Setelah mengantarkan Duke Louis dan Duchess Arlet, aku dan Irene pun langsung kembali ke halaman depan gedung lobi akademi. Sesampainya di halaman depan gedung lobi akademi, aku melihat Duke Remy dan istrinya yaitu Duchess Arnett yang baru saja sampai di halaman depan gedung lobi akademi. Terlihat ada beberapa prajurit yang ikut menemani mereka. Salah satu prajurit yang menemani mereka itu adalah senior Vyn. Baru kali ini aku melihat senior Vyn lagi setelah sekian lama tidak melihatnya. Aku tidak menyangka kalau dia sudah menjadi salah satu prajurit dari Duke San Quentine.
Setelah itu, aku pun langsung menyambut Duke Remy dan Duchess Arnett bersama dengan anggota Elevrad yang lain.
"Selamat pagi, tuan Duke Remy dan nona Duchess Arnett," ucapku.
"Selamat pagi juga, Rid Archie," ucap Duke Remy.
"Selamat pagi," ucap Duchess Arnett.
Aku sedikit bingung setelah mendengar suara Duchess Arnett. Suaranya terdengar datar seperti tanpa ekspresi. Tetapi aku menyembunyikan ekspresi bingungku agar tidak diketahui dan aku pun juga tidak terlalu memikirkan tentang hal itu, mungkin nada suara beliau memang seperti itu. Setelah itu, aku juga menyambut orang-orang yang menemani Duke Remy dan Duchess Arnett.
"Semuanya juga, selamat pagi. Lalu senior Vyn, lama tidak bertemu. Aku tidak menyangka kalau kamu saat ini telah menjadi prajurit Duke San Quentine," ucapku.
"Iya, lama tidak berjumpa juga," ucap senior Vyn.
Aku sedikit bingung lagi setelah mendengar suara senior Vyn. Suaranya terdengar datar, sama seperti dengan suara Duchess Arnett yang aku dengar tadi. Ini benar-benar membuatku bingung. Aku baru sekali ini mendengar Duchess Arnett berbicara karena aku tidak pernah mengobrol atau berada dekat dengan beliau jadi aku tidak pernah mendengar suara beliau. Makanya aku berpikir kalau nada suara beliau memang datar. Tetapi nada suara senior Vyn tidaklah datar, karena aku pernah mendengar suara senior Vyn saat aku masih menjadi murid tahun pertama. Kenapa sekarang nada suara senior Vyn menjadi datar ? Ini sedikit aneh. Meskipun aku berusaha memikirkan itu, aku tetap memasang ekspresi seperti biasanya.
"Ah, maaf karena telah menahan anda di tempat ini, tuan Duke Remy. Saya akan mengantarkan anda untuk menuju tempat duduk yang dikhususkan untuk anda, nona Duchess Arnett dan orang-orang yang menemani anda," ucapku.
"Baiklah, terima kasih," ucap Duke Remy.
"Sama-sama, tuan Duke," ucapku.
Setelah itu, aku menoleh ke arah Elaina.
"Elaina, temani aku untuk mengantar mereka," ucapku.
"Baiklah, ketua," ucap Elaina.
Setelah itu, aku dan Elaina pun pergi memasuki gedung lobi akademi untuk mengantar Duke Remy, Duchess Arnett dan orang-orang yang menemani mereka.
-
Beberapa menit kemudian.
Aku dah Elaina pun telah tiba di area penonton. Kami berdua langsung mengantarkan Duke Remy, Duchess Arnett dan orang-orang yang menemani mereka ke tempat duduk yang dikhususkan untuk mereka. Tempat duduk itu berada di dekat tempat duduk Ratu Kayana, ketiga Duke dan ketiga Duchess lainnya.
Ratu Kayana, ketiga Duke dan ketiga Duchess yang melihat Duke Remy dan Duchess Arnett telah datang pun langsung menyambut mereka berdua.
"Akhirnya anda datang juga, tuan Remy. Silahkan duduk," ucap Ratu Kayana.
"Terima kasih, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Remy.
Duke Remy pun langsung duduk setelah mendengar perkataan Ratu Kayana.
"Nona Arnett juga, silahkan duduk," ucap Ratu Kayana.
"Baik," ucap Duchess Arnett.
Aku melihat wajah Ratu Kayana terlihat bingung setelah mendengar suara Duchess Arnett. Sepertinya Ratu Kayana membingungkan hal yang sama denganku, yaitu nada suara Duchess Arnett yang datar. Jika Ratu Kayana bingung, itu berarti nada suara Duchess Arnett seharusnya tidaklah datar. Ratu Kayana sebagai Ratu di kerajaan ini tentu mengenal Duchess Arnett dan pastinya beliau sering mengobrol dengannya. Melihat Ratu Kayana yang bingung itu membuktikan kalau Ratu Kayana bingung dengan nada suara Duchess Arnett yang tidak seperti biasanya. Seperti yang ku bilang tadi, ini sedikit aneh. Selain itu, sejak tadi aku merasakan perasaan yang tidak mengenakkan. Perasaan ini entah kenapa mirip dengan yang aku rasakan saat terlibat dalam insiden di gedung pengadilan. Tetapi aku tidak mau terlalu memikirkan tentang itu.
"Ayo kita kembali, Elaina," ucapku.
"Baik, ketua," ucap Elaina.
Setelah mengantarkan Duke Remy dan Duchess Arnett, kami berdua pun melangkah pergi untuk kembali ke halaman depan gedung lobi akademi.
-
Beberapa menit kemudian.
Aku dan Elaina pun telah tiba di halaman depan gedung lobi akademi. Irene, Charles, Chloe dan anggota Elevrad lainnya terlihat masih menyambut para tamu yang datang. Selain mereka, terlihat ada nona Karina juga yang ikut menyambut beberapa tamu. Padahal sebelumnya nona Karina tidak ada saat aku masih berada di halaman gedung lobi akademi. Melihat nona Karina yang sedang ada di halaman depan gedung lobi akademi, aku pun langsung menghampirinya.
"Nona Karina," ucapku.
"Hmmm, ah Rid, kamu sudah kembali dari mengantar tuan Duke Remy ya," ucap nona Karina.
"Iya, nona. Kenapa nona bisa tahu kalau aku baru saja mengantar tuan Duke Remy ?," tanyaku.
"Aku tadi bertanya kepada Charles tentang dirimu yang tidak ada disini. Dia bilang kamu sedang mengantar tuan Duke Remy bersama dengan Elaina," ucap nona Karina.
"Hmmm begitu ya. Jadi ada perlu apa nona datang kesini ? Apa nona ada perlu denganku karena tadi nona bertanya kepada Charles tentang aku yang tidak ada disini ?," tanyaku.
"Tidak ada apa-apa, kebetulan aku hanya ingin datang kesini saja untuk menyambut beberapa tamu. Meskipun aku telat menyambut beberapa tamu penting seperti kak- maksudnya Yang Mulia Ratu dan para Duke," ucap nona Karina.
"Begitu ya," ucapku.
"Daripada itu, lebih baik kamu sekarang bersiap-siap, Rid. Sebentar lagi sudah mau pukul 9, sudah waktunya bagimu untuk pergi ke ruang tunggu peserta turnamen," ucap nona Karina.
"Baiklah, nona. Aku akan segera bersiap," ucapku.
Setelah itu, aku memanggil Irene, Charles, Chloe dan anggota Elevrad yang lain yang akan mengikuti babak perebutan juara ketiga atau babak final turnamen akademi hari ini untuk segera bersiap pergi menuju ruang tunggu peserta. Setelah memanggil mereka, kami pun langsung bergegas pergi menuju ruang tunggu peserta. Tetapi sebelum aku pergi, aku membicarakan sesuatu terlebih dahulu dengan nona Karina.
"Nona Karina, sepertinya di turnamen akademi hari ini akan terjadi sesuatu," ucapku.
"Akan terjadi sesuatu ? Apa maksudmu ?," tanya nona Karina.
"Saat ini, aku sedang merasakan perasaan yang tidak mengenakkan. Perasaan yang tidak mengenakkan ini, sama seperti yang aku rasakan saat terlibat insiden di gedung pengadilan," ucapku.
"Insiden di gedung pengadilan ya," ucapku.
"Iya, nona. Tetapi ini hanya perasaanku saja, nona. Bisa saja perasaanku ini salah dan sebenarnya tidak akan ada yang terjadi di turnamen akademi hari ini," ucapku.
"Meski begitu, tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga.
Aku akan memerintahkan Violetta dan para prajurit di akademi ini untuk mengetatkan penjagaan mereka. Tetapi sepertinya aku baru bisa memerintahkan mereka nanti karena saat ini aku sedang tidak membawa kristal komunikasi. Kristal komunikasiku tertinggal di salah satu ruangan khusus yang digunakan para tamu yang menonton turnamen akademi untuk beristirshat," ucap nona Karina.
"Baiklah, nona," ucapku.
"Ya sudah sekarang kamu segera bergegas menuju ruang tunggu peserta," ucap nona Karina.
"Baik, nona. Kalau begitu sampai nanti, nona," ucapku.
"Iya," ucap nona Karina.
Setelah itu, aku pun langsung pergi bergegas menuju ruang tunggu peserta turnamen.
-
Menjelang pukul 10 pagi.
Saat ini, di arena turnamen terlihat ada tuan Alan yang sedang menyampaikan kalimat pembuka sebelum dimulainya pertandingan turnamen akademi hari ini.
Sementara itu, di area penonton tempat Ratu Kayana dan para Duke serta para Duchess berada.
Terlihat Duchess Arlet sedang mengajak bicara Duchess Arnett.
"Menurut anda siapa yang akan menang dalam pertandingan final turnamen laki-laki dan final turnamen perempuan, nona Arnett ?," tanya Duchess Arlet.
"Entahlah," ucap Duchess Arnett dengan nada suara yang datar.
Setelah mendengar perkataan Duchess Arnett, Duchess Arlet pun terdiam.
"Ini aneh. Meskipun aku baru saja terbangun dari tidur panjang selama 11 tahun, aku masih mengingat jelas bagaimana sifat, kepribadian dan cara bicara nona Arnett 11 tahun yang lalu. Nona Arnett bukanlah orang yang seperti ini. Sejak tadi cara dia berbicara sangatlah datar dan tanpa ekspresi. Selain itu, seingatku nona Arnett tidak menggunakan kacamata, kenapa saat ini dia menggunakan kacamata ? Apa ada sesuatu yang terjadi kepada dirinya selama 11 tahun ini ?," pikir Duchess Arlet.
-
Sementara itu, di salah satu ruangan tempat istirahat para tamu penonton turnamen akademi.
Nona Karina terlihat sedang menghubungi seseorang dengan kristal komunikasi miliknya.
"Halo," ucap suara dari kristal komunikasi itu.
Dari suara itu, sepertinya suara itu adalah suara nona Violetta.
"Halo, Violetta. Kamu sedang ada dimana ?," tanya nona Karina.
"Aku sedang berada di depan gerbang akademi. Memangnya ada apa, nona ?," tanya nona Violetta.
"Segera perintahkan para prajuritmu untuk memperketat penjagaan di sekitar akademi. Sebentar lagi pertandingan perebutan juara ketiga dan pertandingan final akan segera dimulai," ucap nona Karina.
"Baiklah, nona. Aku akan segera memerintahkan para prajuritku untuk memperketat penjagaan setelah aku selesai memantau dan memperhatikan orang-orang mencurigakan yang ada di dekat kereta-kereta kuda yang terparkir di depan gerbang akademi," ucap nona Violetta.
"Ada orang-orang mencurigakan di depan gerbang akademi ?," tanya nona Karina.
"Iya, nona, tetapi aku tidak tahu mereka siapa. Mereka menggunakan jubah panjang tertutup yang membuatku tidak bisa melihat wujud dan wajah mereka. Mereka hanya diam saja di dekat kereta-kereta kuda itu tanpa bergerak ataupun menyerang. Aku tidak bisa menyerang mereka apabila mereka tidak menyerang atau bergerak secara mencurigakan terlebih dahulu," ucap nona Violetta.
"Tetap awasi mereka dan jangan langsung menyerang mereka, Violetta. Apabila mereka menyerang, baru kamu balas untuk menyerang mereka. Untuk sekarang, tetap awasi mereka saja," ucap nona Karina.
"Baik, nona. Aku akan tetap mengawasi mereka, jika mereka menyerang, barulah aku langsung me-," ucap nona Violetta.
Namun sebelum nona Violetta menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba terdengar suara benturan dari kristal komunikasi itu.
*BUMMMMM
Suara benturan itu dengan cukup kencang lalu kemudian terdengar suara teriakan dari banyak orang yang memanggil nama nona Violetta.
"Komandan Violetta!!," ucap suara orang-orang itu.
Setelah itu, tidak terdengar apapun lagi dari kristal komunikasi yang dipegang oleh nona Karina. Sepertinya panggilan antara nona Karina dan nona Violetta telah terputus. Nona Karina pun terkejut setelah mendengar adanya suara benturan dan setelah mengetahui kalau panggilannya dengan nona Violetta telah terputus.
"Halo, halo, Violetta!!," ucap nona Karina ke kristal komunikasinya itu.
Tetapi kristal komunikasinya tidak merespon sama sekali.
"Panggilannya telah terputus. Ada sesuatu yang terjadi dengan Violetta di gerbang akademi, aku harus segera kesana," ucap nona Karina.
-
Kembali ke tempat Ratu Kayana, para Duke serta para Duchess berada.
Terlihat sebuah cahaya terang keluar dari saku pakaian Duke Louis. Duke Louis lalu memeriksa saku pakaiannya itu dan ternyata cahaya terang itu berasal dari kristal komunikasi. Terlihat Ratu Kayana, para Duke dan para Duchess lainnya sedang melihat ke arah Duke Louis, karena cahaya terang dari kristal komunikasinya itu cukup menarik perhatian.
"Maaf, Yang Mulia Ratu. Sepertinya ada yang mau menghubungi saya," ucap Duke Louis.
"Tidak apa-apa, tuan Louis. Silahkan jawab saja panggilan itu," ucap Ratu Kayana.
"Baik, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis
Duke Louis lalu menjawab panggilan dari kristal komunikasi itu.
"Halo,"
"Mina ya, ada apa ?," tanya Duke Louis.
Ternyata yang menghubungi Duke Louis adalah komandan Mina yang merupakan komandan dari prajurit San Lucia. Duke Louis lalu mendengarkan apa yang mau dikatakan oleh komandan Mina. Tiba-tiba, raut wajah Duke Louis secara perlahan mulai terkejut saat mendengar apa yang sedang dikatakan oleh komandan Mina.
"Apa katamu ? Segerombolan iblis dalam jumlah yang banyak sedang menyerang wilayah San Lucia ?," tanya Duke Louis yang terkejut.
-Bersambung