap nona Ivana.
Setelah itu, nona Violetta pun langsung bergegas pergi menuju aula tempat Ratu Kayana berada. Tidak lama kemudian, nona Violetta pun sampai di aula itu. Setelah nona Violetta sampai di aula itu, kehadirannya di aula itu menarik perhatian banyak orang. Hampir semua orang yang ada di aula itu saat ini sedang melihat ke arah nona Violetta. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang sebelumnya belum pernah melihat nona Violetta dalam penampilan seperti itu. Mereka bertanya-tanya siapa orang yang sedang dilihat oleh mereka. Tetapi, begitu mereka mengetahui kalau orang yang sedang dilihat oleh mereka itu adalah nona Violetta, barulah mereka terkejut. Itu karena penampilan nona Violetta benar-benar berbeda dan membuat mereka tidak menyadari kalau orang yang sedang dilihat oleh mereka adalah nona Violetta.
Lalu, ketika nona Violetta sudah sampai di aula itu, nona Violetta pun langsung menghampiri Ratu Kayana, Duke Louis dan Duchess Arlet yang sedang berbicara.
"Selamat pagi, Yang Mulia Ratu, tuan Louis dan juga nona Arlet," ucap nona Violetta.
"Selamat pagi, Violetta. Penampilanmu saat ini benar-benar berbeda, aku sampai terkejut ketika melihatmu," ucap Duchess Arlet.
"Itu benar, penampilanmu benar-benar berbeda. Kamu terlihat lebih cantik," ucap Ratu Kayana.
"Terima kasih, Yang Mulia Ratu, nona Arlet," ucap nona Violetta.
"Violetta, aku turut berduka atas meninggalnya nona Arnett dan juga Amelia," ucap Duke Louis.
"Aku juga turut berduka, Violetta. Kamu yang tabah ya," ucap Duchess Arlet.
"Aku juga turut berduka, Violetta," ucap Ratu Kayana.
"Terima kasih, tuan Louis, nona Arlet, Yang Mulia Ratu. Lalu untuk Yang Mulia Ratu, saya juga turut berduka atas meninggalnya Yang Mulia Raja Albert," ucap nona Violetta.
"Terima kasih, Violetta," ucap Ratu Kayana.
Setelah itu, mereka berempat pun mulai saling berbicara.
-
20 menit kemudian.
Aula itu terlihat sudah dipenuhi oleh lebih banyak orang daripada yang sebelumnya. Duke Dylan dan Duke Neil beserta Duchess mereka masing-masing terlihat sudah berada di aula itu. Komandan Asier, komandan Keira, komandan Ivana dan komandan Allister terlihat juga sudah berada di aula itu. Selain komandan Keira, wakil komandan mereka juga sudah ada di aula itu. Nona Karina pun juga sudah berada di aula itu. Mereka semua saat ini sedang melihati jasad dari orang yang mereka kenal yang terbaring di dalam peti mati itu. Nona Violetta pun juga saat ini sedang melihati jasad dari orang yang dia kenal, yaitu Duchess Arnett yang merupakan ibundanya dan putri Amelia yang merupakan adiknya.
"Ibunda...., Amelia....," pikir nona Violetta.
Nona Violetta melihati jasad mereka berdua dengan ekspresi wajah yang terlihat sedih. Bahkan nona Violetta terlihat hampir mengeluarkan air mata. Tetapi nona Violetta berusaha keras untuk menahannya, karena apabila nona Violetta mengeluarkan air mata ketika sedang melihat jasad Duchess Arnett dan putri Amelia, orang-orang di aula itu akan mengetahui kalau nona Violetta memiliki hubungan dengan mereka berdua. Nona Violetta saat ini masih merahasiakan kalau dia merupakan bagian dari anggota keluarga San Quentine. Hanya beberapa orang di kerajaan ini saja yang tahu soal itu.
Sementara itu, Ratu Kayana kini juga sedang melihat ke arah salah satu peti mati yang ada di aula itu. Peti mati yang sedang Ratu Kayana lihat merupakan peti mati Raja Albert. Ratu Kayana kini sedang melihat jasad Raja Albert yang ada di peti mati itu. Ratu Kayana tidak melihat peti mati itu sendiri, ada juga Charles, Chloe, Caroline dan juga komandan Oliver yang ada di dekatnya. Lalu, ketika Ratu Kayana sedang melihat jasad Raja Albert, seorang prajurit tiba-tiba menghampiri Ratu Kayana. Prajurit itu lalu mengatakan sesuatu kepada Ratu Kayana.
"Saya ingin memberikan laporan, Yang Mulia Ratu. High Priest Theodor dan para Priest gereja Sancta Lux ibukota San Estella telah tiba. Mereka saat ini sedang berada di pintu masuk kediaman anda," ucap prajurit itu.
"Begitu ya. Baiklah, terima kasih atas laporannya," ucap Ratu Kayana.
"Sama-sama, Yang Mulia Ratu. Kalau begitu saya izin kembali ke pos saya," ucap prajurit itu.
"Iya," ucap Ratu Kayana.
Setelah itu, prajurit itu pun pergi ke tempat dia bertugas sebelumnya. Setelah prajurit itu pergi, Ratu Kayana lalu mengatakan sesuatu kepada komandan Oliver.
"Tuan Oliver, segera perintahkan para prajurit untuk datang ke aula ini. Perintahkan mereka untuk menutup peti-peti mati yang ada di aula ini karena prosesi pemakamannya akan segera dimulai," ucap Ratu Kayana.
-
Sementara itu, di gerbang depan kediaman Duke Louis.
Terlihat High Priest Julian dan beberapa Priest gereja Sancta Lux kota San Lucia datang lagi ke kediaman Duke Louis. Mereka saat ini sedang menunggu di gerbang depan kediaman itu. Tidak lama kemudian, pintu gerbang depan itu pun terbuka dan seseorang keluar dari gerbang depan kediaman itu. Orang itu adalah Irene. Tidak hanya Irene saja, terlihat Leandra, Lily, senior Nadine dan juga beberapa prajurit yang menemaninya.
"Ada keperluan apa anda datang kemari, tuan High Priest ?," tanya Irene.
"Saya ingin menemui Rid Archie, putri Irene. Dia ada di dalam kediaman ini kan ?," tanya High Priest Julian sambil tersenyum.
Irene tidak bereaksi apa-apa setelah mendengar perkataan High Priest Julian. Ekspresi wajahnya masih terlihat datar seperti biasanya.
"Saya yakin kalau ayahanda saya kemarin sudah memberitahu kepada anda kalau Rid Archie tidak ada di kediaman ini. Ayah saya juga mengizinkan anda untuk memeriksa kediaman ini tetapi anda tidak mau. Meski begitu, anda percaya dengan perkataan ayahanda saya dan memilih untuk pergi. Tetapi kenapa sekarang anda datang lagi kemari ? Seperti yang ayahanda saya beritahu kepada anda sebelumnya, Rid Archie tidak ada di kediaman ini. Untuk membuktikannya, seperti yang dilakukan oleh ayahanda saya, saya mengizinkan anda untuk memeriksa kediaman ini," ucap Irene.
"Alasan saya datang kemari karena saya yakin kalau Rid Archie memang ada di kediaman ini, putri Irene. Saya menolak untuk memeriksa kediaman ini karena sepertinya akan buang-buang waktu saja. Kalian berani mengizinkan saya untuk memeriksa kediaman ini karena mungkin kalian telah menyembunyikan Rid Archie terlebih dahulu di ruangan tersembunyi di kediaman ini atau di tempat lain. Jika benar begitu, tidak peduli seberapa lama kami mencarinya di kediaman ini, kami tidak akan pernah menemukannya. Karena itu, saya bilang kalau memeriksa kediaman ini akan buang-buang waktu saja," ucap High Priest Julian.
"Anda tidak bisa menemukan Rid Archie di kediaman ini bukan karena kami telah menyembunyikannya, tetapi karena Rid Archie memang tidak tinggal di kediaman ini," ucap Irene.
"Anda pikir saya akan mempercayainya begitu saja ? Saat ini, hubungan anda dengan Rid Archie sangat dekat karena anda saat ini sedang berpacaran dengan Rid Archie. Karena Rid Archie saat ini tidak memiliki tempat tinggal akibat kampung halamannya yang telah hancur, Rid Archie pasti akan tinggal di kediaman ini karena kediaman ini merupakan kediaman pacarnya. Jadi Rid Archie pasti ada di dalam kediaman ini, jika dia tidak ada maka kalian telah menyembunyikannya. Sekarang, izinkan saya untuk menemui Rid Archie, putri Irene," ucap High Priest Julian.
"Saya sudah berkali-kali bilang kalau Rid Archie tidak ada di kediaman ini," ucap Irene.
"Jika anda masih bersikeras untuk berbohong. Sepertinya saya harus menggunakan cara lain untuk bisa menemui Rid Archie. Saya akan membuat dirinya keluar dengan sendirinya. Kalian semua, kita mulai rencananya," ucap High Priest Julian.
"Baik, tuan," ucap beberapa Priest yang menemani High Priest Julian.
Setelah itu, beberapa Priest itu tiba-tiba mengarahkan tangannya ke depan, tepatnya ke Irene dan orang-orang yang menemaninya. Para Priest itu lalu melancarkan serangan sihir ke arah orang-orang yang menemani Irene. Serangan sihir itu pun mengenai orang-orang yang menemani Irene. Ketika mengenai orang-orang itu, serangan itu menimbulkan ledakan yang cukup besar.
*DUAR *DUAR *DUAR
Orang-orang yang terkena serangan sihir itu pun terluka dan terhempas. Leandra, Lily dan senior Nadine berhasil menghindari serangan itu tetapi mereka tetap terhempas karena mereka terkena ledakan yang muncul dari serangan sihir itu.
Sementara itu, ketika orang-orang yang menemani Irene sedang diserang oleh beberapa Priest itu. High Priest Julian tiba-tiba langsung melesat ke arah Irene.
"Begitu saya mengetahui kalau tuan Duke, nona Duchess dan komandan prajurit yang ada di kediaman ini telah pergi, saya pikir ini adalah kesempatan yang besar untuk menculik anda. Jika kami menculik anda yang merupakan pacar Rid Archie saat ini, Rid Archie pasti akan datang sendirinya untuk menemui kami," ucap High Priest Julian sambil melesat ke arah Irene.
Setelah itu, High Priest Julian pun kini sudah berada di dekat Irene. Kemudian, High Priest Julian terlihat mulai melancarkan sebuah sihir ke arah Irene.. Tetapi sebelum High Priest Julian melancarkan sihirnya itu, Irene dengan cepat langsung menendang High Priest Julian tepat di perutnya.
~Mana Strike~
Irene menendang High Priest Julian dengan menggunakan kakinya yang diselimuti oleh Mana. High Priest Julian pun langsung memuntahkan sejumlah darah dari mulutnya setelah ditendang oleh Irene. Setelah itu, High Priest Julian pun terhempas cukup jauh ke belakang. Setelah terhempas cukup jauh, High Priest Julian pun terjatuh dan menghantam jalanan yang ada di depan gerbang depan kediaman Duke Louis. Beberapa Priest yang masih terus menyerang orang-orang yang menemani Irene terlihat sangat terkejut ketika melihat High Priest Julian terhempas setelah ditendang oleh Irene.
Sementara itu, setelah menendang High Priest Julian, Irene lalu menurunkan kakinya kembali setelah digunakan untuk menendang High Priest Julian.
"Jadi tujuan anda datang kemari adalah untuk menculik saya ya. Saya tahu kalau anda merupakan High Priest gereja Sancta Lux yang merupakan agama terbesar di Benua Utara ini. Tetapi, meski anda adalah seorang High Priest dari gereja Sancta Lux, apa anda pikir saya hanya akan diam saja begitu mengetahui kalau anda berniat untuk menculik saya ?," tanya Irene.
-Bersambung