Beberapa saat kemudian, aku pun tiba di depan pintu kamar Irene. Setelah tiba di depan pintu kamar Irene, aku pun langsung mengetuk pintu kamar itu.
*Tok *Tok *Tok
Setelah mengetuk pintu kamar itu, aku pun menunggu selama beberapa saat. Tetapi tidak ada respon dari dalam kamar Irene. Karena tidak ada respon, aku pun mengetuk pintu kamar Irene lagi.
*Tok *Tok *Tok
Aku pun menunggu lagi setelah mengetuk pintu kamar Irene tetapi lagi-lagi tidak ada respon apapun setelah aku menunggu selama beberapa saat.
"Sepertinya Irene sudah tidur, tetapi saat ini seharusnya masih terlalu awal bagi Irene untuk tidur," ucapku.
Setelah memikirkan itu, aku lalu melihat ke arah pintu kamar Irene. Setelah melihat ke pintu itu, aku tidak merasakan adanya aura Irene di dalam kamarnya.
"Kelihatannya Irene tidak ada di dalam kamarnya, pantas saja tidak ada respon sama sekali setelah aku mengetuk pintu kamarnya,"
"Karena Irene tidak ada di kamarnya, lebih baik aku kembali ke kamarku saja terlebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian. Setelah itu baru aku mencari Irene," ucapku.
Setelah mengatakan itu, aku pun langsung pergi dari depan pintu kamar Irene untuk menuju pintu kamarku yang ada di sebelah kamar Irene. Setelah sampai di depan pintu kamarku, aku pun langsung membuka pintu kamarku. Lalu, begitu aku sudah membuka pintu kamarku dan masuk ke dalam kamarku, aku sedikit terkejut begitu melihat Irene yang sedang berada di kamarku. Irene saat ini sedang duduk di tempat tidurku sambil membaca buku milikku yang aku taruh di kamarku.
"Irene ?!," ucapku begitu melihat Irene.
Tidak hanya aku saja yang terkejut, Irene pun juga terkejut begitu melihat aku yang baru saja masuk ke kamarku dan memanggil namanya.
"Rid ?!," ucap Irene.
Setelah Irene memanggil namaku, Irene langsung bergegas turun dari tempat tidurku dan langsung menghampiriku.
"Kamu darimana saja, Rid ? Kemana kamu pergi selama ini ? Kenapa kamu tidak memberitahuku terlebih dahulu kalau kamu mau pergi ?," tanya Irene.
Aku sedikit terkejut setelah diberondong banyak pertanyaan oleh Irene. Aku tidak menyangka kalau Irene akan menanyakan banyak pertanyaan kepadaku setelah melihatku. Sepertinya perkataan Duke Louis dan Duchess Arlet benar kalau Irene sangat mengkhawatirkanku.
"Aku minta maaf karena telah pergi tanpa memberitahumu, Irene. Aku juga minta maaf karena telah membuatmu khawatir," ucapku.
"Selanjutnya, jika kamu ingin pergi, beritahu aku terlebih dahulu, Rid. Apa kamu tidak tahu seberapa khawatirnya aku kepadamu ? Kamu tahu kan kalau saat ini kamu sedang diincar oleh banyak orang yang salah satunya berasal dari pihak gereja Sancta Lux karena kemampuan sihir penyembuhanmu itu. Jika kamu pergi tanpa memberitahuku terlebih dahulu, tentu saja aku khawatir. Aku jadi berpikir kalau kemungkinan kamu telah diculik atau diambil secara paksa oleh mereka," ucap Irene.
Setelah mendengar perkataan Irene, aku jadi yakin kalau dia memang khawatir kepadaku. Sejak aku dan Irene secara resmi benar-benar berpacaran dan bukan pacaran bohongan seperti sebelumnya, Irene memang menjadi lebih perhatian kepadaku. Jadi wajar bagi Irene apabila dia sangat khawatir kepadaku mengingat situasi yang sedang terjadi saat ini.
"Sekali lagi aku minta maaf, Irene. Selanjutnya aku berjanji kalau aku akan memberitahumu terlebih dahulu apabila aku akan pergi meninggalkan kediaman ini," ucapku.
"Hmmm baiklah jika kamu bicara begitu. Tetapi kamu masih belum menjawab pertanyaan-pertanyaanku barusan, Rid. Kamu darimana, Rid ? Kamu pergi kemana sampai membuat kamu baru pulang sekarang padahal kamu pergi dari pagi hari ?," tanya Irene.
Setelah mendengar pertanyaan Irene itu, aku pun tanpa ragu-ragu langsung menjawabnya.
"Aku pergi berkeliling kota San Lucia dan wilayah lain yang berada dekat dengan kota San Lucia, Irene. Maka dari itu aku baru kembali sekarang karena ada banyak tempat yang aku kunjungi ketika aku sedang berkeliling," ucapku.
"Kamu pergi berkeliling kota San Lucia dan wilayah sekitarnya ?," tanya Irene.
Irene menanyakan itu sambil melihat dan memperhatikan seluruh tubuhku.
"Iya," ucapku.
"Bohong," ucap Irene.
Aku pun terdiam setelah Irene mengatakan itu.
"Jika kamu memang pergi berkeliling kota San Lucia, kenapa kamu sampai membawa pedang milikmu yang diberikan oleh akademi ? Selain itu, jubah yang saat ini sedang kamu kenakan, aku memaklumi kalau kamu memutuskan untuk mengenakan jubah itu karena kamu pastinya tidak ingin orang-orang yang ada di luar sana mengenalimu. Tetapi, kenapa beberapa bagian dari jubahmu itu terlihat kotor ? Aku tidak yakin kalau jubah itu kotor akibat dari kamu yang berkeliling kota San Lucia. Jika kamu memang mengelilingi kota San Lucia, kamu mungkin bisa saja terjatuh sehingga membuat jubahmu itu menjadi kotor. Tetapi noda kotor pada jubahmu itu, aku tidak yakin kalau itu didapat karena kamu terjatuh. Noda kotor itu sepertinya didapat karena sebuah pertarungan. Jadi aku tahu kalau kamu itu berbohong, Rid. Lebih baik kamu katakan saja yang sejujurnya kepadaku daripada kamu berbohong seperti ini," ucap Irene.
Aku pun tetap terdiam setelah mendengar perkataan Irene. Namun, tidak lama kemudian aku mulai berbicara kembali.
"Sepertinya percuma saja jika aku terus berbohong kepadamu, Irene. Kamu pastinya akan langsung tahu tentang kebohonganku. Baiklah, kalau begitu aku akan mengatakan hal yang jujur kepadamu, Irene. Tetapi sebelum itu aku ingin meminta maaf terlebih dahulu karena telah berbohong kepadamu. Aku sejak pagi tidak pergi berkeliling kota San Lucia, melainkan pergi ke tempat yang berada di sebelah utara kota San Lucia. Kamu tahu kan tempat yang sebelumnya kita gunakan sebagai tempat ujian keempat di kota ini ?," tanyaku.
"Iya, aku tahu tempat itu. Kenapa kamu pergi ke tempat itu, Rid ?," tanya Irene.
"Aku pergi ke tempat itu untuk berlatih. Tempat itu mulai sekarang adalah tempat latihan rahasia milikku," ucapku.
"Tempat latihan rahasia ? Hmm jadi begitu ya, Jadi itu alasan kenapa kamu tidak memberitahuku terlebih dahulu sebelum pergi dan juga sampai membuatmu berbohong ketika aku menanyakan kamu pergi kemana sejak pagi. Apa kamu takut kalau aku akan ikut latihan bersamamu di tempat itu jika aku mengetahui kalau kamu latihan di tempat itu ?," tanya Irene.
"Iya, itu memang alasan kenapa aku tidak memberitahumu terlebih dahulu sebelum pergi dan juga alasan kenapa aku berbohong dengan bilang kalau aku pergi berkeliling kota San Lucia. Aku takut kalau kamu akan ikut latihan bersamaku apabila kamu tahu kalau aku pergi untuk latihan. Tetapi aku bukan tidak mau kamu latihan bersamaku, Irene. Hanya saja, ketika berlatih di tempat itu, aku bisa melatih beberapa teknik dan sihir rahasia yang aku miliki tanpa dilihat oleh orang lain. Hal itu tidak bisa aku lakukan di tempat latihan yang ada di kediaman ini, maka dari itu aku memutuskan untuk berlatih di tempat itu," ucapku.
"Itu berarti kamu juga tidak ingin aku melihatmu ketika kamu melatih beberapa teknik dan sihir rahasiamu itu ? Makanya kamu takut kalau aku akan ikut pergi bersamamu untuk latihan di tempat itu ?," tanya Irene.
"Itu benar, Irene. Aku minta maaf soal itu, Irene. Meskipun kamu saat ini adalah pacarku, aku belum bisa memperbolehkanmu untuk melihatku saat aku sedang melatih teknik dan sihir rahasia milikku ini. Mungkin aku akan memperbolehkanmu untuk melihatnya suatu saat nanti, tetapi tidak sekarang. Sekali lagi, aku minta maaf, Irene," ucapku.
"Hmmm begitu ya. Jika alasannya hanya karena itu, seharusnya dari awal kamu jujur saja, Rid. Jika sejak awal kamu memberitahuku kalau kamu akan latihan di tempat itu untuk melatih teknik dan sihir rahasia milikmu, aku pun pasti akan memakluminya. Aku memang ingin berlatih denganmu, tetapi jika kamu ingin berlatih secara rahasia, tentu saja aku tidak akan memaksa untuk terus berlatih denganmu. Aku juga tidak akan bertanya-tanya tentang teknik dan sihir rahasiamu itu karena setiap orang memang punya rahasia masing-masing. Meskipun kita saat ini berpacaran, tidak semua rahasia milik kita bisa kita beritahu. Benar kan ?," tanya Irene.
"Iya, kamu benar, Irene. Aku benar-benar minta maaf karena sebelumnya telah membohongimu," ucapku.
"Sudah tidak apa-apa, Rid. Kamu tidak perlu untuk meminta maaf terus, lagipula aku juga tidak marah. Yang terpenting kamu sudah mengatakan alasan yang sebenarnya dengan jujur. Itu sudah cukup bagiku," ucap Irene.
"Baiklah jika kamu berkata begitu, Irene," ucapku.
"Iya. Sekarang lebih baik kamu segera mandi dan setelah itu makan malam, Rid. Aku kebetulan juga belum makan malam, jadi nanti kita makan malam bersama," ucap Irene.
"Baiklah, Irene. Ya sudah, kalau begitu aku mandi dulu," ucapku.
"Iya," ucap Irene.
Setelah itu, aku pun pergi terlebih dahulu menghampiri lemari pakaianku untuk mengambil pakaian yang baru. Setelah mengambil pakaian, barulah aku pergi ke kamar mandi yang ada di dalam ruangan kamarku untuk mandi.
Lalu beberapa menit kemudian, aku pun telah selesai mandi dan kemudian aku lalu menghampiri Irene yang masih duduk di tempat tidurku sambil membaca buku milikku.
"Aku sudah selesai, Irene. Kamu mau makan malam sekarang apa kamu mau menyelesaikan membaca buku itu terlebih dahulu ?," tanyaku.
"Membaca buku ini bisa dilanjutkan nanti, sekarang lebih baik kita makan malam terlebih dahulu. Kalau begitu, ayo kita pergi ke ruang makan, Rid," ucap Irene.
"Baiklah," ucapku.
Setelah itu, aku dan Irene pun bergegas pergi meninggalkan kamarku untuk menuju ruang makan yang ada di kediaman ini.
-
Sementara itu, disaat yang sama, di pelabuhan San Quentine.
Terlihat nona Laviena sedang duduk di sebuah kursi yang ada di salah satu dermaga yang ada di pelabuhan itu. Nona Laviena sedang duduk sambil melihat ke arah laut yang ada di depannya. Disaat nona Laviena sedang duduk memandangi laut yang ada di depannya, beberapa orang yang ada di sekitar nona Laviena terlihat sedang melihat ke arah nona Laviena.
"Hei, coba liat wanita itu. Telinga yang memiliki bentuk seperti sirip ikan dan kedua tangan yang memiliki selaput seperti katak. Wanita itu.....bukankah wanita itu berasal dari ras Siren ?,"
"Ras Siren ?! Bukankah mereka adalah ras yang tinggal di dalam lautan ?! Aku dengar kalau mereka tinggal di dalam laut Sangu Mare yang merupakan perbatasan laut antara Benua Utara dengan Benua Selatan. Tetapi, kenapa bisa salah seorang dari ras Siren berada disini ? Padahal jarak antara laut Sangu Mare dengan kerajaan San Fulgen sangatlah jauh,"
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Yang terpenting, wanita itu berasal dari ras yang langka karena kebanyakan ras Siren jarang terlihat berada di daratan. Jika wanita itu dijual sebagai budak, pasti harganya sangat mahal,"
"Sayangnya kerajaan San Fulgen saat ini sudah tidak menerapkan sistem perbudakan, jadi jika ingin menjual wanita itu sebagai budak, tidak bisa menjualnya ke kerajaan ini," ucap orang-orang yang berada di sekitar nona Laviena.
Meski orang-orang di sekitar nona Laviena sedang membicarakan tentangnya, nona Laviena tampak tidak terganggu dan terus melihat ke arah lautan yang ada di depannya. Namun, beberapa saat kemudian, 5 orang laki-laki yang sebelumnya berada di sekitar nona Laviena terlihat mulai mendekati nona Laviena.
"Halo, nona. Kelihatannya kamu sedang sendirian saja nih," ucap salah satu dari 5 laki-laki itu.
"Bagaimana kalau kami menemanimu disini ? Atau kamu mau ikut bersama kami untuk bermain di tempat lain ?," tanya laki-laki lainnya.
Meski 5 orang laki-laki itu saat ini sedang mendekati nona Laviena, nona Laviena terlihat tidak terganggu dengan 5 orang laki-laki itu. Dia tidak merespon perkataan dari 5 orang laki-laki itu dan terus melihat ke arah lautan.
"Halo, nona ?," tanya salah satu dari 5 laki-laki itu.
Nona Laviena tetap tidak merespon perkataan laki-laki itu.
"Sepertinya kita berlima dicueki yah," ucap laki-laki itu.
"Jika cara yang halus tidak bisa digunakan, lebih baik kita paksa saja wanita ini untuk ikut dengan kita," ucap laki-laki yang lainnya.
Lalu setelah itu, laki-laki yang baru saja mengatakan itu pun langsung memegang tangan nona Laviena.
"Ayo ikut bersama kami!," ucap laki-laki itu.
Laki-laki itu pun lalu menarik tangan nona Laviena. Tetapi ketika laki-laki itu sedang menarik tangan nona Laviena, tiba-tiba nona Laviena mulai bersenandung.
~La La La La La La~
Kelima laki-laki itu terlihat terkejut begitu mendengar nona Laviena yang sedang bersenandung.
"Apa-apaan ini ? Kenapa kamu tiba-tiba bersenandung ?," tanya salah satu laki-laki itu.
"Berhenti bersenandung, kami tidak memintamu untuk bersenandung," ucap laki-laki yang saat ini sedang menarik tangan nona Laviena.
Laki-laki yang menarik tangan nona Laviena itu lalu berusaha untuk menghentikan nona Laviena yang sedang bersenandung. Tetapi sebelum dia berusaha untuk menghentikan nona Laviena, nona Laviena tiba-tiba mulai berbicara.
"Berhenti," ucap nona Laviena.
Laki-laki yang berusaha menghentikan nona Laviena itu pun mulai menghentikan aksinya. Dia terlihat tidak bergerak lagi dan hanya diam saja. Begitupun dengan 4 orang laki-laki lainnya, mereka juga terlihat hanya diam saja.
"Lepaskan tanganmu yang menjijikan itu dari tanganku," ucap nona Laviena.
Laki-laki yang menarik tangan nona Laviena pun langsung melepaskan tangannya yang sebelumnya sedang memegang tangan nona Laviena.
"Padahal aku hanya diam saja sambil melihat ke arah lautan, tetapi kalian malah menggangguku. Sepertinya kalian harus diberi pelajaran,"
"Sebelumnya aku tidak tahu alasan kenapa kalian ingin membawaku secara paksa. Entah kalian ingin menjualku sebagai budak atau kalian hanya ingin 'bermain-main' denganku, tetapi apapun itu, perbuatan kalian benar-benar menjijikan. Orang-orang menjijikan seperti kalian seharusnya mati saja. Daripada kalian tetap hidup dan terus melakukan perbuatan menjijikan, lebih baik kalian menceburkan diri kalian ke dalam laut sampai kalian tewas karena tidak bisa bernafas di dalam laut itu," ucap nona Laviena.
Setelah nona Laviena mengatakan itu, 5 orang laki-laki itu tiba-tiba langsung melompat ke laut yang berada di dekat mereka. Semua orang yang berada di sekitar nona Laviena dan 5 orang laki-laki itu pun terkejut begitu melihat 5 orang laki-laki itu tiba-tiba melompat ke laut.
"Kenapa mereka berlima tiba-tiba melompat ke laut ?,"
"Kita harus segera menolong mereka," ucap orang-orang itu.
Beberapa dari orang-orang itu lalu menghampiri dermaga tempat nona Laviena berada saat ini. Orang-orang itu terlihat sedang bersiap untuk menyelamatkan 5 orang laki-laki yang melompat ke laut itu. Tetapi sebelum mereka mulai menyelamatkan 5 orang laki-laki itu, tiba-tiba mereka mendengar suara wanita yang sedang bersenandung. Mereka pun terkejut sekaligus bingung ketika mendengar suara itu.
"Suara senandung ?,"
"Darimana asal suara ini ?," ucap orang-orang itu.
Meskipun mereka awalnya bingung, tetapi tidak lama kemudian mereka pun menyadari kalau suara senandung wanita itu adalah suara nona Laviena karena nona Laviena merupakan satu-satunya wanita yang berada di dekat mereka saat ini. Kemudian, mereka pun langsung menoleh ke arah nona Laviena. Ketika mereka sudah menoleh ke arah nona Laviena, nona Laviena pun mulai berbicara.
"Kalian tidak perlu repot-repot untuk menyelamatkan mereka, lebih baik kalian kembali ke tempat kalian masing-masing," ucap nona Laviena.
Setelah nona Laviena mengatakan itu, orang-orang yang mau menyelamatkan 5 orang laki-laki itu pun langsung menghentikan aksi mereka. Mereka semua pun langsung pergi meninggalkan nona Laviena untuk kembali ke tempat mereka semula. Orang-orang yang berada di sekitar mereka, yang tidak membantu untuk menyelamatkan 5 orang laki-laki itu terlihat terkejut sekaligus bingung begitu melihat orang-orang yang mau menyelamatkan 5 orang laki-laki itu malah menghentikan aksi mereka dan tidak jadi menyelamatkan 5 orang laki-laki itu.
"Kenapa mereka tidak jadi menyelamatkan para laki-laki itu ?,"
"Apa yang sebenarnya terjadi ?," ucap orang-orang itu.
Lalu, beberapa saat setelah orang-orang yang mau menyelamatkan 5 orang laki-laki itu telah pergi meninggalkan nona Laviena, nona Laviena lalu berjalan hingga ke pinggir dermaga tempat 5 orang laki-laki itu melompat sebelumnya. Nona Laviena lalu melihat ke arah laut yang ada di bawah dermaga itu. Ketika nona Laviena melihat ke laut itu, terlihat 5 orang laki-laki itu sudah tewas dengan tubuh yang sudah mengambang di permukaan laut itu. Nona Laviena terus melihat ke arah jasad 5 orang laki-laki itu tanpa memperlihatkan ekspresi sedikitpun.
-Bersambung