Sementara itu, di istana kediaman Ratu Kayana, White Palace.
Terlihat beberapa kereta kuda mulai berdatangan ke halaman istana kediaman Ratu Kayana. Kereta-kereta kuda yang berdatangan ke halaman istana kediaman Ratu Kayana merupakan kereta kuda milik para bangsawan. Para bangsawan itu datang ke istana kediaman Ratu Kayana untuk menghadiri prosesi pemakaman yang digelar di istana kediaman itu. Prosesi pemakaman yang digelar di istana kediaman Ratu Kayana merupakan prosesi pemakaman untuk para bangsawan yang tewas akibat insiden penyerangan yang terjadi sebelumnya, maka dari itu yang menghadiri prosesi pemakaman itu pun juga hanya para bangsawan saja. Tetapi selain para bangsawan kerajaan San Fulgen, para prajurit kerajaan San Fulgen juga ikut hadir di prosesi pemakaman itu. Terlihat komandan Keira yang merupakan komandan pasukan Silver Peacock dan komandan Allister yang merupakan komandan pasukan Strom Leopard baru saja turun dari kereta kuda yang baru saja berdatangan di halaman istana kediaman Ratu Kayana.
Setelah komandan Keira turun dari kereta kuda yang ditumpanginya, komandan Keira lalu menghampiri komandan Allister yang kebetulan juga baru turun dari kereta kuda yang ditumpanginya. Ketika komandan Keira menghampiri komandan Allister, komandan Allister terlihat ditemani oleh wakil komandannya yaitu wakil komandan Agneta.
"Selamat pagi, tuan Allister dan juga nona Agneta," ucap komandan Keira.
Komandan Allister dan wakil komandan Agneta yang sebelumnya sedang melihat ke arah lain, kemudian langsung menoleh ke arah komandan Keira setelah mendengar suaranya.
"Keira ya," ucap komandan Allister.
"Selamat pagi, nona Keira," ucap wakil komandan Agneta.
"Ketika aku membaca surat kabar yang terbit kemarin, diberitakan kalau lengan kanan anda telah terpotong akibat bertarung dengan orang-orang dari negeri Kaminari yang telah berubah menjadi iblis. Tetapi setelah melihat kondisi anda secara langsung, sepertinya lengan anda telah disambung kembali, tuan Allister," ucap komandan Keira.
"Iya, sebelumnya lengan kananku memang telah terpotong, tetapi High Priest Julian yang merupakan High Priest gereja Sancta Lux kota San Lucia telah menyambungkan lenganku kembali," ucap komandan Allister.
"Syukurlah kalau lengan anda sudah disambungkan kembali," ucap komandan Keira.
"Daripada itu, bagaimana dengan kabar wakil komandanmu ? Apa dia masih tidak sadarkan diri sesuai dengan yang diberitakan di surat kabar yang terbit kemarin ?," tanya komandan Allister.
"Iya. Sesuai surat kabar yang terbit kemarin, Beldiq masih tidak sadarkan diri. Padahal luka-luka yang diterimanya sudah disembuhkan, tetapi entah kenapa Beldiq masih belum sadarkan diri juga. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Beldiq. Saat ini dia masih dirawat di gereja Sancta Lux yang ada di kota San Minerva," ucap komandan Keira.
"Begitu ya," ucap komandan Allister.
Setelah komandan Allister dan komandan Keira saling mengobrol, wakil komandan Agneta yang sebelumnya hanya diam kini mulai berbicara.
"Maaf mengganggu pembicaraan kalian, komandan, nona Keira. Tetapi daripada kalian berbicara dengan hanya diam saja disini, lebih baik kalian berbicara sambil berjalan. Saat ini, kita masih berada di halaman istana kediaman Yang Mulia Ratu. Kita harus segera masuk ke dalam kediaman beliau," ucap wakil komandan Agneta.
"Kamu benar juga, nona Agneta. Kalau begitu, mari kita lanjutkan pembicaraan kita sambil berjalan, tuan Allister," ucap komandan Keira.
"Iya, baiklah," ucap komandan Allister.
Setelah itu, komandan Keira, komandan Allister dan wakil komandan Agneta pun mulai berjalan menuju pintu masuk istana kediaman Ratu Kayana.
-
Sementara itu, beberapa menit kemudian.
Beberapa kereta kuda terlihat kembali berdatangan lagi ke halaman istana kediaman Ratu Kayana, 3 dari beberapa kereta kuda itu terlihat familiar. Tidak lama kemudian, beberapa kereta kuda itu pun mulai berhenti. Setelah beberapa kereta kuda itu telah berhenti, orang-orang yang ada di dalam beberapa kereta kuda itu pun mulai keluar. Terlihat Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Mina baru saja keluar dari salah satu kereta kuda yang berhenti itu. Sementara itu, dari kereta kuda yang lainnya terlihat komandan Asier dan wakil komandan Sara yang juga baru saja keluar dari kereta kuda yang ditumpanginya. Lalu, dari kereta kuda yang lainnya lagi, terlihat komandan Ivana dan wakil komandan Roisin yang juga baru saja keluar dari kereta kuda yang ditumpanginya.
Setelah itu, komandan Asier yang baru saja keluar dari kereta kuda yang ditumpanginya, langsung menghampiri Duke Louis dan Duchess Arlet yang dilihatnya setelah keluar dari kereta kuda itu.
"Ayahanda, ibunda dan juga Mina, kebetulan sekali kita bisa sampai di istana kediaman Yang Mulia Ratu secara bersamaan," ucap komandan Asier.
Duke Louis yang sebelumnya telah melihat komandan Asier yang sedang menghampirinya pun langsung menanggapi perkataan komandan Asier.
"Iya, kamu benar, Asier. Sungguh kebetulan sekali," ucap Duke Louis.
"Bagaimana dengan kabar ayahanda dan ibunda hari ini ?," tanya komandan Asier.
"Aku baik-baik saja, sama seperti biasanya," ucap Duke Louis.
"Aku juga baik-baik saja. Kamu ini benar-benar putraku yang perhatian, Asier," ucap Duchess Arlet.
"Syukurlah kalau ayahanda dan ibunda baik-baik saja. Bagaimana denganmu, Mina ?," tanya komandan Asier kepada komandan Mina yang ada di dekat Duke Louis dan Duchess Arlet.
"Aku juga baik-baik saja, komandan Asier. Bagaimana denganmu, komandan ?," tanya komandan Mina.
"Aku juga baik-baik saja, sama seperti kalian. Daripada itu, bisakah kamu berhenti untuk memanggilku ' 'komandan' ? Sebelumnya aku memang merupakan komandanmu ketika aku masih menjadi komandan prajurit ayahandaku dan kamu masih menjadi wakil komandanku. Tetapi saat ini, aku sudah menjadi komandan prajurit kerajaan San Fulgen, sedangkan kamu juga sudah menjadi komandan prajurit ayahandaku. Kita berdua saat ini sama-sama adalah komandan, jadi kamu tidak perlu memanggilku 'komandan' lagi," ucap komandan Asier.
"Meski kamu saat ini bukanlah komandanku lagi, aku akan tetap memanggil kamu dengan panggilan 'komandan'," ucap komandan Mina.
"Ya sudahlah, terserah kamu saja," ucap komandan Asier.
Sementara itu, wakil komandan Sara yang sebelumnya tidak menemani komandan Asier untuk menemui Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Mina pun kini memutuskan untuk menyusulnya. Setelah komandan Asier selesai berbicara dengan komandan Mina, wakil komandan Sara pun mulai berbicara untuk menyapa Duke Louis, Duchess Arlet dan komandan Mina.
"Selamat pagi, tuan Duke, nona Duchess dan juga nona Mina," ucap wakil komandan Sara.
"Ah Sara ya, selamat pagi juga," ucap Duchess Arlet.
"Selamat pagi, Sara," ucap Duke Louis.
"Selamat pagi juga, nona Sara," ucap komandan Mina.
Sementara itu, komandan Ivana yang sejak tadi sudah keluar dari kereta kuda yang ditumpanginya, terlihat hanya melihat ke arah Duke Louis dan yang lainnya yang sedang mengobrol. Tidak lama kemudian, komandan Ivana yang sebelumnya hanya diam sambil melihat ke arah Duke Louis dan yang lainnya, kini mulai berjalan ke arah Duke Louis dan yang lainnya.
"Roisin, aku ingin pergi untuk menyapa tuan Louis dan yang lainnya terlebih dahulu," ucap komandan Ivana sambil berjalan.
"Kalau begitu aku juga ikut, komandan," ucap wakil komandan Roisin.
"Baiklah jika kamu mau ikut," ucap komandan Ivana.
Setelah itu, komandan Ivana dan wakil komandan Roisin pun berjalan untuk menghampiri Duke Louis dan yang lainnya.
Tidak lama kemudian, komandan Ivana dan wakil komandan Roisin pun sudah berada dekat dengan Duke Louis dan yang lainnya. Setelah itu, komandan Ivana dan wakil komandan Roisin pun mulai menyapa mereka semua.
"Selamat pagi, tuan Louis, nona Arlet, Asier, Mina dan juga Sara," ucap komandan Ivana.
"Selamat pagi semuanya," ucap wakil komandan Roisin.
Duke Louis, Duchess Arlet, komandan Mina, komandan Asier dan wakil komandan Sara yang sebelumnya sedang mengobrol, langsung menoleh ke arah komandan Ivana dan wakil komandan Roisin setelah mendengar suara mereka berdua.
"Ivana dan Roisin ya, selamat pagi," ucap Duke Louis.
"Selamat pagi, Ivana, Roisin," ucap Duchess Arlet.
Setelah mereka saling menyapa satu sama lain, mereka pun mulai saling mengobrol. Obrolan mereka dimulai dari obrolan yang santai hingga mengarah ke obrolan yang serius.
Ketika Duchess Arlet dan yang lainnya sedang mengobrol, komandan Asier tiba-tiba mendekati Duke Louis. Komandan Asier lalu berbicara dengan Duke Louis dengan suara yang pelan.
"Ngomong-ngomong, ayahanda, bagaimana kondisi dan situasi di kediaman kita ? Apakah High Priest Julian atau para Priest dari gereja Sancta Lux yang ada di kota San Lucia masih datang ke kediaman kita untuk mencari Rid ?," tanya komandan Asier.
"High Priest Julian dan para Priest dari gereja Sancta Lux hanya datang ke kediaman kita sekali kemarin, setelah itu mereka tidak datang-datang lagi sampai aku dan ibundamu berangkat kesini. Aku sebelumnya sudah memerintahkan para prajurit yang berjaga di kediaman kita untuk segera memberitahu kalau High Priest Julian dan para Priest itu datang lagi ke kediaman kita. Tetapi karena mereka belum memberitahuku hingga saat ini, sepertinya High Priest Julian dan para Priest itu belum datang kembali ke kediaman kita," ucap Duke Louis.
"Baguslah kalau begitu. Aku masih tidak menyangka kalau Rid sampai diincar oleh gereja Sancta Lux. Yah setelah terkuaknya kemampuan sihir penyembuhan miliknya, itu wajar apabila gereja Sancta Lux ingin mendapatkannya. Lalu bagaimana dengan Rid ? Apa dia merasa tertekan karena diincar oleh gereja Sancta Lux ?," tanya komandan Asier.
"Tidak, Rid tidak tertekan sama sekali meski diincar oleh mereka. Bahkan Rid kemarin pergi keluar dari kediaman kita. Hari ini pun dia bilang kalau dia tetap ingin pergi keluar," ucap Duke Louis.
"Rid pergi keluar dari kediaman kita ?! Kenapa ayahanda baru memberitahuku soal ini ?! Kemana dia pergi dan apa alasannya ?!," tanya komandan Asier yang terlihat sedikit terkejut.
"Rid bilang kalau dia pergi ke daerah yang cukup berbahaya yang ada di bagian utara kota San Lucia. Alasan dia pergi ke tempat itu adalah karena dia mau berlatih secara rahasia di tempat itu," ucap Duke Louis.
"Dia pergi ke tempat yang cukup berbahaya itu dan bahkan dia menjadikan tempat itu sebagai tempat latihan ? Apa dia akan baik-baik saja ?," tanya komandan Asier.
"Aku yakin kalau dia akan baik-baik saja. Untuk masalah monster atau hewan buas yang ada di tempat itu, aku yakin kalau Rid dapat mengatasi mereka. Lalu untuk gereja Sancta Lux atau orang-orang yang mengincarnya, aku sudah memberikan saran kepadanya tentang bagaimana cara untuk mengatasi orang-orang itu. Jadi kamu tidak perlu khawatir, Asier," ucap Duke Louis.
"Baiklah, ayahanda," ucap komandan Asier.
"Ah benar juga. Kemarin, saat Rid baru pulang dari tempat itu untuk berlatih, Rid melihat beberapa orang mencurigakan di sekitar gerbang belakang kediaman kita. Orang-orang itu mungkin adalah orang-orang dari gereja Sancta Lux atau orang-orang dari pihak lain yang tujuannya untuk mengincar Rid. Tetapi bisa juga tujuan mereka bukan untuk mengincar Rid, melainkan sesuatu yang lain,"
"Jika tujuan mereka adalah mengincar Rid, aku sudah meminta Rid untuk berhati-hati terhadap orang mencurigakan itu apabila dia melihat orang-orang itu lagi saat mau pergi ke tempat latihannya. Jadi kamu tidak perlu khawatir berlebihan kepada Rid, Asier," ucap Duke Louis.
"Baik, ayahanda," ucap komandan Asier.
"Ya sudah, kita sudahi saja obrolan kita saat ini. Lebih baik kita segera pergi ke dalam istana kediaman Yang Mulia Ratu. Tidak enak kalau kita sudah sampai di istana kediaman ini tetapi kita malah tidak segera masuk ke dalam," ucap Duke Louis.
"Ayahanda benar," ucap komandan Asier.
"Ayo semuanya kita sudahi dulu obrolannya. Lebih baik kita segera masuk ke dalam istana kediaman Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis kepada yang lainnya.
"Baik," ucap Duchess Arlet dan yang lainnya.
Setelah itu, Duke Louis, Duchess Arlet, komandan Asier dan yang lainnya pun segera bergegas pergi menuju pintu masuk istana kediaman Ratu Kayana.
-
Sementara itu, di gerbang masuk istana kediaman Ratu Kayana.
Terlihat di gerbang masuk itu, ada beberapa kereta kuda yang sedang mengantri untuk masuk ke dalam wilayah istana kediaman Ratu Kayana. Salah satu dari kereta kuda yang sedang mengantri itu adalah kereta kuda yang sedang ditumpangi oleh nona Violetta. Nona Violetta juga diundang untuk hadir ke prosesi pemakaman yang digelar oleh Ratu Kayana. Tetapi saat ini nona Violetta hadir ke prosesi pemakaman itu bukan sebagai salah satu komandan prajurit kerajaan San Fulgen, melainkan sebagai Duchess San Quentine. Karena itu, nona Violetta terlihat mengenakan pakaian bangsawan yang sangat mewah, bukan seragam komandan prajuritnya yang biasanya dia kenakan.
Lalu, di dalam kereta kuda yang sedang ditumpanginya itu, nona Violetta terlihat sedang melihat ke luar jendela kereta kuda itu. Ketika nona Violetta sedang melihat ke luar jendela, nona Violetta melihat para Priest gereja Sancta Lux yang sedang berjalan menuju istana kediaman Ratu Kayana. Para Priest itu berjalan dengan dipimpin oleh High Priest Theodor yang ada di depan mereka. High Priest Theodor terlihat memakai seragam pendetanya seperti biasa. Tetapi kali ini, dia terlihat sedang membawa sebuah buku dan juga sebuah tongkat. Sementara, para Priest yang ada di belakangnya juga memakai seragam Priest mereka seperti biasanya. Hanya saja, ada sesuatu yang berbeda dengan seragam mereka. Biasanya seragam para Priest gereja Sancta Lux tidak memiliki tudung kepala, jadi kepala dan wajah para Priest itu dapat terlihat dengan jelas. Tetapi kali ini, para Priest itu memakai seragam yang disertai dengan tudung kepala. Jadi kepala dan wajah para Priest itu tidak dapat terlihat dengan jelas.
Nona Violetta terlihat bingung ketika melihat para Priest yang memakai tudung kepala itu.
"Kenapa kali ini para Priest itu memakai tudung kepala ? Biasanya mereka tidak memakainya," pikir nona Violetta.
Kemudian, nona Violetta memperhatikan para Priest itu satu persatu. Tidak lama kemudian, ketika nona Violetta sedang memperhatikan para Priest itu, nona Violetta terlihat sedikit terkejut.
"Aura ini..., aku merasakan aura yang familiar dari beberapa Priest itu," pikir nona Violetta.
-Bersambung