Kereta kuda yang kami tumpangi terus bergerak melewati jalanan ibukota San Estella. Ketika kereta kuda yang kami tumpangi terus bergerak, aku terus melihat ke luar jendela untuk melihat suasana dan situasi jalanan ibukota San Estella yang kami lewati. Terlihat beberapa sisi jalanan yang kereta kuda kami lewati telah mengalami kerusakan yang membuat kereta kuda kami terkadang bergoyang ketika melewati sisi jalanan yang rusak. Tidak hanya jalanan saja yang mengalami kerusakan, bangunan-bangunan yang berada di pinggir jalan yang kami lewati pun juga mengalami kerusakan. Bahkan ada beberapa bangunan yang telah rusak parah dan hancur. Dampak dari penyerangan yang terjadi di ibukota San Estella ini benar-benar sangat parah.
"Parah sekali. Aku tidak menyangka kalau jalanan ibukota yang biasanya kita lalui ini telah mengalami kerusakan yang parah seperti ini," ucap Duchess Arlet yang juga melihat ke luar jendela.
"Iya, kamu benar sekali, sayang. Dampak dari penyerangan besar-besaran yang direncanakan oleh tuan Remy bahkan sampai membuat ibukota San Estella menjadi seperti ini. Aku tidak akan terkejut apabila wilayah San Lucia mungkin juga mengalami kerusakan yang sama seperti ibukota San Estella atau mungkin lebih parah," ucap Duke Louis.
"Iya. Itu membuatku jadi khawatir, kita harus segera kembali ke wilayah San Lucia secepatnya untuk memeriksa keadaan wilayah San Lucia secara langsung," ucap Duchess Arlet.
"Iya, sayang. Sama seperti Yang Mulia Ratu yang langsung bergegas kembali ke istana bersama dengan pangeran Charles dan Chloe, kita juga harus bergegas kembali ke kediaman kita dan kemudian merencanakan sesuatu terhadap dampak penyerangan yang terjadi di wilayah San Lucia. Tetapi sebelum itu, aku harus pergi ke cabang gereja Sancta Lux yang ada di kota San Lucia. Tuan kusir, tolong tingkatkan kecepatan kereta kudanya," ucap Duke Louis.
"Baik, tuan Duke," ucap kusir yang menjalankan kereta kuda yang kami naiki.
Setelah Duke Louis mengatakan itu, aku jadi mengetahui kenapa aku tidak bertemu dengan Charles dan Chloe, baik di asrama mereka masing-masing ataupun di gerbang akademi. Ternyata mereka berdua telah kembali lebih dulu ke istana kerajaan. Ratu Kayana sepertinya ingin segera melakukan sesuatu terhadap dampak penyerangan yang terjadi di ibukota San Estella ataupun di wilayah lainnya, maka dari itu beliau memutuskan untuk langsung kembali ke istana kerajaan bersama dengan Charles dan Chloe.
Kemudian, kecepatan kereta kuda yang kami naiki pun secara perlahan mulai meningkat. Kereta kuda yang kami naiki terus melaju di jalanan ibukota yang menghubungkan dengan gerbang ibukota. Disaat kereta kuda yang kami naiki terus melaju, aku masih terus melihat ke luar jendela untuk melihat kondisi jalanan ibukota yang kami lewati. Terlihat ada banyak orang yang berada di jalan yang kami lewati. Orang-orang itu didominasi oleh orang-orang biasa yang merupakan penduduk yang tinggal di ibukota San Estella, lalu sisanya adalah para prajurit. Sebagian besar dari orang-orang yang ada di jalanan itu terlihat sedang terluka. Beberapa dari mereka yang terluka bahkan sedang tergeletak di pinggir jalan dengan dikelilingi oleh beberapa orang yang kelihatannya sedang berusaha untuk menyembuhkan orang yang tergeletak itu.
"Banyaknya bangunan dan fasilitas yang telah rusak dan hancur, dan juga banyaknya orang-orang yang terluka ataupun tewas. Dampak dari penyerangan yang terjadi di seluruh wilayah kerajaan San Fulgen benar-benar sangat parah," pikirku.
Setelah memikirkan itu, aku masih terus melihat ke luar jendela, sementara kereta kuda yang kami naiki terus bergerak untuk membawa kami ke gerbang ibukota San Estella lalu setelah itu membawa kami pergi menuju kota San Lucia.
-
Sekitar 2-3 jam kemudian.
Kereta kuda yang kami naiki kini telah sampai di kota San Lucia. Keadaan kota San Lucia saat ini hampir sama dengan keadaan ibukota San Estella. Jalan-jalan terlihat sudah rusak, bangunan-bangunan pun juga telah rusak dan bahkan beberapa ada yang hancur.
"Benar-benar parah, kondisi kota San Lucia hampir sama dengan kondisi ibukota San Estella. Banyak bangunan dan jalan yang telah rusak dan hancur. Dampak penyerangan yang terjadi di kota ini benar-benar dahsyat," ucap Duchess Arlet.
"Iya, kamu benar, sayang. Tuan Remy benar-benar kelewatan. Karena penyerangan yang dia rencanakan itu, kota San Lucia yang dulunya indah kini telah berubah menjadi seperti ini," ucap Duke Louis yang terlihat marah.
Tidak hanya bangunan dan jalan yang telah rusak saja, penyerangan yang terjadi di kota San Lucia juga membuat orang-orang yang berada di kota itu terluka. Orang-orang yang terluka itu terlihat sedang pergi untuk menuju ke suatu tempat yang ada di kota San Lucia. Beberapa dari mereka yang terluka ada yang masih bisa berjalan sendiri dan sisanya harus dibantu oleh orang lain untuk menuju ke suatu tempat itu.
"Orang-orang yang terluka itu kelihatannya sedang pergi menuju gereja Sancta Lux. Tuan kusir, kita segera pergi menuju gereja Sancta Lux yang ada di kota ini," ucap Duke Louis.
"Baik, tuan Duke," ucap kusir yang menjalankan kereta kuda kami.
Setelah itu, kereta kuda yang kami naiki kembali meningkatkan kecepatannya agar segera sampai di gereja Sancta Lux yang ada di kota San Lucia. Ketika kereta kuda yang kami naiki sedang melintasi jalanan yang ada di kota San Lucia, orang-orang yang berada di pinggir jalan pun melihat ke arah kereta kuda yang kami naiki. Mereka sepertinya sudah tahu kalau ada Duke Louis dan Duchess Arlet di dalam kereta kuda yang kami naiki karena orang-orang itu kemudian langsung melambaikan tangannya dan memanggil nama Duke Louis dan Duchess Arlet.
"Tuan Duke Louis!,"
"Nona Duchess Arlet!," ucap orang-orang itu.
Meskipun beberapa dari mereka yang memanggil nama Duke Louis dan Duchess Arlet sedang terluka, mereka terus melambaikan tangan dan memanggil nama Duke Louis dan Duchess Arlet seolah sedang menyambut Duke Louis dan Duchess Arlet yang baru saja datang kembali ke kota San Lucia. Duke Louis dan Duchess Arlet yang melihat orang-orang itu sedang menyambut mereka pun membalas dengan melambaikan tangan juga. Duke Louis dan Duchess Arlet melambaikan tangan dengan senyuman yang seperti terpaksa. Ya itu wajar, dengan kondisi kota San Lucia yang menjadi seperti ini dan juga dengan banyaknya orang-orang di kota San Lucia yang terluka ataupun tewas akibat penyerangan yang terjadi, mustahil bagi Duke Louis dan Duchess Arlet untuk bisa tersenyum dengan tulus.
Duke Louis dan Duchess Arlet terus melambaikan tangan ke orang-orang yang berada di pinggir jalan, sementara kereta kuda yang kami naiki terus bergerak menuju gereja Sancta Lux yang ada di kota San Lucia.
-
Beberapa menit kemudian.
Kami pun kini telah tiba di halaman depan gereja Sancta Lux. Kami semua pun langsung turun dari kereta kuda yang kami naiki, begitupun dengan para prajurit yang naik di dua kereta kuda lainnya. Setelah turun dari kereta kuda, Duke Louis lalu mengatakan sesuatu kepada kami.
"Aku mau masuk ke dalam gereja terlebih dahulu untuk bertemu dengan seseorang. Apabila kalian mau ikut masuk, silahkan saja. Namun kalaupun kalian mau tetap menunggu disini juga silahkan saja," ucap Duke Louis.
"Baik, ayahanda," ucap Irene.
"Baik, paman Louis," ucapku.
"Kalau begitu, aku ikut masuk ke dalam gereja bersamamu, sayang," ucap Duchess Arlet.
"Baiklah. Kalau begitu, ayo masuk," ucap Duke Louis.
"Iya," ucap Duchess Arlet.
Setelah itu, Duke Louis dan Duchess Arlet pun langsung masuk ke dalam gereja itu. Duke Louis dan Duchess Arlet tidak masuk dengan berdua saja, ada beberapa prajurit Duke San Lucia yang ikut masuk untuk menemani mereka. Disaat Duke Louis dan Duchess Arlet sudah masuk ke dalam gereja itu, aku, Irene, Leandra, Lily serta beberapa prajurit sisanya masih berada di halaman depan gereja itu. Irene, Leandra dan Lily terlihat sedang melihat dan memperhatikan sekelilingnya, aku pun juga sama. Aku kini sedang melihat dan memperhatikan bangunan gereja Sancta Lux. Dinding pada bangunan gereja itu terlihat didominasi oleh warna putih dengan perpaduan warna emas yang ada di beberapa bagian sisinya. Interior ataupun benda-benda yang berada di dekat pintu masuk gereja Sancta Lux juga terlihat berwarna putih, emas ataupun campuran warna emas dan putih. Salah satu benda yang aku maksud adalah kedua patung berukuran sedang yang ada di samping kanan dan kiri pintu masuk gereja itu. Patung itu menyerupai manusia namun memiliki sayang di punggungnya. Aku pernah melihat sosok yang mirip dengan patung itu. Ya, sosok itu adalah Malaikat. Kedua patung yang berada di samping pintu masuk gereja Sancta Lux itu adalah patung Malaikat.
"Patung Malaikat ya. Selain itu warna putih dan warna emas yang mendominasi bangunan ini, tidak salah lagi kalau gereja ini adalah gereja bagi penganut agama Sancta Lux, agama yang menyembah Sang Malaikat Agung sebagai dewa mereka. Apa mungkin paman Louis merupakan salah satu penganut agama ini ? Makanya beliau memutuskan untuk datang ke gereja ini meskipun alasannya datang ke gereja ini karena ingin bertemu dengan seseorang," pikirku.
Lalu, setelah melihat dan memperhatikan bagian depan bangunan gereja Sancta Lux, aku lalu beralih untuk melihat dan memperhatikan halaman depan gereja itu. Di halaman depan gereja, ada beberapa orang dan beberapa prajurit yang mengenakan seragam dengan lambang macan tutul. Sebagian besar dari mereka yang ada di halaman depan gereja sedang dalam kondisi yang terluka. Mereka yang terluka itu ada yang sedang berdiri, duduk ataupun berbaring di halaman depan gereja Sancta Lux. Mereka berada di halaman depan seperti sedang menunggu sesuatu, mungkin menunggu giliran untuk disembuhkan oleh para Priest yang ada di dalam gereja Sancta Lux. Ketika melihat orang-orang yang terluka itu, aku kepikiran untuk menyembuhkan mereka. Tetapi aku merasa kalau menyembuhkan mereka di tempat ini hanya akan menyebabkan masalah bagiku ke depannya. Mungkin saja, pihak gereja ini mendapatkan penghasilan dari menyembuhkan orang-orang yang terluka itu, lalu jika aku dengan seenaknya menyembuhkan orang-orang yang terluka itu, pihak gereja ini mungkin saja akan memusuhiku karena aku telah merebut penghasilan mereka. Maka dari itu aku memutuskan untuk tidak menyembuhkan mereka. Tetapi jika Duke Louis dan Duchess Arlet memerintahkanku untuk menyembuhkan mereka, mungkin aku akan menurutinya
Kemudian, aku terus melihat dan memperhatikan orang-orang yang ada di halaman depan gereja karena siapa tahu aku menemukan orang-orang yang aku kenal di antara orang-orang itu. Tetapi sayangnya aku tidak menemukan adanya orang yang aku kenal di antara orang-orang itu. Setelah itu, aku memutuskan untuk berhenti melihat dan memperhatikan orang-orang yang ada di halaman depan gereja dan beralih kembali untuk melihat ke arah gereja Sancta Lux. Ketika aku menoleh ke pintu depan gereja Sancta Lux, aku melihat Duchess Arlet sedang berjalan keluar dengan ditemani oleh beberapa prajurit. Duke Louis tidak terlihat sedang bersamanya, mungkin beliau masih ada urusan dengan seseorang yang harus ditemuinya. Lalu, baru beberapa langkah Duchess Arlet keluar dari pintu masuk gereja itu, Duchess Arlet kemudian memberhentikan langkahnya dan tiba-tiba beliau langsung memanggilku.
"Rid!," ucap Duchess Arlet.
Aku yang kebetulan sedang melihat ke arah Duchess Arlet pun langsung menanggapinya.
"Ada apa, bibi Arlet ?," tanyaku.
"Bisakah kamu ikut denganku ke dalam ?," tanya Duchess Arlet.
"Baiklah, bibi," ucapku.
"Apa aku juga boleh ikut, ibunda ?," tanya Irene yang kebetulan mendengar pembicaraanku dengan Duchess Arlet.
"Boleh, Irene. Leandra dan Lily juga boleh ikut kalau kalian berdua mau," ucap Duchess Arlet.
"Tidak perlu, nona Duchess. Kami berdua tunggu disini saja," ucap Leandra.
"Itu benar, nona Duchess," ucap Lily.
"Begitu ya, ya sudah jika itu adalah keinginan kalian. Ayo segera masuk ke dalam, Rid, Irene," ucap Duchess Arlet.
"Baik," ucapku dan Irene.
Setelah itu, aku dan Irene pun langsung menghampiri Duchess Arlet dan kemudian kamu pun langsung mengikutinya untuk pergi ke dalam gereja Sancta Lux. Ketika kami sudah berada di dalam gereja Sancta Lux, aku sedikit terkejut karena di dalamnya juga terdapat banyak orang yang sedang terluka. Orang-orang yang terluka itu bahkan sudah memenuhi ruangan tempat kami berada saat ini yang merupakan ruangan utama gereja Sancta Lux.
"Aku pikir orang-orang yang terluka hanya ada di luar saja, ternyata di dalam gereja juga ada. Sepertinya orang-orang yang berada di luar itu adalah orang-orang yang sedang menunggu giliran untuk dipanggil ke dalam gereja," pikirku.
Aku terus melihat dan memperhatikan keseluruhan ruangan tempatku berada saat ini yang telah dipenuhi oleh orang-orang yang terluka, sementara Duchess Arlet terus berjalan melewati orang-orang yang terluka di ruangan ini. Sesekali Duchess Arlet mengangkat tangannya dan melambaikan tangannya kepada orang-orang di ruangan ini yang memanggil namanya.
"Melihat bibi Arlet yang terus berjalan dengan melewati orang-orang yang terluka di ruangan ini, sepertinya tujuan bibi Arlet bukanlah ruangan ini. Mungkin tujuannya adalah ruangan lain yang ada di gereja ini," pikirku.
Dan benar saja, Duchess Arlet berjalan menuju salah satu pintu yang ada di ruangan utama gereja ini. Lalu ketika Duchess Arlet sudah sampai di depan pintu itu, Duchess Arlet lalu mengatakan sesuatu.
"Para prajurit, kalian tunggu di depan pintu ini saja. Aku, Irene dan Rid akan masuk ke dalam," ucap Duchess Arlet.
"Baik, nona Duchess," ucap para prajurit yang menemani Duchess Arlet.
Setelah itu, Duchess Arlet pun membuka pintu itu. Setelah pintu itu terbuka, Duchess Arlet pun langsung masuk ke dalam. Aku dan Irene pun langsung mengikuti Duchess Arlet. Lalu ketika kami berdua sudah melewati pintu itu, Duchess Arlet pun langsung menutup pintu itu kembali.
Setelah itu, aku pun langsung melihat ke sekeliling. Ternyata aku saat ini sedang berada di sebuah lorong yang berada di bagian samping gereja Sancta Lux. Lorong ini menghubungkan gereja Sancta Lux dengan bangunan yang ada di sebelahnya. Aku tidak tahu bangunan apa yang ada di sebelah gereja Sancta Lux. Lalu aku terus melihat dan memperhatikan lorong tempat kami berada saat ini. Tidak jauh di dekat kami, aku melihat ada 2 orang yang sedang duduk bersandar di dinding lorong tempat kami berada. Aku sedikit terkejut ketika melihat kedua orang itu karena aku mengenal mereka. Kedua orang itu adalah senior Nadine dan senior Gretta. Mereka sedang duduk bersandar dalam kondisi tubuh yang sudah dipenuhi oleh banyak luka.
"Senior Nadine!, senior Gretta!," ucapku.
Senior Nadine dan senior Gretta pun langsung menoleh ke arahku ketika aku memanggil nama mereka.
"Rid....., dan Irene ?," ucap senior Gretta.
Aku kemudian langsung menghampiri mereka. Irene pun juga ikut bersamaku untuk menghampiri mereka. Tidak lama kemudian, kami berdua pun sudah berada di hadapan mereka berdua.
"Nadine, senior, kenapa kalian bisa terluka seperti ini ?," tanya Irene.
"Kami berdua terluka seperti ini akibat bertarung dengan orang-orang yang menyerang kota San Lucia. Orang-orang itu sangat kuat sehingga membuat kami terluka seperti ini, apalagi orang-orang yang telah berubah menjadi iblis," ucap senior Gretta.
"Begitu ya," ucap Irene.
Sementara itu, ketika aku sedang melihat ke arah senior Nadine dan senior Gretta, aku mendengar suara Duchess Arlet yang sedang berjalan menghampiri kami.
"Gretta, Nadine, aku sudah membawa orang yang akan menyembuhkan kalian," ucap Duchess Arlet.
"Jadi orang yang dimaksud oleh anda yang bisa menyembuhkan luka kami berdua adalah Rid ya. Aku sudah tahu kalau Rid memang bisa menggunakan sihir penyembuhan, tetapi apakah Rid bisa menyembuhkan luka yang dialami oleh kami ? Luka yang dialami oleh kami ini berasal dari serangan sihir kegelapan. Sihir penyembuhan biasa tidak akan bisa menyembuhkan luka kami," ucap senior Gretta.
"Kalian tidak perlu khawatir, Rid akan bisa menyembuhkan kalian. Tolong sembuhkan mereka berdua, Rid. Aku terpaksa menyuruhmu untuk menyembuhkan mereka karena giliran mereka untuk disembuhkan oleh para Priest gereja Sancta Lux masih cukup lama. Maka dari itu aku membawa mereka kemari agar bisa disembuhkan olehmu tanpa ketahuan oleh orang-orang lainnya," ucap Duchess Arlet.
"Begitu ya, jadi ini alasan kenapa senior Nadine dan senior Gretta ada di lorong ini, padahal orang-orang yang terluka lainnya ada di ruangan yang sebelumnya ataupun di halaman depan gereja ini. Baiklah, bibi Arlet, aku akan menyembuhkan mereka," ucapku.
Setelah itu, aku mengarahkan tangan kananku ke arah senior Nadine dan senior Gretta.
~Full Healing~
Aku kemudian langsung menyembuhkan mereka dengan menggunakan sihir penyembuhanku. Tidak lama kemudian, tubuh senior Nadine dan senior Gretta yang sebelumnya terluka pun kini telah pulih total. Senior Nadine dan senior Gretta terlihat sangat terkejut begitu melihat tubuh mereka sudah sembuh total.
"Tubuh kami berdua sudah pulih total ?!," ucap senior Gretta.
"Bagaimana bisa ini terjadi ?!," ucap senior Nadine.
"Sudah aku bilang kan, kalau Rid itu bisa menyembuhkan luka pada tubuh kalian," ucap Duchess Arlet.
-
Sementara itu, di ujung lorong tempat Rid berada saat ini.
Duchess Arlet sebelumnya menganggap kalau tidak ada orang lain di lorong itu. Tetapi sebenarnya di lorong itu, tepatnya di ujung lorong tempat mereka berada saat ini ada seorang wanita yang mengenakan pakaian biarawati yang sedang melihat ke arah mereka. Biarawati itu tidak dapat dilihat oleh mereka karena tubuh biarawati itu sedang dalam kondisi tidak terlihat. Sepertinya biarawati itu sedang menggunakan ~Stealth Magic~ untuk membuat tubuhnya tidak terlihat agar bisa melihat apa yang sedang Duchess Arlet dan yang lainnya lakukan.
Biarawati itu baru saja melihat Rid yang berhasil menyembuhkan senior Nadine dan senior Gretta meskipun senior Nadine dan senior Gretta mengalami luka yang diakibatkan oleh sihir kegelapan. Biarawati itu terlihat terkejut setelah melihat Rid yang berhasil menyembuhkan mereka berdua.
"Orang itu bisa menyembuhkan mereka berdua dengan sihir penyembuhannya meskipun mereka berdua terluka akibat sihir kegelapan ?! Apalagi, kecepatan penyembuhan dari sihir penyembuhan yang dimiliki oleh orang itu sangatlah cepat. Siapa sebenarnya orang itu ? Daripada itu, aku harus segera melaporkan tentang hal ini kepada 'High Priest' gereja ini dan mungkin aku juga harus melaporkannya kepada 'High Priest' gereja utama yang ada di ibukota San Estella," ucap biarawati itu.
-Bersambung