Aku masih terus melihat ke arah senior Vyn yang sedang duduk bersandar dengan kondisi dada yang berlubang akibat terkena serangan yang aku lancarkan. Tidak lama kemudian, senior Vyn secara perlahan mulai bangkit kembali. Senior Vyn pun akhirnya telah berdiri kembali dan kini dia sedang melihat ke arahku.
"Dengan dada yang telah berlubang dan terus mengeluarkan darah seperti itu, seharusnya manusia atau makhluk lainnya akan kesulitan untuk bangkit kembali dan tubuh mereka secara perlahan akan melemas. Hal itu seharusnya juga berlaku bagi iblis. Tetapi sepertinya itu tidak berlaku untukmu yang sudah berubah menjadi iblis yang berada dalam kendali seseorang. Orang yang mengendalikanmu akan terus memerintahkanmu untuk bangkit kembali, tidak peduli seberapa parah lukamu,"
"Kamu tenang saja, senior. Aku akan segera menyelamatkanmu dan membebaskanmu dari kendali orang yang mengendalikanmu," ucapku.
Kemudian, aku pun bersiap untuk melancarkan serangan lagi ke arah senior Vyn. Namun, sebelum aku melancarkan serangan ke senior Vyn, tiba-tiba dari bawah tempatku berpijak muncul sebuah pilar besi berukuran besar dan berwarna hitam pekat yang memiliki ujung yang tajam. Pilar itu berusaha menusukku dan membawaku ke atas, namun aku dengan cepat dapat menghindari pilar besar itu. Pilar besi besar itu tidak hanya muncul di tempatku berpijak, namun juga muncul di tempat kelima Naga ciptaanku dan ciptaan senior Vyn yang masing saling bertarung. Pilar besi besar itu kemudian menusuk semua Naga itu hingga menembus tubuh mereka. Semua Naga itu baik Naga ciptaanku dan Naga ciptaan senior Vyn pun langsung hancur dan lenyap setelah ditusuk oleh pilar besi besar itu.
"Semua Naga itu langsung lenyap setelah tertusuk oleh pilar besi itu. Hmmm pilar besi berwarna hitam pekat ya. Aku mengerti kenapa pilar besi itu berwarna hitam pekat, itu karena pilar besi itu mengandung ~Dark Magic~. Aku merasakan kekuatan ~Dark Magic~ yang cukup besar dalam pilar-pilar besi itu. Tidak mengherankan kalau semua Naga elemen dasar itu telah lenyap setelah tertusuk oleh pilar besi itu. ~Dark Magic~ merupakan salah satu dari 2 elemen terkuat di dunia ini. Bukan mustahil bagi pengguna ~Dark Magic~ untuk bisa melenyapkan kekuatan sihir elemen lain, apalagi jika kekuatan ~Dark Magic~ yang dimilikinya lebih besar daripada kekuatan elemen lain yang dilawannya. Nah sekarang, siapa yang telah membuat dan memunculkan pilar-pilar besi itu ?," pikirku sambil melihat pilar-pilar besi yang telah menusuk semua Naga itu dan melenyapkannya.
Setelah itu, aku melihat ke sekeliling tempatku berada. Di salah satu sisi tempatku berada, aku melihat ada seseorang yang sedang mengarahkan tangan kanannya untuk menyentuh tanah di tempat itu. Seluruh tubuh orang itu terlihat sedang dilapisi armor yang seperti armor besi. Armor besi yang dipakainya itu berwarna hitam pekat. Aku bisa merasakan adanya ~Dark Magic~ dalam armor itu. Lalu meski seluruh tubuh orang itu sedang dilapisi oleh armor yang membuat identitasnya tidak diketahui, namun aku tahu siapa orang yang memakai armor itu. Orang itu adalah komandan Dayne yang sebelumnya aku hempaskan. Aku bisa mengetahui itu karena orang itu memiliki aura yang sama dengan komandan Dayne.
"Jadi komandan Dayne sudah bangkit kembali setelah aku menghempaskannya ya," pikirku.
Setelah itu, komandan Dayne menghentikan tindakannya yang sedang menyentuh tanah dengan tangan kanannya. Komandan Dayne kemudian mulai berdiri kembali dan mengarahkan pandangannya ke arahku. Kemudian, komandan Dayne memegang pedang miliknya dengan tangan kanannya dan bersiap untuk menyerangku.
Sementara itu, saat aku melihat komandan Dayne tengah bersiap untuk menyerangku, aku memutuskan untuk melihat ke arah senior Vyn yang ada di belakangku. Saat aku melihat ke arah senior Vyn, aku melihat seluruh tubuh senior Vyn sedang dilapisi oleh besi berwarna hitam. Besi itu sudah melapisi kaki, tangan dan badannya, hanya tinggal kepalanya saja. Karena badannya telah dilapisi oleh besi itu, lubang pada dadanya pun sudah tidak terlihat lagi.
"Seharusnya kamu melapisi seluruh tubuhmu dengan sihir besi itu sejak awal, senior. Jika kamu melapisi tubuhmu itu dari awal, mungkin dadamu tidak akan berlubang seperti sekarang," ucapku.
Setelah aku mengatakan itu, kepala senior Vyn pun telah dilapisi oleh besi itu. Kini seluruh tubuh senior Vyn telah dilapisi oleh besi berwarna hitam, sama seperti komandan Dayne. Kemudian, senior Vyn mengarahkan tangan kirinya ke arah kirinya dan mengarahkan tangan kanannya ke arah kanannya. Kedua tangan senior Vyn yang sedang diarahkan itu terlihat sedang dialiri oleh ~Dark Magic~ yang cukup kuat. Lalu setelah mengarahkan kedua tangannya itu, senior Vyn terlihat sedang menggumamkan sesuatu.
~Dark Magic + Iron Magic : Dark + Iron Creation Magic - Dark Iron Dragon~
2 ekor Naga besi berwarna hitam tiba-tiba muncul di samping senior Vyn. 1 ekor Naga muncul di samping kirinya dan 1 ekor lagi muncul di samping kanannya.
"2 ekor Naga yang tercipta dari perpaduan sihir besi dan sihir kegelapan ya. Melawan 2 ekor Naga itu sendiri sepertinya akan cukup merepotkan dan memakan waktu yang cukup lama. Kalau begitu, lebih baik aku menyerahkan 2 ekor Naga itu kepada mereka," pikirku sambil melihat ke arah 2 ekor Naga itu.
Setelah itu, aku kembali menciptakan 5 ekor Naga yang terbuat dari sihir elemen sama seperti sebelumnya. Tidak hanya 5 ekor Naga itu saja, aku juga menciptakan seekor Naga tambahan.
~Ice Magic : Ice Creation Magic - Great Ice Dragon~
Aku menciptakan seekor Naga tambahan dengan menggunakan sihir es. Dengan tambahan seekor Naga es ini, total Naga yang aku ciptakan kali ini berjumlah 6 ekor. Keenam Naga itu kini sedang mengelilingiku.
Setelah menciptakan keenam Naga itu, aku lalu melihat ke arah komandan Dayne dan senior Vyn secara bergantian. Baik komandan Dayne maupun senior Vyn terlihat sedang bersiap untuk menyerangku. Lalu beberapa detik kemudian, komandan Dayne, senior Vyn dan kedua ekor Naga ciptaannya langsung melesat dengan cepat ke arahku. Aku beserta keenam ekor Naga ciptaanku yang melihat itu pun langsung bersiap untuk menghadapi mereka.
-
Kembali ke tempat nona Violetta berada.
Nona Violetta saat ini sedang menebas dan memotong batang-batang mawar yang mengarah kepadanya. Batang-batang mawar itu muncul dari sekeliling Duchess Arnett. Awalnya batang-batang yang menyerang Duchess Arnett itu berwarna hijau, tetapi saat ini batang-batang mawar itu telah berubah warna menjadi hitam pekat. Setiap batang mawar itu berhasil dipotong oleh nona Violetta, batang-batang mawar itu akan langsung pulih kembali.
"Ini tidak ada habisnya. Setiap aku potong, mereka akan pulih kembali. Jika terus seperti ini, aku tidak akan bisa menyerang ibunda. Sepertinya aku harus menerobos batang-batang mawar itu," pikir nona Violetta.
Setelah memikirkan itu, nona Violetta lalu melesat ke arah Duchess Arnett sambil menghindari dan memotong batang-batang mawar yang menyerangnya. Nona Violetta berhasil menghindari beberapa batang mawar yang mengarah kepadanya. Tetapi tidak semua batang-batang mawar itu berhasil nona Violetta hindari dengan sempurna, karena ada beberapa batang mawar yang berhasil menggores dan melukai tubuhnya. Meski begitu, nona Violetta terus melesat ke arah Duchess Arnett. Setelah nona Violetta sudah berada dekat dengan Duchess Arnett, nona Violetta pun langsung melancarkan serangan ke Duchess Arnett.
"Aku minta maaf karena harus menggunakan sihir ini. Selamat tinggal, ibunda," ucap nona Violetta.
~Flower Magic : Sunflowers Bloom~
Nona Violetta lalu mengarahkan ujung pedang miliknya untuk mengenai dada bagian tengah Duchess Arnett. Namun, ketika ujung pedang miliknya itu hampir mengenai dada Duchess Arnett, nona Violetta tiba-tiba berhenti. Dia terlihat ragu untuk menyerang Duchess Arnett dengan sihirnya itu.
Sementara itu, disaat nona Violetta telah berhenti menyerang, Duchess Arnett yang melihat itu kemudian langsung mengayunkan rapiernya untuk menebas tubuh nona Violetta. Nona Violetta pun bereaksi cepat atas serangan itu meskipun sebelumnya dia terlihat sedang terdiam karena ragu-ragu. Nona Violetta pun langsung menghindari serangan tebasan itu. Tetapi serangan tebasan itu sangat cepat sehingga serangan tebasan itu berhasil menggores dan melukai perut bagian atas nona Violetta.
Setelah nona Violetta terkena serangan Duchess Arnett, nona Violetta langsung melesat ke belakang untuk menjaga jarak dari Duchess Arnett. Nona Violetta lalu melihat dan memperhatikan perutnya. Terlihat darah mulai mengalir keluar dari luka goresan itu dan membasahi pakaiannya. Darah yang mengalir keluar itu tidaklah banyak karena luka goresan pada perut bagian atas nona Violetta itu tidaklah dalam.
Setelah melihat dan memperhatikan perutnya, nona Violetta lalu melihat ke arah Duchess Arnett. Duchess Arnett terlihat juga sedang melihat ke arahnya. Di sekeliling Duchess Arnett saat ini ada beberapa batang mawar berwarna hitam yang sedang meliuk-liuk.
"Padahal sebelumnya aku sudah bilang kepada Rid kalau aku lah yang akan mengalahkan dan membunuh Ibunda. Tetapi disaat aku memiliki kesempatan untuk langsung membunuh Ibunda, aku malah merasa ragu-ragu. Benar-benar menyedihkan,"
"Yah, ini merupakan hal yang wajar, lagipula siapa orang yang bisa membunuh ibunya sendiri yang sangat disayangi tanpa ragu-ragu sedikitpun," ucap nona Violetta.
Nona Violetta mengatakan itu sambil melihat ke arah Duchess Arnett.
"Sekarang apa yang harus kulakukan ?," tanya nona Violetta.
Ketika nona Violetta bertanya kepada dirinya sendiri, tiba-tiba dia teringat dengan suatu kenangan disaat dirinya sedang bersama dengan Duchess Arnett.
-
~Flashback nona Violetta~
Sekitar 20 tahun yang lalu.
Di halaman kediaman Duke San Quentine, terlihat nona Violetta yang saat itu masih berumur 9 tahun, sedang berlatih dalam menggunakan ~Flower Magic~ miliknya. Ketika nona Violetta sedang berlatih, tiba-tiba di belakangnya muncul Duchess Arnett yang sedang menggandeng tangan putri Amelia yang saat itu masih berumur 2 tahun.
"Kamu sedang latihan ya, Violetta," ucap Duchess Arnett.
Nona Violetta yang mendengar namanya dipanggil pun langsung menoleh ke belakang untuk melihat Duchess Arnett.
"Iya, ibunda. Aku saat ini sedang latihan," ucap nona Violetta.
"B-begitu ya, maaf ya karena aku telah mengganggu latihanmu," ucap Duchess Arnett.
"Tidak apa-apa, ibunda. Memangnya ada apa ibunda datang kemari ?," tanya nona Violetta.
"S-sebenarnya aku datang kesini karena Amelia memintaku untuk menemaninya. A-amelia bilang kalau dia ingin melihatmu yang sedang berlatih," ucap Duchess Arnett.
Putri Amelia yang sebelumnya sedang digandeng oleh Duchess Arnett, saat ini sedang bersembunyi di belakang kaki Duchess Arnett.
"Ah begitu ya. Jadi itu alasan ibunda datang kemari. Daripada itu, kenapa ibunda terlihat gugup saat berbicara denganku ? Cara berbicara ibunda terlihat sama dengan saat sedang berbicara dengan orang lain," ucap nona Violetta.
"A-ah maafkan aku, aku gugup karena aku takut kalau kamu nanti malah memarahi Amelia yang berkata ingin melihatmu yang sedang berlatih," ucap Duchess Arnett.
"Mana mungkin aku memarahi Amelia, ibunda. Amelia kan hanya ingin melihat aku yang sedang berlatih. Aku tidak akan memarahinya hanya karena itu. Ayo sini, Amelia, biar aku tunjukkan bunga-bunga yang indah kepadamu," ucap nona Violetta sambil melambaikan tangannya ke putri Amelia.
Putri Amelia yang sedang bersembunyi di belakang kaki Duchess Arnett kemudian secara perlahan mulai menghampiri nona Violetta. Lalu ketika putri Amelia sudah berada dekat dengan nona Violetta, putri Amelia langsung memeluk nona Violetta. Nona Violetta pun menerima pelukan itu.
"Kamu memang adikku yang manis, Amelia," ucap nona Violetta.
Melihat nona Violetta dan putri Amelia saling berpelukan, Duchess Arnett pun langsung menghampiri mereka berdua dan langsung memeluk mereka. Nona Violetta dan putri Amelia pun terkejut saat mengetahui kalau Duchess Arnett tiba-tiba memeluk mereka.
"Ibunda ?!," ucap nona Violetta.
"A-aku tidak tahan lagi, kedua putriku sangat lah manis," ucap Duchess Arnett.
Duchess Arnett pun terus memeluk mereka berdua selama beberapa menit.
Setelah itu, Duchess Arnett dan putri Amelia pun melihat dan memperhatikan nona Violetta yang sedang berlatih dengan sihir bunganya. Nona Violetta menunjukkan beberapa bunga yang berasal dari sihirnya itu kepada putri Amelia. Putri Amelia terlihat terpesona ketika melihat bunga-bunga yang ditunjukan oleh nona Violetta.
"Sihir bunga milikmu benar-benar sangat indah, Violetta," ucap Duchess Arnett.
"Sihir mawar milik Ibunda juga sangat indah," ucap nona Violetta.
"Terima kasih, tetapi kalau bicara keindahan, jelas sihirmu lah yang sangat indah. Sihirmu bisa membuat dan memunculkan beraneka ragam bunga, sedangkan sihirku hanya bisa membuat dan memunculkan bunga mawar saja," ucap Duchess Arnett.
"Tetapi kalau bicara kekuatan, sihirmu itu lah yang paling kuat, ibunda," ucap nona Violetta.
"Y-yah sihirku ini kuat karena aku lebih dewasa dan berpengalaman darimu, Violetta. Saat kamu sudah dewasa nanti, sihir milikmu pasti akan lebih kuat dari milikku," ucap Duchess Arnett.
"Ibunda ada benarnya. Kalau begitu, saat aku sudah dewasa nanti, aku akan mengalahkan ibunda," ucap nona Violetta.
"K-kenapa kamu tiba-tiba ingin mengalahkan aku ?," tanya Duchess Arnett.
"Agar aku bisa membuktikan apakah sihirku sudah menjadi lebih kuat dari ibunda atau tidak. Jika nanti aku belum bisa mengalahkan ibunda, itu berarti aku belumlah menjadi kuat," ucap nona Violetta.
"K-kamu benar juga, kalau begitu aku akan menunggumu untuk mengalahkanku nanti saat kamu sudah menjadi dewasa, Violetta," ucap Duchess Arnett.
"Baik, ibunda," ucap nona Violetta.
"Daripada itu, aku penasaran kira-kira Amelia nanti akan bisa menggunakan sihir elemen lanjutan yang seperti apa. Menurutmu, Amelia nanti akan bisa menggunakan sihir mawar milikku, sihir bunga milikmu, sihir tanaman milik ayahnya atau dia bisa menggunakan sihir elemen lanjutan yang berbeda dari kita bertiga ?," tanya Duchess Arnett.
Duchess Arnett menanyakan itu kepada nona Violetta sambil melihat ke arah Amelia yang sedang bermain dengan bunga-bunga yang diciptakan oleh nona Violetta.
"Hmmmm, menurutku sepertinya Amelia nanti akan bisa menggunakan sihir mawar milikmu, Ibunda," ucap nona Violetta.
"S-sihir mawar milikku ? Apa alasannya ?," tanya Duchess Arnett.
"Aku tidak memiliki alasan, ibunda. Aku hanya merasa kalau Amelia sangatlah cocok apabila menggunakan sihir mawar milikmu," ucap nona Violetta.
"Begitu ya," ucap Duchess Arnett.
Kemudian, nona Violetta melanjutkan latihan dengan sihir bunganya sementara Duchess Arnett dan putri Amelia terus melihat dan memperhatikan nona Violetta yang sedang latihan.
"Ibunda, aku ingin menanyakan sesuatu. Apa bunga favoritmu, ibunda ?," tanya nona Violetta.
"Bunga favoritku ?," tanya Duchess Arnett.
"Iya," ucap nona Violetta.
"Hmmm apa ya, coba kamu tebak," ucap Duchess Arnett.
"Bunga mawar ?," tanya nona Violetta.
"Hanya karena aku bisa menggunakan sihir mawar, bukan berarti bunga favoritku adalah bunga mawar. Kamu salah, ayo kamu coba tebak lagi," ucap Duchess Arnett.
Nona Violetta terus menebak bunga favorit Duchess Arnett tetapi semua tebakannya itu salah. Setelah beberapa kali salah menebak, nona Violetta pun akhirnya menyerah.
"Aku menyerah, ibunda. Aku tidak tahu jawabannya," ucap nona Violetta.
"Jawabannya adalah lily putih," ucap Duchess Arnett.
"Lily putih ?," tanya nona Violetta.
"Iya, bunga favoritku adalah lily putih. Aku menyukai bunga itu karena bunga itu sangat cantik dan indah," ucap Duchess Arnett.
"Begitu ya," ucap nona Violetta.
Kemudian, nona Violetta mengangkat tangan kanannya dan menciptakan sesuatu di telapak tangan kanannya itu. Sesuatu yang diciptakannya itu adalah beberapa tangkai bunga yang berwarna putih. Bunga itu adalah Lily putih.
"Ini untukmu, ibunda," ucap nona Violetta sambil memberikan beberapa tangkai Lily putih kepada Duchess Arnett.
"Untukku ?," tanya Duchess Arnett.
"Iya," ucap nona Violetta.
"Terima kasih, Violetta," ucap Duchess Arnett sambil menerima beberapa tangkai Lily putih yang diberikan oleh nona Violetta.
"Sama-sama, ibunda," ucap Duchess Arnett.
Nona Violetta lalu melihat dan memperhatikan beberapa tangkai Lily putih yang ada di tangannya.
"Cantiknya. Jika suatu saat nanti aku sedang berada di ambang kematian, pasti kematianku akan sangat indah apabila aku di kelilingi oleh bunga-bunga ini," ucap Duchess Arnett.
"Apa maksudnya itu, ibunda ?," tanya nona Violetta.
"B-bukan apa-apa, l-lebik baik kamu lupakan saja," ucap Duchess Arnett.
"Baiklah, Ibunda," ucap nona Violetta.
Kemudian, Duchess Arnett kembali melihat dan memperhatikan beberapa tangkai Lily putih yang ada di tangannya.
"Sekali lagi, terima kasih karena telah memberiku bunga ini, Violetta," ucap Duchess Arnett.
"Iya, sama-sama, ibunda," ucap nona Violetta.
Duchess Arnett lalu terdiam selama beberapa detik sambil melihat Lily putih yang ada di tangannya. Kemudian, dia pun mulai berbicara kembali.
"Violetta, aku punya permintaan untukmu," ucap Duchess Arnett.
"Permintaan apa, Ibunda ?," tanya nona Violetta.
"Jika nanti aku sudah mati, tolong taburkan Lily putih ciptaanmu ini di atas makamku," ucap Duchess Arnett.
Duchess Arnett mengatakan itu tanpa melihat ke nona Violetta. Duchess Arnett hanya melihat ke Lily putih yang ada di tangannya itu.
~Flashback berakhir~
-
Kembali ke tempat nona Violetta berada.
Nona Violetta yang sebelumnya sedang terdiam, terlihat mulai bergerak kembali dan bersiap untuk melakukan sesuatu.
"Aku tidak menyangka kalau aku akan teringat dengan kenangan itu. Sepertinya kenangan itu adalah jawaban agar aku bisa membunuh ibunda dengan tenang," pikir nona Violetta.
Nona Violetta terlihat sedang tersenyum ketika memikirkan itu. Setelah memikirkan itu, nona Violetta kemudian menancapkan pedangnya ke permukaan tempat dia berpijak saat ini.
~Wahai Lily putih, mekarlah dan penuhi seluruh tempat ini dengan bunga-bunga indahmu~
~Flowers Magic : White Lily Meadow~
Setelah itu, bunga-bunga Lily putih tiba-tiba bermunculan di permukaan yang berada di sekitar nona Violetta. Tidak hanya di sekitar nona Violetta saja, bunga-bunga Lily putih itu bermunculan di seluruh permukaan tempat mereka berada saat ini. Bahkan bunga-bunga Lily putih itu saat ini sedang mengelilingi bunga-bunga mawar yang muncul di sekitar Duchess Arnett. Lalu, selain bunga-bunga Lily putih yang bermunculan di permukaan, kelopak-kelopak bunga lily putih kini juga bermunculan dan berterbangan di udara tempat mereka berada saat ini. Udara di tempat itu saat ini dipenuhi oleh kelopak Lily putih yang berterbangan itu.
Setelah menancapkan pedangnya itu, nona Violetta lalu mencabut pedang itu dan memegangnya kembali. Nona Violetta lalu melihat ke arah Duchess Arnett yang saat ini sedang melihat sekelilingnya dengan ekspresi wajah yang datar.
"Kamu sepertinya sudah tidak mengingat tentang ini ya, ibunda. Tetapi kamu tenang saja, karena aku masih mengingatnya. Kamu waktu dulu bilang kalau kematianmu akan terasa indah apabila dikelilingi oleh bunga favoritmu, yaitu bunga Lily putih. Sekarang bunga favoritmu ini sudah mengelilingimu. Karena bunga favoritmu sudah mengelilingimu, yang tersisa hanyalah kematianmu saja. Aku akan membuatmu mengalami kematian yang indah sesuai dengan apa yang kamu katakan waktu dulu, ibunda," ucap nona Violetta.
-Bersambung