Chereads / Peace Hunter / Chapter 380 - Chapter 380 : Permintaan Nona Violetta

Chapter 380 - Chapter 380 : Permintaan Nona Violetta

Setelah senior Vyn tertusuk oleh pedangku di dada kirinya dan terhempas hingga menghantam dinding pohon yang ada di belakangnya, Naga besi berwarna hitam yang memakanku pun secara perlahan mulai menghilang. Tidak hanya Naga besi hitam yang memakanku saja, kedua Naga besi hitam yang sebelumnya sedang bertarung dengan keenam Naga ciptaanku pun juga ikut menghilang.

"Akhirnya selesai juga," ucapku.

Kemudian, aku melihat ke arah keenam Naga ciptaanku yang masih ada di tempatku berada saat ini.

"Terima kasih karena telah membantuku," ucapku kepada mereka.

Mereka sepertinya tidak mengerti tentang ucapanku. Meski begitu, aku tetap mengucapkan berterima kasih kepada mereka. Setelah itu, aku membatalkan sihirku itu dan membuat mereka berenam langsung menghilang secara perlahan. Setelah membatalkan sihir itu, aku lalu melihat dan memperhatikan seluruh tubuhku untuk memeriksa apakah ada luka di tubuhku. Selain tangan kiriku yang terluka akibat menggenggam pedang milik komandan Dayne sebelumnya, tidak ada luka lagi pada seluruh tubuhku. Setelah itu aku pun menyembuhkan luka pada tangan kiriku dengan sihir penyembuhanku.

~Full Healing~

Luka pada tangan kiriku pun langsung menghilang setelah aku sembuhkan. Setelah itu, aku menoleh ke arah senior Vyn yang sedang berdiri bersandar di dinding setelah aku hempaskan. Kemudian, aku mengarahkan tangan kananku ke arah senior Vyn. Pedang yang menusuk dada kiri senior Vyn tiba-tiba tercabut dari dada kirinya itu dengan sendirinya. Pedang itu kemudian mengarah dan melesat kembali kepadaku. Aku pun langsung menangkap pedang milikku itu dengan tangan kananku ketika pedang itu sudah berada dekat denganku. Setelah itu, aku menaruh kembali pedang itu di pinggangku.

Setelah menaruh kembali pedangku, aku melihat kembali ke arah senior Vyn. Senior Vyn yang sebelumnya berdiri bersandar, kini telah jatuh terduduk sambil bersandar di dinding pohon tempat dia terhempas. Sebelumnya dia bisa berdiri meskipun telah tewas karena pedang yang menusuk dada kirinya juga menusuk dan menancap di dinding pohon yang berada di belakang. Setelah pedang itu tercabut, senior Vyn pun langsung jatuh terduduk. Darah terlihat mengalir keluar dalam jumlah yang cukup banyak dari luka tusukan di dada kirinya itu.

Setelah melihat ke arah senior Vyn, aku kemudian melihat ke arah komandan Dayne. Komandan Dayne terlihat sedang terbaring dengan darah yang juga mengalir keluar dalam jumlah yang cukup banyak dari luka tusukan di dada kirinya.

"Maafkan aku karena harus melakukan ini kepada kalian berdua. Sekarang kalian berdua sudah bebas dan dapat pergi dengan tenang," ucapku.

Setelah itu, aku melihat ke arah salah satu jalan penghubung tempat nona Violetta bertarung dengan Duchess Arnett.

"Sepertinya nona Violetta belum selesai bertarung dengan nona Duchess Arnett. Sebelum aku pergi mengejar Charles dan Chloe, lebih baik aku periksa kondisi nona Violetta terlebih dahulu. Nona Violetta sebelumnya memang bilang kepadaku agar tidak perlu membantunya dalam melawan nona Duchess Arnett. Tetapi dia tidak bilang untuk tidak perlu mendatanginya. Aku hanya akan pergi untuk mendatanginya dan apabila dia memang belum selesai bertarung dengan nona Duchess Arnett, aku tidak akan membantunya seperti yang dia katakan sebelumnya," pikirku.

Kemudian, aku langsung bergegas pergi menuju jalan penghubung tempat nona Violetta berada. Sesampainya disana, aku sedikit terkejut karena aku melihat ada banyak bunga berwarna putih seperti bunga Lily yang memenuhi permukaan di tempat itu. Lalu cukup jauh di depanku, aku melihat nona Violetta yang sedang berdiri sambil melihat ke arah Duchess Arnett yang sedang terbaring di hadapannya. Aku pun langsung bergegas untuk menghampirinya dan memanggilnya ketika jarak antara aku dengannya sudah dekat.

"Nona Violetta," ucapku.

Nona Violetta yang sedang melihat Duchess Arnett pun langsung menoleh ke arahku.

"Rid ?," ucap nona Violetta.

Saat aku sudah menghampiri nona Violetta, aku bisa melihat dengan jelas kondisi tubuhnya saat ini. Kondisi tubuhnya saat ini sedang dipenuhi oleh banyak luka. Apalagi ada luka tusukan pada bagian tengah dadanya dan luka tusukan itu menembus hingga ke belakang.

"Luka pada tubuh anda banyak sekali, nona Violetta," ucapku yang sedikit terkejut.

"Iya, luka ini kudapatkan saat bertarung dengan beliau," ucap nona Violetta sambil melihat kembali ke arah Duchess Arnett yang sedang terbaring.

"Aku akan segera menyembuhkan anda," ucapku.

Aku lalu mengarahkan tangan kananku ke arah nona Violetta.

~Full Healing~

Tubuh nona Violetta pun langsung sembuh setelah aku pulihkan.

"Seperti biasa, sihir penyembuhanmu benar-benar hebat. Terima kasih, Rid," ucap nona Violetta.

"Sama-sama, nona," ucapku.

"Hmmm melihatmu datang kesini, apa kamu sudah mengalahkan paman Dayne dan Vyn ?," tanya nona Violetta.

"Iya, aku sudah mengalahkan mereka berdua, nona," ucapku.

"Kamu benar-benar hebat bisa mengalahkan mereka berdua. Jika ditambah dengan Raja Albert, komandan Marshall dan Florian yang kamu lawan sebelumnya seperti yang kamu bilang, itu berarti kamu sudah mengalahkan 5 orang yang sudah berubah menjadi iblis. Setelah mengalahkan 5 orang itu, kamu bahkan tidak terlihat lelah sama sekali," ucap nona Violetta.

"Yah, anggap saja kalau aku memiliki stamina dan Mana yang lebih besar daripada kebanyakan orang, nona," ucapku.

"Hmmmm, baiklah," ucap nona Violetta.

Setelah mengatakan itu, nona Violetta pun terdiam dan kembali melihat ke arah Duchess Arnett yang terbaring di hadapannya. Melihat nona Violetta yang terdiam, aku memutuskan untuk menanyakan sesuatu kepada nona Violetta.

"Apa anda baik-baik saja, nona ?," tanyaku.

"Hmmm apa maksudmu ? Tentu saja aku baik-baik saja, kan sebelumnya kamu telah menyembuhkanku," ucap nona Violetta.

"Bukan itu maksudku, nona. Maksud saya adalah apa anda baik-baik saja setelah mengalahkan nona Duchess Arnett yang merupakan ibu anda ? Melihat Duchess Arnett yang sedang terbaring di hadapan anda, itu menandakan kalau anda telah mengalahkan beliau kan ?," tanyaku.

"Iya, aku sudah mengalahkan beliau. Kamu tidak perlu khawatir, Rid. Aku baik-baik saja meskipun aku telah membunuh ibundaku sendiri," ucap nona Violetta sambil melihat ke arah Duchess Arnett.

Setelah itu, nona Violetta kembali terdiam. Aku pun juga ikut terdiam karena aku tidak memiliki hal yang ingin dibicarakan lagi. Lagipula nona Violetta kelihatannya sedang ingin fokus melihat jasad Duchess Arnett yang merupakan ibundanya, jadi aku tidak ingin mengganggunya.

Setelah sekitar 1-2 menit terdiam, nona Violetta lalu mulai berbicara kembali.

"Rid, karena kebetulan kamu ada disini, aku ingin meminta tolong padamu," ucap nona Violetta.

"Minta tolong apa, nona ?," tanyaku.

"Kamu bisa menggunakan sihir es kan ? Tolong bekukanlah jasad ibundaku dengan sihir esmu. Aku ingin kondisi jasad ibundaku tetap awet dan terjaga karena aku ingin memakamkan beliau setelah semua ini berakhir," ucap nona Violetta.

Setelah mendengar permintaan nona Violetta, aku pun langsung mengiyakan permintaan itu.

"Baiklah, nona. Aku akan membekukan jasad beliau," ucapku.

Setelah itu, aku berjalan untuk menghampiri jasad Duchess Arnett yang sedang terbaring. Kemudian, aku mengarahkan tangan kananku ke arah Duchess Arnett dan bersiap untuk membekukannya. Namun, belum sempat aku membekukan jasad Duchess Arnett, nona Violetta tiba-tiba menghentikanku.

"Tunggu sebentar, Rid," ucap nona Violetta.

Kemudian nona Violetta mengangkat tangan kanannya hingga sejajar dengan dadanya. Dari telapak tangan kanannya itu tiba-tiba muncul beberapa bunga Lily putih, sama seperti dengan bunga Lily yang memenuhi permukaan tempat ini. Setelah itu, nona Violetta menaruh bunga Lily putih yang ada di tangan kanannya itu di dada Duchess Arnett. Kemudian, nona Violetta menggerakkan kedua tangan Duchess Arnett agar menyentuh dadanya dan juga bunga Lily putih yang ditaruhnya.

"Sudah selesai. Sekarang kamu bisa langsung membekukan beliau, Rid," ucap nona Violetta.

"Baiklah, nona," ucapku.

Kemudian aku kembali mengarahkan tangan kananku ke arah Duchess Arnett untuk membekukan beliau.

~Ice Magic : Ice Coffin~

Aku lalu membekukan Duchess Arnett sama seperti aku membekukan Raja Albert sebelumnya. Tubuh Duchess Arnett secara perlahan mulai membeku. Tidak lama kemudian, tubuh beliau pun sudah membeku sepenuhnya. Duchess Arnett kini berada di dalam bongkahan es yang berbentuk persegi panjang.

"Aku sudah membekukan beliau, nona," ucapku.

"Terima kasih, Rid," ucap nona Violetta.

"Sama-sama, nona," ucapku.

Setelah itu, nona Violetta melihat kembali ke arah Duchess Arnett yang kini sudah berada di dalam bongkahan es itu. Tidak lama kemudian, nona Violetta melihat ke arahku kembali dan berbicara kepadaku.

"Setelah ini, kamu mau kemana, Rid ?," tanya nona Violetta.

"Aku mau pergi menyusul Charles dan Chloe. Sebelumnya kami bertiga sedang bersama sebelum diserang oleh nona Duchess Arnett, komandan Dayne dan senior Vyn. Aku lalu menyuruh mereka untuk pergi lebih dulu dan mengatakan kalau aku akan menyusul mereka setelah mengalahkan nona Duchess Arnett, komandan Dayne dan senior Vyn. Jadi karena sekarang mereka bertiga sudah kalah, aku akan pergi untuk menyusul Charles dan Chloe....ke tempat tuan Duke Remy berada," ucapku.

Nona Violetta terlihat terkejut setelah aku mengatakan itu.

"Pangeran Charles dan putri Chloe saat ini sedang pergi ke tempat orang itu ?," tanya nona Violetta.

"Iya, nona. Setelah aku membunuh Raja Albert yang merupakan ayah mereka, mereka tiba-tiba datang ke tempatku. Mereka sangat terkejut begitu mengetahui kalau ayah mereka yang selama ini menghilang tiba-tiba muncul dalam kondisi yang sudah berubah menjadi iblis. Aku memberitahu mereka kalau kemungkinan orang yang sudah merubah ayah mereka menjadi iblis adalah tuan Duke Remy. Maka dari itu, mereka berdua pun langsung bergegas pergi ke tempat tuan Duke Remy dan aku juga memutuskan ikut bersama mereka," ucapku.

"Hmm begitu ya. Kalau begitu, aku ikut denganmu untuk pergi ke tempat orang itu," ucap nona Violetta.

"Anda ingin ikut pergi ke tempat tuan Duke Remy ?," tanyaku.

"Iya. Aku harus menemui orang itu, aku harus membuatnya membayar apa yang telah dia perbuat kepada ibundaku dan juga Amelia yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya di labirin ini. Aku akan membunuh orang itu dengan tanganku sendiri," ucap nona Violetta.

Aku merasakan hawa membunuh dari nona Violetta setelah nona Violetta mengatakan itu.

-

Kembali ke lantai 1 gedung tengah, tempat Duke Remy dan Ratu Kayana berada.

Terlihat Duke Remy saat ini sedang mengangkat dan mencekik Ratu Kayana dengan tangan kanannya. Batang-batang pohon yang tumbuh di punggung Duke Remy terlihat sedang meliuk-liuk di sekitar Ratu Kayana yang sedang dicekik. Ratu Kayana yang sedang dicekik oleh Duke Remy terlihat berusaha untuk melepaskan cekikan itu dengan kedua tangannya. Namun Ratu Kayana tidak mampu melepaskan cekikan itu karena saat ini dia sedang lemas dan kehabisan tenaga.

"Tidak peduli seberapa keras anda berusaha untuk melepaskan diri dari cekikanku ini, anda tidak akan bisa melepaskannya, Yang Mulia Ratu,"

"Aku akan terus mencekik anda sampai anda mati kehabisan nafas atau sebelum anda mati kehabisan nafas, aku akan menusuk anda dengan batang-batang pohon yang muncul di punggungku sampai anda mati. Pilihlah metode kematian yang anda mau, Yang Mulia Ratu ?," tanya Duke Remy.

Ratu Kayana tidak menanggapi pertanyaan Duke Remy. Dia masih terus berusaha untuk melepaskan diri dari cekikan Duke Remy.

"Tidak mau menjawab ya. Kalau begitu biar aku yang pilih saja. Aku memilih untuk terus mencekik anda sampai anda mati kehabisan nafas," ucap Duke Remy.

Duke Remy lalu memperkuat cekikannya di leher Ratu Kayana. Ratu Kayana semakin memberontak dan berusaha keras untuk melepaskan cekikan itu, tetapi dia tetap tidak bisa melepaskan cekikan itu. Beberapa detik kemudian, Ratu Kayana terlihat semakin lemas. Kedua tangannya pun sudah tidak mampu untuk melepaskan cekikan Duke Remy. Kedua tangan Ratu Kayana pun secara perlahan mulai jatuh ke posisinya semula setelah sebelumnya terangkat untuk melepaskan cekikan Duke Remy. Duke Remy yang melihat kedua tangan Ratu Kayana sudah tidak lagi memegang tangan kanannya dan berusaha melepaskan cekikannya itu pun langsung tersenyum.

"Sepertinya anda sudah mulai kehabisan nafas. Hanya tinggal menunggu waktu saja sampai anda mati," ucap Duke Remy.

Duke Remy terus mencekik leher Ratu Kayana. Kedua mata Ratu Kayana terlihat mulai terpejam secara perlahan.

"Sudah waktunya ya. Kalau begitu, selamat tinggal, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Remy.

Duke Remy terus mencekik leher Ratu Kayana dengan sangat kuat. Kedua mata Ratu Kayana terlihat sudah hampir terpejam seluruhnya. Namun sebelum kedua mata Ratu Kayana terpejam, dari arah samping Duke Remy tiba-tiba muncul sebuah tebasan air yang sangat besar dan sebuah panah yang dikelilingi oleh sihir api yang sangat besar. Kedua serangan itu melesat dengan cepat ke arah Duke Remy. Duke Remy yang sedang mencekik Ratu Kayana, tidak dapat bereaksi terhadap kedua serangan itu. Duke Remy pun terkena kedua serangan itu dengan telak dan membuatnya terhempas hingga menghantam dinding yang berada di cukup jauh di sampingnya.

*BUMMMMM

Debu asap langsung menyelimuti tempat Duke Remy yang menghantam dinding. Sementara itu, Ratu Kayana yang sebelumnya dicekik oleh Duke Remy, sudah terlepas dari cekikan itu setelah kedua serangan yang tiba-tiba muncul itu mengenai dan menghempaskan Duke Remy. Setelah terlepas dari cekikan Duke Remy, Ratu Kayana kini sedang terbaring lemas di lantai dengan nafas yang sangat terengah-engah.

Disaat Ratu Kayana sedang terbaring, tiba-tiba ada 2 orang yang datang menghampirinya.

"Ibunda!!," ucap kedua orang itu yang merupakan Charles dan Chloe.

Ratu Kayana yang sedang terbaring lemas lalu melihat ke arah Charles dan Chloe yang menghampirinya.

"Kalian....kenapa kalian.....datang kesini ?," tanya Ratu Kayana.

"Kami berdua datang kesini untuk membantu dan menyelamatkan, ibunda," ucap Charles.

"Itu benar, ibunda," ucap Chloe.

"Kalian segeralah pergi.....dari sini. Aku bukan bermaksud...untuk meremehkan kalian berdua, tetapi...kalian berdua tidak akan bisa untuk.....membantuku, terutama dalam melawan orang itu. Orang itu....adalah orang yang sangat berbahaya. Selain itu.....kalian juga tidak akan bisa.....menyelamatkanku karena.....orang itu tidak akan membiarkan kalian," ucap Ratu Kayana.

"Itu benar," ucap Duke Remy yang masih berada di tempat dia menghantam dinding.

Tempat itu masih diselimuti oleh banyak debu asap. Charles dan Chloe yang mendengar perkataan Duke Remy pun langsung menoleh ke arah Duke Remy.

"Suara itu.....Sebelumnya aku mengira kalau orang yang menyerang ibunda adalah orang lain karena orang itu terlihat sedang memakai armor di seluruh tubuhnya. Tetapi setelah mendengar suaranya, tidak salah lagi kalau itu adalah suara tuan Remy," ucap Charles.

"Iya, kamu benar, kak. Jadi ternyata memang tuan Remy lah yang melakukan semua ini," ucap Chloe.

Kemudian, sebuah bayangan orang yang sedang berjalan tiba-tiba muncul di kepulan asap yang masih menyelimuti tempat Duke Remy. Bayangan itu terlihat sedang berjalan keluar dari kepulan asap itu. Tidak lama kemudian, orang yang berada dalam kepulan asap itu pun keluar dan orang itu adalah Duke Remy. Terlihat Duke Remy sama sekali tidak mengalami luka setelah terkena serangan Charles dan Chloe. Bahkan serangan Charles dan Chloe juga tidak mampu menggores armor yang dikenakannya.

"Saya tidak menyangka kalau orang yang menyerang saya dan mengganggu saya saat saya ingin membunuh Yang Mulia Ratu adalah putra dan putri kesayangan Yang Mulia Ratu. Untuk apa kalian berdua datang kemari ? Apa kalian berdua ingin mati bersama dengan ibunda kalian ?," tanya Duke Remy.

Setelah mendengar perkataan Duke Remy, Charles dan Chloe langsung bersiap untuk menyerang dengan menggunakan senjata mereka.

"Kami berdua tidak akan mati, begitupun juga dengan ibunda kami. Orang yang akan mati adalah anda, tuan Remy!!," ucap Charles dan Chloe.

-Bersambung