"Alasannya karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," ucap Duke Louis.
Setelah mengatakan itu, Duke Louis pun membungkuk.
"Sebelumnya aku tidak sempat mengatakan ini karena perasaanku sedang sangat emosional begitu melihat istriku yang sudah bangun kembali. Terima kasih karena telah menyembuhkan dan membangunkan istriku dari tidur panjangnya, Rid. Tanpa bantuanmu, aku tidak tahu kapan istriku akan terbangun dari tidur panjangnya itu. Sekali lagi, terima kasih, Rid," ucap Duke Louis.
Tidak hanya Duke Louis saja, komandan Asier dan semua anggota keluarga San Lucia yang ada di ruangan itu terlihat juga membungkuk ke arahku. Aku pun terkejut melihat sikap mereka.
"Tolong jangan membungkuk seperti itu, tuan Duke. Saya menghargai rasa terima kasih anda, tetapi saya bukanlah orang yang pantas untuk diperlakukan seperti ini. Kalian juga, tolong jangan membungkuk seperti itu," ucapku.
Namun mereka tidak memperdulikan perkataanku, mereka masih tetap membungkuk ke arahku.
"Tolong biarkanku untuk mengungkapkan rasa terima kasihku seperti ini, Rid. Selain itu, aku sebelumnya memang sudah berterima kasih atas kontribusimu yang membuat terungkapnya rencana pembunuhan terhadap seluruh keluarga kami. Namun seluruh anggota keluarga San Lucia yang lainnya belum sempat untuk mengucapkan terima kasih kepadamu. Maka dari itu, karena kebetulan kamu sedang berada di kota San Lucia, aku langsung mengumpulkan anggota keluarga San Lucia yang lain untuk hadir di kediamanku dan berkumpul di ruangan ini. Mungkin tidak semua anggota keluarga San Lucia hadir di ruangan ini karena ada beberapa dari mereka yang berhalangan hadir, meski begitu tolong terima ucapan terima kasih dari anggota keluarga kami, Rid," ucap Duke Louis.
"Terima kasih, Rid Archie," ucap para anggota keluarga San Lucia.
Mereka semua mengatakan itu dengan serentak dan dalam posisi yang masih membungkuk. Aku pun terkejut melihat mereka yang mengatakan itu. Aku juga terkejut melihat tingkah mereka karena sebelumnya aku tidak pernah mengalami hal seperti ini.
"Saya menghargai dan menerima ucapan terima kasih dari tuan Duke dan anggota keluarga San Lucia yang lain. Tetapi tolong jangan membungkuk seperti itu, saya bukanlah orang yang pantas untuk menerima sikap kalian itu. Dan juga, sikap kalian itu membuat saya sedikit tidak nyaman, jadi tolong berhentilah untuk membungkuk," ucapku.
Duke Louis dan anggota keluarga San Lucia yang lain terdiam setelah mendengar perkataanku. Lalu tidak lama kemudian, Duke Louis pun mulai berbicara.
"Baiklah, Rid. Kami akan berhenti untuk membungkuk. Kalian semua, berhentilah untuk membungkuk dan kembali berdiri tegap," ucap Duke Louis.
Duke Louis pun mulai berdiri tegap kembali diikuti oleh anggota keluarga San Lucia yang lain. Kini mereka semua pun sudah tidak membungkuk ke arahku dan kembali berdiri tegap.
"Sekali lagi, terima kasih, Rid," ucap Duke Louis.
"Sama-sama, tuan Duke," ucapku.
"Aku penasaran kenapa sejak tadi kamu memanggilku dengan sebutan 'tuan Duke', bukankah sebelumnya kamu memanggilku dengan sebutan 'paman Louis' ? Dan juga, kenapa kamu sejak tadi berbicara formal denganku ? Padahal sebelumnya kamu selalu berbicara santai denganku," ucap Duke Louis.
"Itu karena di ruangan ini ada banyak anggota keluarga San Lucia yang hadir. Saya pikir akan tidak sopan apabila saya tidak berbicara formal dengan anda dan tidak sopan juga apabila memanggil anda dengan panggilan 'paman Louis'," ucapku.
"Kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Lagipula para anggota keluarga San Lucia yang hadir di ruangan ini sudah tahu kalau kamu itu akrab denganku karena kamu merupakan pacar dari Irene saat ini. Jadi kamu tetap boleh berbicara santai denganku dan memanggilku 'paman Louis'. Tidak akan ada yang menganggapmu tidak sopan meskipun kamu berbicara denganku disaat sedang ada anggota keluarga San Lucia lainnya di sekeliling kita," ucap Duke Louis.
"Baiklah, tu- maksudnya paman Louis. Aku akan berbicara santai seperti biasanya," ucapku.
"Baguslah. Lalu, selain ingin mengucapkan terima kasih kepadamu, aku memiliki alasan lain kenapa aku mengundangmu untuk datang ke ruangan ini yang mana di ruangan ini sedang ada banyak anggota keluarga San Lucia. Alasannya adalah karena aku ingin memperkenalkanmu kepada para anggota keluarga San Lucia yang hadir di ruangan ini. Mereka mungkin sudah mengetahuinya dari surat kabar yang memuat tentang kamu, tetapi mereka belum melihat dan mengetahui tentang kamu secara langsung. Aku ingin para anggota keluarga San Lucia yang lain mengetahui tentang kamu secara langsung karena kamu suatu saat nanti akan menjadi bagian dari keluarga San Lucia," ucap Duke Louis.
"Hmmm jadi begitu ya, paman Louis. Tetapi sepertinya masih lama buatku untuk menjadi bagian dari keluarga San Lucia. Aku saat ini memang sedang menjalin hubungan dengan Irene, tetapi aku belum terpikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih jauh lagi," ucapku.
"Hahaha santai saja, Rid. Lagipula tadi aku sudah bilang kalau kamu akan menjadi bagian dari keluarga San Lucia itu 'suatu saat nanti', bukan 'sebentar lagi'. Jadi tidak masalah buatku apabila kamu baru menjadi keluarga San Lucia setelah 5 atau 10 tahun dari sekarang,"
"Aku juga tidak mempermasalahkan apabila suatu saat nanti hubungan kalian berdua tiba-tiba berakhir karena suatu alasan. Lagipula aku juga tidak memaksamu untuk terus menjalin hubungan dengan Irene. Jadi apabila suatu saat nanti kamu merasa sudah tidak cocok lagi dengan Irene, kamu bebas untuk mengakhiri hubungan dengannya. Lagipula hubungan seperti itu tidak bisa dipaksakan. Tetapi, selama kamu masih menjalin hubungan dengan Irene, aku memohon kepadamu untuk jangan pernah membuat Irene bersedih dan jangan pernah kecewakan dia. Lalu, aku mohon kepadamu untuk selalu melindunginya karena kamu adalah pacarnya saat ini," ucap Duke Louis.
Setelah mendengar perkataan Duke Louis, aku langsung menanggapi perkataannya itu.
"Paman Louis tenang saja. Aku berjanji kalau aku tidak akan membuat Irene kecewa dan bersedih selama aku menjalin hubungan dengan Irene. Aku juga akan selalu melindungi dia," ucapku.
"Terima kasih, Rid. Itu saja hal yang ingin kubicarakan denganmu. Tetapi kamu jangan dulu pergi dari ruangan ini, begitupun juga dengan yang lainnya. Karena aku sudah menyiapkan jamuan sebagai acara terakhir di perkumpulan ini. Para pelayan, silahkan masuk!," ucap Duke Louis.
Setelah Duke Louis mengatakan itu, para pelayan pun langsung masuk ke ruangan itu sambil membawa banyak makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang dibawa para pelayan itu pun langsung ditaruh di meja-meja yang ada di ruangan itu. Setelah semua makanan dan minuman yang dibawa para pelayan itu sudah ditaruh di meja, para pelayan itu pun langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
"Kalian semua, silahkan nikmati semua makanan dan minuman yang telah disediakan. Kalian tidak perlu sungkan-sungkan, begitupun juga dengan kamu, Rid," ucap Duke Louis.
"Baik, paman," ucapku.
Setelah itu, aku pun langsung memakan makanan dan meminum minuman yang telah disediakan. Tidak hanya aku saja, para anggota keluarga San Lucia yang lainnya pun juga melakukan hal yang sama. Disaat aku sedang memakan makanan yang telah disediakan, beberapa anggota keluarga San Lucia datang menghampiriku dan berbicara denganku. Di antara anggota keluarga San Lucia yang menghampiriku itu, ada senior Nadine dan juga ayahnya, yaitu tuan Irwin. Aku pun menanggapi mereka semua yang ingin berbicara denganku. Komandan Asier dan Duke Louis pun juga ikut menghampiriku dan ikut berbicara denganku dan anggota keluarga San Lucia lainnya.
Lalu, saat aku sedang berbicara dengan Duke Louis, komandan Asier dan anggota keluarga San Lucia lainnya, ada seorang wanita yang datang menghampiriku. Wanita itu adalah wanita yang berpakaian seperti orang yang berasal dari luar kerajaan San Fulgen karena pakaian yang dikenakannya nampak asing.
"Aku sudah mendengar dan mengetahui kabar tentangmu karena surat kabar yang diterbitkan oleh Diganta sering kali memuat kabar tentangmu. Namun baru kali ini kita bertemu secara langsung. Izinkan aku memperkenalkan diri, namaku adalah Ivana Shirayuki Emerald. Salam kenal, Rid Archie," ucap komandan Ivana.
"Salam kenal juga, nona," ucapku.
Setelah itu, aku pun terdiam sambil terus melihat ke arah nona Ivana. Nona Ivana sepertinya menyadari kalau aku sedang melihatnya, beliau pun langsung mengatakan sesuatu.
"Kelihatannya kamu penasaran dengan pakaian yang aku kenakan ya ? Karena sejak tadi kamu terus memperhatikanku," ucap komandan Ivana.
"Iya, karena pakaian yang anda kenakan terlihat asing. Saya belum pernah melihat ada orang yang mengenakan pakaian itu selain anda saat ini. Maafkan saya jika saya telah bersikap tidak sopan karena terus melihat ke arah anda, nona," ucapku.
"Tidak apa-apa, santai saja. Pakaian yang aku kenakan ini bernama kimono, ini adalah pakaian yang sering dipakai oleh para penduduk dari negeri Kaminari," ucap komandan Ivana.
"Negeri Kaminari, negeri yang berada di seberang laut bagian timur kerajaan San Fulgen ya. Apa anda membeli pakaian itu dari negeri Kaminari, nona ?," tanyaku.
"Tidak, aku tidak membeli pakaian ini dari negeri Kaminari karena aku belum pernah sekalipun pergi ke negeri itu. Pakaian yang kupakai ini adalah pakaian yang dibuat oleh ibundaku sendiri. Itu karena ibundaku merupakan orang yang berasal dari negeri Kaminari," ucap komandan Ivana.
"Hmmm begitu ya," ucapku.
Setelah mengatakan itu, aku pun terdiam sambil memikirkan sesuatu.
"Ivana Shirayuki Emerald ya. Pantas ada nama 'Shirayuki' di antara nama beliau dan nama 'Emerald' yang selalu dipakai di setiap nama anggota keluarga San Lucia, jadi beliau adalah anggota keluarga San Lucia berdarah campuran ya. Lalu, negeri Kaminari, negeri itu merupakan kampung halaman Kotaro karena kedua orang tuanya merupakan penduduk asli dari negeri itu. Jadi ibunda dari nona Ivana juga berasal dari negeri itu ya," pikirku.
Setelah memikirkan itu, aku pun melihat kembali ke arah nona Ivana. Aku menyadari kalau nona Ivana mengenakan sebuah jubah yang melapisi pakaiannya itu. Pada bagian depan jubah itu, aku melihat ada sebuah lambang bergambar burung hantu berwarna putih. Aku tahu tentang lambang itu, lambang itu merupakan lambang yang dimiliki oleh pasukan pasukan 'Snow Owl', pasukan yang ditugaskan untuk berjaga di wilayah bagian timur kerajaan San Fulgen, yaitu wilayah San Quentine. Jika nona Ivana memakai jubah yang memiliki lambang pasukan 'Snow Owl', itu berarti nona Ivana merupakan bagian dari pasukan itu. Tetapi aku tidak tahu apa posisi nona Ivana di pasukan itu. Meski begitu, aku bisa menebak posisi nona Ivana di pasukan itu.
"Nona Ivana, apa anda merupakan seorang komandan prajurit ?," tanyaku.
"Iya, aku adalah seorang komandan prajurit pasukan 'Snow Owl'. Seperti yang kamu bisa lihat pada lambang burung hantu yang ada di jubahku ini. Darimana kamu tahu tentang itu ? Padahal aku belum memberitahumu kalau aku adalah seorang komandan," ucap komandan Ivana.
"Saya hanya menebak saja, nona. Saya merasa kalau anda itu sangat kuat, maka dari itu saya menebak kalau anda mungkin adalah seorang komandan prajurit," ucapku.
"Hmmm begitu ya, jadi kamu bisa merasakan kekuatan orang-orang yang kamu lihat," ucap komandan Ivana.
"Iya, nona," ucapku.
"Hmmmm menarik," ucap komandan Ivana.
Setelah itu, aku dan komandan Ivana pun melanjutkan berbicara. Duke Louis, komandan Asier dan anggota keluarga San Lucia yang lain pun juga ikut berbicara denganku. Disaat sedang berbicara itu, aku baru menyadari tentang sesuatu di ruangan itu.
"Aku baru sadar, nona Duchess tidak ada di ruangan ini. Apa beliau sedang beristirahat di ruangannya ?," tanyaku.
"Tidak, Arlet memang sedang ada di ruangannya tetapi dia tidak sedang beristirahat. Alasan aku tidak membawa Arlet ke ruangan ini karena Arlet saat ini sedang kedatangan tamu yang sangat penting. Tamu itu adalah Yang Mulia Ratu, beliau datang kesini untuk menjenguk Arlet," ucap Duke Louis.
"Yang Mulia Ratu datang kesini ? Aku tidak mengetahui tentang itu meskipun saat ini aku sedang berada di kediaman anda, paman," ucapku.
"Yah itu karena saat Yang Mulia Ratu datang, kamu dan para murid lainnya sedang melaksanakan ujian di tempat latihan. Wajar kalau kamu tidak menyadari kedatangan Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis.
"Jadi begitu ya, Yang Mulia Ratu datang disaat kami sedang melakukan ujian. Apa Yang Mulia Ratu masih berada di ruangan nona Duchess, paman ?," tanyaku.
"Sepertinya masih, memangnya ada apa ?," tanya Duke Louis.
"Tidak ada apa-apa, paman," ucapku.
Setelah itu, aku pun terdiam sambil memikirkan sesuatu.
"Jadi Yang Mulia Ratu datang kesini ya," pikirku.
-Bersambung